NovelToon NovelToon
Menjadi Selingkuhan Suamiku

Menjadi Selingkuhan Suamiku

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Petualangan / Tamat
Popularitas:11.4M
Nilai: 4.9
Nama Author: Andreane

18+
Ikatan yang terjalin karena sebuah fitnah, membuat Karenina terpenjara oleh cintanya, hingga ia memutuskan untuk menjadi selingkuhan suaminya sendiri.

Penyamaran yang begitu apik, dan sempurna, sehingga sang suami tidak menyadari kalau ternyata, wanita lain dalam rumah tangganya adalah istri sahnya.


"Kau yang mengurus segala keperluanku, dan saat kau memutuskan untuk pergi, ada ketidak relaan dalam hatiku, namun aku tak bisa mencegahmu.
Hidupku kacau tanpamu, rapuh porak poranda" DANU ABRAHAM BUANA


"Anna Uhibbuka Fillah Lillah..., itu sebabnya aku menjadi orang bodoh, bertahan hampir dua tahun untuk mengabdikan diriku pada suami yang tidak pernah membalas cintaku" KARENINA LARASATI ARIFIN

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 25

"Assalamua'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" jawab Irma dari dalam kontrakan "Bawa apa Nin?" Irma tampak sedang menonton tv, di ruangan yang menyatu dengan ruang tamu.

Nina dan Irma, kini berada di Jakarta, dan tinggal bersama dalam satu kontrakan. Nina sudah bekerja lebih dari sebulan di sebuah butik besar, sedangkan Irma magang di perusahaan BOM and FOOD milik keluaga Dhaniswara selama enam bulan. Dimana pemiliknya dulu pernah bertemu dengan Nina saat di resepsi pernikahan anak dari teman bisnis orang tua Danu.

"Ini aku tadi lihat tukang rujak di pinggir jalan, jadi aku beli, kayanya enak makan rujak" kata Nina seraya jalan menghampiri Irma.

"Pas banget lagi pengin makan sesuatu" sahut Irma lalu dengan cepat membuka kantong plastik berisi dua cup rujak tumbuk.

Setelah Nina mencuci tangan karena baru saja pulang kerja, dia ikut bergabung dengan Irma yang sedang menikmati rujak sembari menonton televisi.

"Bagaimana kerjaan kamu?"

"Tadi siang aku hampir pingsan Ir" Nina menjawab tanpa melihat Irma. "Tumben banget kepalaku pusing. Aku sempat istirahat selama satu jam di butik"

"Bagimana denganmu, lancar juga kan magangnya?" tambahnya dengan sorot lekat menatap Irma.

"Lancar, aku juga di tawarin buat kerja di sana setelah lulus kuliah"

"Wah bagus dong, begitu lulus, tidak perlu pusing cari kerjaan"

"Iya Nin, aku jadi semangat magang, bosku selain baik, juga tampan"

"Oh ya, setampan apa?" tanya Nina lalu mengulum bibirnya yang sedikit menyunggingkan senyum.

"Setampan-tampannya bosku, pasti lebih tampan Danumu?" Irma begitu frontal menimpali candaan Nina.

Wajah Nina memanas mendengar Irma menyebut nama Danu, mengingatkan dia pada kebersamaanya dengan sang suami.

"Aku denger dari karyawan lain, bosku tuh cinta banget sama istrinya, dia sudah punya empat anak tapi wajahnya kelihatan masih muda banget, aku saja awalnya ketipu" lanjut Irma.

"Enak ya jadi istri yang di cintai suaminya"

"He em, eh kamu lahap banget makan rujaknya, kaya orang ngidam saja, apalagi punyamu banyak mangganya, memangnya tidak asam?"

Deg.. tiba-tiba dada Nina bergemuruh, sendok yang ia pegang seketika jatuh.

"Ngidam" Batin Nina lalu menelan saliva dengan susah payah. "Apa mungkin aku hamil, aku juga lupa kapan terahir datang bulan, Ahir-ahir ini pun sering mual dan pusing" Nina segera menepis pikiran buruknya, Ia menggelengkan kepala, lalu melenjutkan menyendok rujak untuk di suapkan ke mulutnya.

Irma yang menyadari perubahan sahabatnya, menatap Nina dengan tatapan mengintimidasi penuh heran.

"Nin, ada apa?"

