Dokter Tampan Dan Gadis Arogan

Keesokan harinya Jodi menghubungi Cathleen saat dia sedang dikantor dengan tumpukan dokumen di hadapannya

Drrrt drrrt drrrt

"Halo" Cathleen langsung menerima panggilan telepon tersebut begitu ponselnya berdering

"Halo, bu Cathleen. Saya punya kabar bagus" Jodi langsung bicara tanpa basa-basi

"Kabar bagus apa? Katakan!" Cathleen menanggapi dengan nada bicaranya yang dingin

"Pak Arya, dia kalah dalam permainan tadi malam sebesar 300juta" Jodi bercerita dengan antusias

"Cepat juga dia. Ku kira akan butuh waktu lama sampai dia terlilit hutang. Lalu apa yang akan dia lakukan?" Cathleen tersenyum sinis saat mendengar perkataan Jodi

"Dia meminta saya membuat dokumen palsu dan kembali menggelapkan dana perusahaan"

"Hemn... jadi begitu. Kamu buatkan dokumennya. Buat dia kembali ke meja judi. Aku yang akan memberikannya hadiah untuk itu" Cathleen bicara dengan sangat tenang dan senyum mencibir

"Baik bu Cathleen. Saya akan buatkan dokumennya. Tapi … jika pak Arya ditangkap, bagaimana dengan saya? Saya juga pasti akan terbawa kasus ini karena saya yang membuat dokumennya" Jodi bicara dengan ragu-ragu

"Kamu tenang saja. Kalau kemu setia padaku, maka aku pasti akan melindungi mu. Bagaimana pun caranya" Cathleen berkata dengan penuh keyakinan sambil memainkan bolpoin yang ada di tangannya

"Baik bu. Terimakasih"

Cathleen dan Jodi pun mengakhiri panggilan telepon diantara mereka. Kebetulan disana sudah ada Mery yang menunggu Cathleen selesai menelepon untuk memberikan laporan perusahaan

"Kamu menghubungi siapa?" Sepertinya senang sekali?" Mery terlihat penasaran melihat Cathleen yang tersenyum bahagia

"Jodi, dia menangkap sebuah parasit. Katanya akan menyingkirkan parasit itu dari hidupku" Jawab Cathleen acuh tak acuh

"Apa maksudmu? Siapa yang kamu sebut parasit? Karena setahuku semua keluarga mu itu adalah parasit" Mery pun bicara dengan sikap yang tenang

"Tenang saja, sebentar lagi juga kamu akan tahu orangnya" Cathleen bicara sambil memeriksa laporan yang diberikan Mery

"Ya sudah. Bagaimana dengan kakimu? Apa masih sakit?" Mery meraih dokumen yang telah ditandatangani Cathleen dan melihat kaki Cathleen yang telah melepaskan gipsnya

"Sudah tidak terlalu sakit. Tapi dokter bilang masih harus mengenakan tongkat selama beberapa waktu" Cathleen bicara sambil menggerakkan kakinya perlahan untuk menunjukkannya pada Mery

"Syukurlah kalau begitu. Kamu harus hati-hati. Jangan sampai lukamu bertambah parah!" Mery mengingatkan dengan lembut

"Baik, aku mengerti, nenek" Cathleen tersenyum tipis menggoda Mery

"Ayo kita makan malam diluar! Sudah beberapa hari kita tidak makan bersama"

"Kamu saja. Pekerjaanku masih banyak" Cathleen menjawab tanpa menatap Mery

"Jika melihat pekerjaan, aku tidak tahu kapan pekerjaan mu akan selesai" Mery bicara sambil mengangkat kedua bahunya bersamaan

"Kamu saja yang pergi. Aku tidak ingin pergi"

***

Ditempat lain Mike sedang berada di kantor, dia sedang berbincang dengan sang ayah mengenai harga saham perusahaannya yang sedang turun

"Mike, kamu harus bantu papa mencari solusi untuk masalah kita. Jika ini terus dibiarkan, maka perusahaan kita akan jatuh bangkrut" Ujar pak Alex pada putranya

"Tapi pah, apa yang harus kita lakukan? Kita sudah berusaha menaikan kembali harga saham kita agar kembali stabil, tapi itu tidak berhasil" Keluh Mike pada sang ayah

"Jika kita diam saja seperti ini maka kita bisa hancur!" Alex dan Mike terdiam seraya memikirkan cara untuk menyelamatkan perusahaan mereka

"Mike, bukankah kamu dekat dengan keluarga Gazelle? Kenapa kamu tidak menikah dengan penerus perusahaan itu? Bukankah kalian sudah lama saling mengenal?" Pak Alex tersenyum ketika mengatakan ide yang dia miliki

"Entahlah pah. Sekarang Cathleen sudah sangat berubah, dia jadi gadis yang kasar, dingin dan sama sekali tidak menaruh perhatian padaku. Bagaimana aku bisa mengambil hati gadis seperti itu?" Mike menjawab dengan sikap yang cuek

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Kita tidak memiliki cara lain selain kamu menikah dengan keluarga yang bisa bekerja sama dengan perusahaan kita" Mike dan Alex kembali terdiam untuk mencari jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi.

