Pencarian nya untuk mendapatkan wanita idaman yang bisa menerima diri dan anak-anak nya, melalui proses panjang. Tidak heran hambatan dan ujian harus ia hadapi. Termasuk persaingan diantara wanita-wanita yang mengejar dirinya karena dia termasuk pria yang mapan, tampan dan punya banyak aset yang berharga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Kenapa sih, kamu suka sekali menyuruh Fauzan menikah dengan Sabrina? Apakah Sabrina telah memaksa kamu untuk menyuruh kamu bicara seperti ini pada Fauzan dan kami? Apakah Sabrina masih ngebet ingin menjadi istri dari Fauzan?" tuduh mamak Ruminah.
"Astaghfirullah, mak! Itu tidak benar mak! Ini semua keinginan ku saja, mak! Bahkan Sabrina tidak ingin jika aku paksa menikah dengan bang Fauzan," sahut Erlina.
"Lalu apa alasan kamu, berusaha menjodohkan mereka? Fauzan itu suami kamu dan ayah kandung dari anak kamu, Zulaikha. Kamu kok aneh. Suka sekali nyuruh suami kamu menikah lagi. Memangnya kamu itu tidak sakit hati jika Fauzan nanti lebih perhatian dengan Sabrina, daripada dengan kamu. Mana enak nya berbagi suami seperti itu," ucap mamak Ruminah panjang lebar.
Dia menjadi geram dengan anak nya yang suka memaksa menyuruh suaminya menikah lagi. Bahkan sekarang Erlina mengancam tidak mau makan dan minum obat hanya demi meminta supaya Sabrina dan Fauzan menikah.
"Aku sangat menyayangi Sabrina dan juga bang Fauzan mak! Jadi aku ingin menyatukan keduanya. Ditambah kondisi ku yang lumpuh seperti ini. Ini akan membuat hatiku tenang jika bang Fauzan ada yang melayani nya. Kalau wanita lain aku tidak bakal menerima nya," kata Erlina.
"Ya sudah, mamak akan berusaha membujuk Sabrina. Semoga saja dia mau menjadi istri kedua untuk suami kamu. Kamu ini aneh! Minta kok suamimu nikah lagi. Ini mengenakkan suami kamu," omel mamak Ruminah.
"Nyatanya dari dulu-dulu mereka tidak mau juga loh, mak! Itu artinya mereka memang baik budi. Makanya karena mereka baik itu, aku ingin menyatukan keduanya. Aku yakin, bang Fauzan dan Sabrina akan bahagia setelah mereka bersatu menjadi suami istri," kata Erlina.
"Terus kamu baru tahu rasa! Karena dicuekin suami kamu! Karena Fauzan lebih memperhatikan istri mudanya," sahut mamak Ruminah.
"InsyaAllah tidak, mak! Aku ikhlas ketika melihat mereka bahagia," kata Erlina.
"Pokoknya mamak harus membantu membujuk Sabrina supaya mau menikah dengan bang Fauzan! Tolong yah, mak!" sambung Erlina.
"Iya, iya!" sahut mamak Ruminah dengan keras.
⭐⭐⭐⭐⭐
Setiap hari Erlina tidak mau minum obat. Bahkan untuk diajak periksa ke dokter spesialis tulang dan syaraf pun tidak mau. Ditambah diajak terapis untuk mengobati kelumpuhan nya. Erlina tetap tidak mau untuk berobat dan berusaha untuk sembuh. Erlina tetap teguh dengan pendirian nya. Dia mengancam tidak mau diobati jika suaminya dan Sabrina tidak mau menikah. Dan mamak-mamak nya harus mendukung dan setuju jika Fauzan menikah lagi dengan Sabrina.
"Sayang! Mamak mohon, kamu jangan bersikeras seperti ini. Kamu harus sembuh. Apakah kamu tidak menyayangi anak-anak kamu. Pikirkan lah Zulaikha yang masih bayi. Dia sangat butuh kamu, nak!" ucap mamak Ruminah sambil menangis terisak-isak.
"Kamu ini benar-benar keras kepala, Erlina. Sudah jelas sahabat kamu tidak mau menikah dengan Fauzan. Kamu masih saja keras kepala," sahut mamak Sarina.
"Jika Sabrina tidak mau menikah dengan Fauzan. Mungkin saja kalau aku secepatnya mati, Sabrina mau menikah dengan bang Fauzan. Bukankah Sabrina ingin menjadi istri satu-satu nya bagi suaminya," kata Erlina.
"Astaghfirullah, Erlina!" sahut Sabrina yang juga mendengar ucapan Erlina. Sabrina menjadi geram karena menghadapi keras kepalanya sahabat nya itu.