"Hah tidak, tidak ada apa-apa"Sahut Nina gugup. "Di habisin rujaknya Ir"

Malam ini mau makan apa kita?"

"Makan bakso kayanya enak"

"Ok nanti malam kita beli bakso, pulangnya belanja isi kulkas"

Ucapan Irma di anggukan oleh Nina.

Setelah menghabiskan rujak, Nina melangkah menuju kamar mandi, Ia mengusap perutnya yang tampak rata.

"Jika aku hamil, itu artinya ini anak mas Danu, aku kan rutin melakukannya. Aku harus mengeceknya"

"Apa yang harus ku lakukan jika aku benar hamil, apa harus jujur sama mas Danu kalau selama ini Nesa itu aku? apa aku harus mengatakan bahwa yang tidur dengannya itu aku?"

Nina menggeleng pelan.

"Hhhhh mas Danu pasti akan semakin membenciku karena sudah membohonginya, apalagi Nesa yang menghilang tanpa sepatah kata dan meninggalkannya begitu saja"

"Ternyata penyamaranku memiliki resiko seberat ini" menarik napas dalam-dalam lalu mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Ia sangat berharap kalau dugaanya salah.

...***********...

keesokan harinya, Nina berniat tidak berangkat kerja, ia sudah mengirim pesan pada atasannya untuk ijin sehari.

Nina akan memastikan kehamilannya dengan pergi ke dokter.

Sesampainya di rumah sakit, dan telah menunggu hampir satu jam, seorang suster menyebut namanya, Nina segera beranjak dari tempat duduk, lalu memasuki ruangan dokter yang di ketahui bernama dr Diana.

Saat Nina duduk di kursi, sang dokter menatap wajahnya seraya mengerutkan kening, kemudian pandangannya beralih pada kertas yang ia pegang.

"Karenina Larasati arifin" gumam dr Dianam "Karenina, Nina, Sepertinya kita pernah bertemu"

Nina menelisik wajah sang dokter. "Bertemu?" sahutnya sambil berusaha mengingat-ingat apakah benar yang di ucapkan si dokter.

"Ah saya ingat" sambar dr Diana "Kita pernah bertemu di acara pernikahan anaknya pak Reno di surabaya, iyakan?"

Nina melirik pada papan akrilik yang bertengger di atas meja bertuliskan "dr Diana Aisyah Rahmania Sp.B"

"Mba Diana" ucap Nina lengkap dengan ekspresi terkejut.

"Sudah ingat sekarang?" tanya Diana dengan seulas senyum.

"Iya mba, saya ingat"

Senyum Diana masih tertahan di bibirnya. "Bagaimana kabar keluarga? sepertinya, saya harus cerita sama suami kalau saya bertemu dengan istri dari temannya yang seorang pengusaha muda"

Nina tersenyum getir, Diana tidak tahu bahwa saat ini, mengkin si pengusaha muda yang di sebutnya sudah melayangkan proses cerai ke pengadilan.

"Baik dok"

"Oh ya, maaf sampai lupa, Ngomong-ngomong ada keluhan apa mbak Nina?"

"Saya sering mual, dan pusing dok?" jawab Nina jujur.

Diana mengulum senyum "Coba saya periksa" Sembari memeriksanya, Diana sedikit berbincang dengan Nina. "Kapan terahir datang bulan mba Nina?"

"Sudah lebih dari dua bulan dok?"

Lagi-lagi Diana melempar senyum dan raut bahagia "Diagnosa saya, kalau mba Nina saat ini sedang hamil, tapi untuk memastikannya, nanti saya sambungkan ke dokter Obgyn" Diana segera meraih gagang telfon lalu menghubungi dr Marisa.

Wajah Nina memerah mendengar penjelasan Diana. Entah dia harus sedih, atau senang dengan kehamilannya.

"Mba Nina, mari saya antar ke dr spesialis kandungan supaya lebih jelas lagi" tutur Diana sesaat setelah memutuskan panggilan di telfon.

Nina menurut, lalu berjalan mengekor di belakang Diana.

"Sust, tahan dulu pasien selanjutnya ya, saya akan mengantar teman saya ke ruangan dr Marisa" pamit Diana sebelum keluar dari ruangannya.

Diana dan Nina melanjutkan langkahnya dengan berjalan bersisian sembari mengobrol tentang Danu. Nina sedikit berbohong menjawab pertanyaan Diana. Hingga tak terasa, langkahnya sudah berada di depan pintu bertuliskan dokter Marisa.