Konsentrasi mereka terganggu ketika ponsel Mike berdering.

Drrt drrt drrt

"Maaf pah, aku terima telepon dulu!" Mike meraih teleponnya dan melihat panggilan telepon itu berasal dari Nura

"Halo, kak Mike. Apa kakak sibuk?" Tanya Nura langsung to the point

"Halo Nura. Aku tidak sibuk sama sekali. Ada apa?" Mike menjawab dengan malas

"Aku baru belajar resep masakan baru dari mama. Apa kakak mau makan siang denganku?"

Mike tersenyum mendapat telepon dari Nura, seakan dia baru saja mendapatkan lotre

"Tentu kamu bisa datang langsung ke kantorku. Aku akan menunggu mu!" Jawab Mike disertai senyum menyeringai

"Baik, sampai jumpa di kantor kak"

"Ya, hati-hati dalam perjalananmu!" Mike dan Nura mengakhiri panggilan telepon diantara mereka

"Siapa itu? Kenapa kamu terlihat senang sekali?" Tanya pak Alex melihat putranya tersenyum lebar dengan mata berbinar

"Aku baru saja menemukan jalan keluar untuk masalah kita!"

Pak Alex terlihat penasaran dengan apa yang dimaksud putranya

"Apa maksudmu?"

"Nura, aku bisa melamar dia asalkan dia jadi penerus Gazelle. Jadi kita bisa menyelamatkan perusahaan kita"

"Bagaimana caranya? Dia saja tidak pernah turun tangan dalam masalah perusahaan karena Cathleen yang selalu memegang kendali perusahaan itu"

"Ibunya sangat ambisius dan Nura selalu menuruti bu Maudy. Jadi aku pasti bisa membujuk dia agar mengambil alih perusahaan Gazelle atas namanya" Mike menunjukkan senyum licik di wajahnya

"Kamu benar. Kita bisa meminta suntikan dana dari perusahaan itu jika kalian menikah. Kamu memang pintar Mike, tidak sia-sia kamu belajar diluar negri dsn mengelola perusahaan kita disana. Kamu memang memiliki jiwa pemimpin" Pak Alex terlihat sangat antusias dengan ide yang diberikan Mike

"Ya sudah pah. Kalau begitu aku pergi dulu. Nura akan datang kemari untuk makan siang bersamaku" Mike bicara sambil beranjak dari duduknya.

"Ya ya ya. Semoga berhasil secepatnya!"

Tak lama kemudian Nura tiba di kantor milik keluarga Mike dia melenggang dengan anggun menuju meja resepsionis

"Permisi, saya ingin menemui pak Mike" Ujar Nura dengan senyum ramah

"Apa anda sudah punya janji?" Tanya resepsionis memastikan

"Ya, saya sudah meneleponnya tadi"

"Sebentar ya nona, biar saya tanyakan lebih dulu" Resepsionis wanita itu menghubungi nomor ruangan Mike setelah Nura mengangguk setuju

"Halo pak, disini da tamu yang sedang menunggu. Katanya sudah ada janji dengan bapak"

"Ya, biarkan dia naik ke ruanganku!"

"Baik pak. Nona, silahkan langsung keruang pak Mike saja! Liftnya ada di sebekah sana!" Resepsionis mengizinkan Nura masuk setelah dia mendapat izin dari Mike

"Baik terimakasih" Nura berbalik pergi menuju ruangan Mike. Semua mata karyawan laki-laki tertuju pada kecantikan wajahnya dan keanggunan yang dia tunjukkan.

"Siapa itu? Cantik sekali"

"Benar, seperti bidadari"

Nura tersenyum mendengar bisikan para lelaki tentangnya. Dia memastikan penampilannya sebelum menemui Mike

Nura pun tiba di lantai 8 dimana ruangan Mike berada. Disana terlihat asisten Mike dan juga sekertarisnya

"Permisi, apapak Mike ada di dalam?" Tanya Nura dengan sopan

"Ya, pak mike ada di dalam anda nona Nura?"

Nura menganggukkan kepala dengan senyum sebagai tanggapan

"Silahkan masuk! Pak Mike sudah menunggu"

"Baik. Terimakasih" Nura pun melanjutkan langkahnya menuju ruang Mike. langkahnya terhenti ketika mendengar suara Mike yang terdengar kesal

"Papa, kita sudah bicarakan ini. Aku menyukai Nura bukan Cathleen"

"Tapi kamu harus menikahi Cathleen karena dia adalah penerus perusahaan Gazelle"

"Tapi pah, yang aku cintai itu Nura. Mana mungkin aku menikahi gadis yang tidak aku cinta"

"Jika Nura itu penerus perusahaan Gazelle maka papa pasti akan merestui kalian, tapi dia bukan penerusnya. Dan papa hanya ingin kamu menikah dengan penerus perusahaan agar nama baik kita semakin terangkat!"

"Jadi kak Mike bisa menikah denganku jika aku penerus perusahaan kakek?"