"Sabrina! Kamu dengar sendiri bukan? Kalau Erlina tidak mau makan dan minum obat. Apalagi berobat ke luar negeri untuk penyembuhan syaraf kaki nya yang tiba-tiba mengalami kelumpuhan," ucap mamak Sarina.
"Erlina, aku mohon! Kamu jangan keras kepala seperti ini dong! Kamu harus makan yang banyak dan minum obat. Apakah kamu tidak kasihan dengan anak-anak kamu, Erlina. Dan juga kamu tidak kasihan dengan bang Fauzan?" kata Sabrina.
"Justru karena aku kasihan dengan bang Fauzan, aku meminta dia untuk menikah dengan kamu. Sekarang tinggal kamu saja Sabrina. Kamu jangan mikir yang tidak-tidak yah! Kamu mau yah menikah dengan bang Fauzan dan menjadi istrinya. Aku akan bahagia jika kamu mau menikah dengan bang Fauzan," ucap Erlina.
"Tapi, Erlina! A aku..." sahut Sabrina.
"Tolonglah Sabrina! Demi sahabat kamu Erlina supaya mau berobat. Mamak sudah tidak tega melihat Erlina dalam kelumpuhan seperti ini. Erlina harus sehat dan pulih seperti sedia kala," ucap mamak Sarina memohon.
"Benar Sabrina! Mamak mohon kepadamu, nak! Menikah lah dengan Fauzan. Jadilah istrinya. Erlina sudah ikhlas kok, melihat kamu bahagia. Semua demi Erlina, Sabrina!" sahut mamak Ruminah.
Sabrina melihat mamak Ruminah dan mamak Sarina secara bergantian. Kini beralih pada Erlina yang menggenggam tangannya.
"Mau yah, Sabrina! Aku mohon!" kembali Sabrina merengek dan memohon. Akhirnya Sabrina mengangguk tanda setuju. Walaupun dalam hatinya benar-benar terpaksa memilih untuk menikah dengan Fauzan. Walaupun dalam hatinya juga masih sangat mencintai Fauzan. Tapi untuk berbagi suami itu bukan impian Sabrina.
"Alhamdulillah," ucap mamak Sarina dan mamak Ruminah secara bersamaan.
*****
"Erlina, aku mohon! Kamu jangan keras kepala seperti ini dong! Kamu harus makan yang banyak dan minum obat. Apakah kamu tidak kasihan dengan anak-anak kamu, Erlina. Dan juga kamu tidak kasihan dengan bang Fauzan?" kata Sabrina.
"Justru karena aku kasihan dengan bang Fauzan, aku meminta dia untuk menikah dengan kamu. Sekarang tinggal kamu saja Sabrina. Kamu jangan mikir yang tidak-tidak yah! Kamu mau yah menikah dengan bang Fauzan dan menjadi istrinya. Aku akan bahagia jika kamu mau menikah dengan bang Fauzan," ucap Erlina.
"Tapi, Erlina! A-aku..." sahut Sabrina.
"Tolonglah Sabrina! Demi sahabat kamu Erlina supaya mau berobat. Mamak sudah tidak tega melihat Erlina dalam kelumpuhan seperti ini. Erlina harus sehat dan pulih seperti sedia kala," ucap mamak Sarina memohon.
"Benar Sabrina! Mamak mohon kepadamu, nak! Menikah lah dengan Fauzan. Jadilah istrinya. Erlina sudah ikhlas kok, melihat kamu bahagia. Semua demi Erlina, Sabrina!" sahut mamak Ruminah.
Sabrina melihat mamak Ruminah dan mamak Sarina secara bergantian. Kini beralih pada Erlina yang menggenggam tangannya.
"Mau yah, Sabrina! Aku mohon!" kembali Sabrina merengek dan memohon. Akhirnya Sabrina mengangguk tanda setuju. Walaupun dalam hatinya benar-benar terpaksa memilih untuk menikah dengan Fauzan. Walaupun dalam hatinya juga masih sangat mencintai Fauzan. Tapi untuk berbagi suami itu bukan impian Sabrina.
"Alhamdulillah," ucap mamak Sarina dan mamak Ruminah secara bersamaan.
"Kalian semua membuat aku harus mengambil keputusan ini," ucap Sabrina dengan menundukkan kepalanya. Mamak Sarina dan mamak Ruminah merangkul pundak Sabrina. Mereka berdua mengusap pundak Sabrina.
"Jangan khawatir, Sabrina! Berbagi itu indah. Kamu harus tahu kalimat itu," kata mamak Sarina dengan tersenyum dan mengedipkan matanya pada mamak Ruminah.
"Benar mak! Berbagi itu indah. Tapi tidak indah untuk berbagi suami itu," sahut Sabrina yang sebenarnya paling benci poligami. Walaupun dirinya menyukai Fauzan.