"Mba Nina silakan konsultasi pada dr Marisa, dan jika dugaan saya benar, saya ucapkan selamat atas kehamilannya" pungkas Diana sambil tersenyum.

"Terimakasih dok" Nina tampak menganggukan kepala di iringi senyum tipisnya sebelum Diana meninggalkan ruangan dokter Marisa.

dr Marisa menyuruhnya untuk berbaring di sebuah brankar, lalu sang asisten menuangkan jel pada perut Nina.

"Selamat ya bu Nina, usia kandungannya sudah menginjak minggu ke sepuluh, itu artinya sudah hampir 3 bulan janin tumbuh di perut ibu" ucap dokter masih dengan menggerakan alatnya di perut Nina.

"Kira-kira sudah sebesar buah lemon janinnya bu, dengan panjang 8,7 Cm, dan berat 4,1 gram. Si dedek juga tampak sehat"

Tidak ada yang bisa Nina katakan saat dr Marisa menjelaskan tentang kehamilannya, Ada rasa takut, senang dan juga khawatir.

"Saya kasih resep dan vitamin terbaik bu, tolong jangan terlalu lelah, dan harus makan tepat waktu, serta jangan angkat barang yang berat-berat dulu selama masa kehamilan" ujarnya sambil menuliskan resep. "Saya ucapkan selamat atas kehamilannya, datanglah setelah dua minggu. sudah saya tulis jadwal pemeriksaan selanjutnya di buku KIA" lanjut sang dokter yang langsung di iyakan oleh Nina.

"Apa yang harus ku lakukan sekarang? bagaimana aku memberitahu mas Danu kalau ini anaknya?"

Nina duduk di sebuah bangku taman sekitar rumah sakit usai memeriksa kandungannya.

"Aku harus memberitahu Irma tentang ini, aku bisa meminta saran atau bantuan padanya" gumam Nina lirih dengan tangan mengusap perutnya.

TBC

1
Upriyanti II
kan kak nina ada di rmhnya kak irma dia sedang magang
Upriyanti II
kak nina kan menyamar sebagai kak nesa
Asti ly
ihhh gmpng kali sih percaya kt orng
Asti ly
knp sihh Nina nya mintla isah ranjang 😢
Anonymous
k
echa purin
/Smile/
Susilawati
gimana sih kamu Nina.. giliran Danu bener2 cinta sama kamu ehhh malah kamu yang ragu.. hadehhh.. 🤦‍♀️
anna zahra
trik yg bagus,,, /Smile//Good//Good/
Nasywa Humaira Zidny
tapi lihat nanti nina sama danu bucin akut
Nasywa Humaira Zidny
seingatku kalau masih perawan gak sampai mengucur deras darah perawan cuma kaya noda mau haid pertama seingatku /Tongue//Proud/
Agus Maryadi
Buruk
Nasywa Humaira Zidny
wah mungkin akan segera fi sembunhikan nih nina sama mertuanya kalau sudah terbongkar kebohongan nina selamat memikmati kegalauan mu danu kamu gak akan ketemu nina sangat lama apalagi nanti nina hamil rasain lho biar tau rasa laki kaya lho yang gak bisa bersyukur udah punya istri baik sholehah walau kamu tidak mencintainya seharusnya kamu bisa menerima takdir dari tuhan eh malah mencari selingkuhan untung yang selingkuhannya nina coba kalau bukan yang ada sengsara lho
Nasywa Humaira Zidny
cepat pergi saja nina nanti danu bucin berat , ceritanya sudah ini sudah tau nanti ada lanjutannya yang akan di alami sama cucunya bikin baper terus tapi seru
Syahna Amira sy
abisnya si Danu udah kecewa duluan Ama Nina karena cara menikah mereka terpaksa...tp itukan bukan salahnya Nina seharusnya Danu itu lebih terbuka hati dan pikirannya...KL menerima dgn lapang mungkin dia nggak sebenci itu ke Nina
Syahna Amira sy
lanjut
Imam Syafi'i
Luar biasa
Ira
keren
Yanti86
Luar biasa
Tribudi Nuraini
Buruk
Dwi Haznay
mbuket banget, menenangkan diri koq bertahun2, hidupnya dibikin runyam sendiri
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!