Kawin Gantung Dengan Ketos

Kabar yang ia Terima dari nenek nya tentu saja membuatnya terkejut. Baru saja ia bertunangan secara tiba-tiba, dan sekarang hari pernikahannya sudah dekat.

"Ya ampun kalau begini bisa nikah beneran gue!" frustasinya.

Bahkan penampilan Jessy sekarang tidak jauh dari gelandangan, dengan rambut acak-acakan seperti habis di serang induk ayam. Tapi, tetap saja wajah cantiknya masih terlihat.

Jessy tak habis pikir, dia akan benar-benar menikah muda. Padahal ia masih ingin bebas, masih ingin berpergian ke tempat-tempat yang ia belum kunjungi.

Tapi memang mungkin nasibnya harus seperti ini.

Karena pernikahan nanti hanya ijab qobul, maka papi Tama yang mengurus semuanya. Dan hanya beberapa saudara yang mereka undang.

Di lain tempat Tasya duduk di kursi santai dekat kolam renang, pikirannya menerawang jauh. Entah kenapa pembicaraan Lisa dan Tia beberapa hari lalu selalu mengusiknya.

"Sayang!" Mira menghampiri putrinya yang terlihat melamun, kemudian duduk di kursi sampingnya. "Tumben kamu tidak jalan-jalan? Biasanya jika kamu libur akan pergi dengan Meili!"

Tasya hanya tersenyum tipis. "Tasya lagi kepingin di rumah aja Ma," jawabnya. Ia sendiri baru menyadari, sudah lama ia tidak pergi berdua dengan Meili. Mungkin sejak Jessy pindah ke sekolahnya. Dan terakhir pergi pun mereka bertiga.

"Apa ada sesuatu yang Mama boleh tau!" ujar Mira. Ia merasa semakin lama putrinya itu semakin tertutup terhadapnya. Dan sekarang ia merasa ada sesuatu yang di pendam Tasya.

Tasya menatap dalam mata Mira yang sekarang juga menatapnya. Dari sorot matanya, ia jelas terlihat ragu untuk menceritakan yang ia rasakan atau tidak.

"Jika kamu belum siap untuk bercerita tidak apa-apa," Mira tersenyum lembut. Kemudian ia beranjak dari sana.

"Ma!" Tasya yang mencegah Mira pergi. Hingga akhirnya Mira mengurungkan niatnya.

Tasya menundukkan kepalanya. "Apa Mama menyayangi kak Jessy seperti Mama menyayangi aku?" Akhirnya Tasya mulai menanyakan apa yang mengganjal di hatinya.

Mira sedikit terkejut mendengar pertanyaan Tasya. Entah sebenarnya apa yang di alami putrinya hingga bertanya seperti itu.

Mira kemudian duduk kembali dan menggenggam tangan Tasya. "Rasa sayang Mama sama besarnya, seperti rasa sayang Mama sama kamu." jawab Mira.

Tasya kemudian mengangkat pandangannya hingga menatap ke dalam bola mata Mira.

"Meskipun Jessy tidak terlahir dari rahim Mama, tapi kasih sayang Mama pada kalian berdua sama. Bahkan, Mama juga menganggap Jessy juga putri Mama sendiri."

"Mungkin, memang sampai kapanpun Mama tidak bisa menggantikan posisi Ibu kandung Jessy. Tapi setiap Ibu tidak boleh membedakan kasih sayangnya meskipun hanya Ibu sambung," tuturnya.

Mata Mira mulai berkaca-kaca.

"Maaf," lirih Tasya dengan penuh penyesalan.

Mira menggelengkan kepalanya. "Tidak ada yang perlu di maafkan," ia mengusap pipi putrinya dengan lembut. "Sampai kapan pun kalian berdua tetap putri Mama," imbuhnya.

Tasya kemudian memeluk Mira. Entah kenapa ia merasa menyesal bertanya seperti itu. Tapi sungguh hatinya benar-benar gelisah.

Sore hari Jessy memutuskan untuk pergi ke pantai di saat hatinya sedang di landa gelisah, mungkin dengan begini ia dapat melupakan sejenak.

Matanya menerawang jauh, membayangkan akan seperti apa kehidupan pernikahannya kelak. Apalagi ia menikah dengan seseorang yang menyebalkan menurutnya.

"Apa tidak ada jalan lain?" gumamnya.

Hingga matahari mulai tenggelam Jessy memutuskan untuk kembali.

Tapi ketika di perjalanan, ia seperti melihat seseorang. Dengan segera ia menepi, kemudian menolah ke arah yang tadi mencuri pandangannya.

Jessy tersenyum miring melihat itu.

...----------------...

...Maaf kemarin nggak up, di dunia nyata kerjaan menumpuk. Udah di sempet-sempetin buat up tapi memang nggak keburu 🙏...