⭐⭐⭐⭐⭐
"Halo Erlina? Kelihatannya hari ini kamu terlihat lebih bersemangat untuk sembuh. Pasti karena kamu hari ini lagi senang yah," ucap Vievie yang sore itu sengaja datang ke rumah Fauzan dengan membawa banyak makanan.
Selain ingin menjenguk Erlina, Vievie juga ingin lebih mengenal dekat dengan mamak Sarina. Mamak Sarina harus Vievie dekati untuk mencari dukungan dan mengambil hatinya. Vievie berusaha membuat mamak Sarina menyukai dirinya. Dengan begitu tujuan Vievie untuk menikah dengan Fauzan semakin terbuka lebar.
Erlina tersenyum saat Vievie bertanya kabarnya
"Tuh benarkan, kalau kamu sekarang lagi bahagia. Hayo cerita dong, kenapa sebahagia itu?" tanya Vievie mulai penasaran.
Erlina semakin fresh dan bersemangat. Terlihat Erlina habis makan banyak dan sudah mau minum obat. Rencananya dirinya akan berobat secara medis dan non medis sebagai bentuk upaya dan ikhtiar demi kesembuhan penyakit kelumpuhan nya yang bersifat sementara itu.
"Mbak Vievie benar! Hari ini aku senang banget mbak. Mbak tahu? Sabrina akhirnya mau menjadi maduku. Sabrina akan menikah dengan bang Fauzan. Rasanya senang banget melihat bang Fauzan dan Sabrina menikah dan duduk berdampingan saat pelaminan," cerita Erlina. Sukses kabar gembira menurut Erlina itu seperti petir di siang bolong. Hal itu membuat kedua kaki Vievie menjadi lemas. Rasanya dirinya tiba-tiba menjadi gelap pandangannya. Rasanya mau pingsan tapi Vievie berusaha menahannya.
"Benarkah Sabrina akan menikah dengan pak Fauzan? Jika benar pak Fauzan akan punya dua istri dong. Benar-benar hebat!" Vievie berusaha menutupi rasa keterkejutan nya. Erlina tersenyum lebar menanggapi ucapan Vievie.
"Hari ini Erlina sangat bahagia. Dia mulai semangat ingin lekas sembuh dan pulih. Itu karena Sabrina akan menikah dengan Fauzan. Erlina ingin saat pernikahan Sabrina, sahabatnya diri nya sudah bisa berjalan lagi," mamak Sarina tiba-tiba datang dan masuk ke ruangan kamar Erlina. Di mana di sana masih ada Vievie yang belum pulang dari menjenguk Erlina.
"Vievie, kamu di sini?" tiba-tiba Fauzan masuk ke kamar Erlina. Erlina meraih pergelangan tangan Fauzan lalu mencium punggung tangannya.
"Setelah pulang dari kantor, saya langsung kemari pak," jawab Vievie. Fauzan tersenyum menanggapi Vievie.
"Oh, terimakasih banyak yah sudah menjenguk istriku," kata Fauzan.
"Sama-sama Pak!" sahut Vievie menunjukkan senyuman nya yang paling manis.
"Bang Fauzan! Sabrina sudah setuju untuk menikah dengan abang. Jadi, abang harus urus semuanya. Aku mau acara pernikahan bang Fauzan dengan Sabrina tidak kalah meriah dan mewahnya seperti pesta pernikahan kita," kata Erlina.
Fauzan melihat Vievie dan Erlina secara bergantian. Di saat itulah dua mamak- mamak rempong itu menyambung pembicaraan soal topik itu.
"Benar, Fauzan! Sabrina harus dirias seperti seorang ratu. Dan kamu kembali dirias seperti seorang raja," kata mamak Sarina.
"Terserah mamak dan Erlina saja. Yang penting mamak dan Erlina senang," sahut Fauzan.
"Bukan mamak dan Erlina. Tapi ini juga membahagiakan Sabrina," kata mamak Sarina.
"Kalau begitu, aku akan menemui Sabrina di dalam kamar nya. Aku akan bicara dengan Sabrina mengenai pernikahan ini," ucap Fauzan.
"Sabrina ada di kamar Hamzah. Cepat kamu ke sana," kata mamak Sarina.
"Kalau begitu, saya pamit undur diri dulu," sahut Vievie yang merasa sesak jika lama-lama di tempat itu.
"Oh, iya Vievie! Terimakasih banyak yah sudah datang menjenguk Erlina," kata Fauzan.
"Iya, pak, sama-sama!" sahut Vievie akhirnya seraya meninggalkan kamar Erlina. Demikian juga halnya Fauzan yang hendak bicara dengan Sabrina soal rencana pernikahannya.
"Pasti Sabrina terpaksa mengambil keputusan ini untuk menikah dengan ku. Semua orang memaksa Sabrina untuk menikah dengan ku. Kasihan Sabrina," pikir Fauzan.