Terjerat Gairah Sang Pembantu

Akhirnya belanja bulanan yang sangat melelahkan selesai juga, dan kini Cani dan Lucas sedang menaruh barang yang mereka beli di dalam bagasi mobil. Pandangan mata Cani sesekali melirik Lucas yang sedang sibuk berbicara dengan ponselnya. Posisi lengan kemeja yang digulung itu benar-benar membuat sosok Lucas terlihat sangat tampan. 

“Baiklah, begini saja, Galih.. Kalau pihak kolega ingin mengajukan banding soal saham itu, besok kita adakan rapat. Setidaknya semua akan dibahas secara detail disana,” ucap Lucas kepada ponsel itu. 

Cani sudah selesai dengan aktivitasnya, ia juga bosan hanya menunggu Lucas bicara dengan ponsel saja sedari tadi. Penglihatan Cani jatuh kepada mobil yang disana terdapat sepasang kekasih yang terlihat saling mencintai. Cani tersenyum manis melihatnya, ia melirik kearah Lucas. 

“Kapan aku bisa semesra itu dengan Tuan Lucas?” tanya Cani di dalam hati. 

Sangat nyaman dengan lamunannya hingga Cani tidak sadar kalau ada sosok pria yang berjalan kearahnya. 

“Cani? Astaga, sudah kuduga kalau itu kau..” Suara itu mengejutkan Cani. Apa lagi Lucas, yang langsung melihat kearah Cani. 

Kedua alis Lucas seakan mau menyatu karena penasaran siapa pria muda yang menyapa Cani itu. 

“Daffa? Kau sedang apa disini?” tanya Cani, ia bahkan menatap Daffa dengan senyuman manis yang membuat Lucas tidak suka dengan itu. 

“Aku baru saja dari dalam, kau sedang apa?” Daffa bertanya balik, ia menyentuh pipi Cani karena menemukan ada sedikit kotoran disana. “Ah maaf, aku menemukan ada sedikit kotoran dipipimu..” jelas Daffa agar Cani tidak salah paham. 

Cani tersenyum simpul saja, banyak hal yang ia bicarakan dengan teman masa sekolahnya itu. Hingga lama-lama Daffa pamit pulang, Cani terus memperhatikan kepergian temannya itu hingga tidak terlihat lagi. 

“Pria itu pacarmu?” tanya Lucas yang ntah sejak kapan ada dibelakang Cani. Bahkan posisi mereka sangatt dekat, hingga Cani bisa merasakan aroma mint dari Lucas. 

“Aku tidak pernah pacaran, Tuan. Pria tadi teman masa sekolahku,” Cani menjawab pertanyaan Lucas. 

“Nggak nanya!” Lucas mengatakan itu dengan sangat ketus membuat Cani sedikit terkejut sebenarnya. “Kalau mau bicara sama dia lagi silahkan.. Aku tidak akan melarangmu,” ucap Lucas lagi. 

Ekspresi wajahnya terlihat gelisah dan tidak suka melihat Cani berinteraksi dengan pria yang bernama Daffa itu. Karena Daffa tadi berhasil membuat Cani tertawa lepas, bahkan bersama dengannya saja Cani tidak pernah tertawa lepas seperti itu. 

“Siala*!” Lucas jadi kesal sendiri, ia tidak suka dengan perasaan hati seperti ini. 

Cani menyusul masuk kedalam mobil, yang pertama kali ia lihat adalah ekspresi datar dari Lucas. Sepertinya pria itu sedang marah, tapi Cani tidak tahu apa penyebabnya. 

“Emm.. Ada apa, Tuan? Kau kelihatannya lagi marah ya?” tanya Cani penuh hati-hati. 

“Hem,”

“Marah kenapa? Ada masalah apa maksudnya, katakan saja kepadaku. Siapa tahu aku bisa membantu kan..” Ucapan Cani membuat Lucas berdecak sebal. 

“Jadi hanya aku yang anggap ini sebuah masalah?” tanya Lucas yang membuat Cani bingung. Tatapan mata tajam Lucas jatuh sempurna kepada Cani yang terkejut, wanita itu seperti tidak merasa melakukan kesalahan. 

“Cani, dengar.. Bahkan baru beberapa jam yang lalu kau memuaskan aku,” Ucapan Lucas terhenti karena tatapan dari Cani yang membuatnya terbungkam. 

“Iya, lalu?” Ekspresi Cani sangat lugu, karna memang Cani tidak tahu alasan apa yang membuat Lucas tiba-tiba saja kesal. 

“Terserah! Lupakan saja!” Lucas lebih memilih untuk tidak mengatakan apapun, pria itu malah menyalakan mesin mobil. Melajukan mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi, membuat Cani sangat takut. 

~

Mobil mewah Lucas berhenti di perkarangan Mansion, ketahuilah sepanjang perjalanan sebenarnya Cani terus mengajak bicara Lucas. Tapi, pria itu hanya menjawab dengan deheman saja ataupun tidak merespon sama sekali. Sungguh aneh bagi Cani, karna tiba-tiba saja Lucas bersikap seperti itu. 

Cani melepaskan seatbelt, ia mendekat Lucas yang masih menatap lurus kearah depan. Ekspresi wajahnya masih terlihat kesal dan seperti tidak ingin bicara dengan siapapun kali ini. 

“Turun cepat! “ Perintahnya dengan nada sedikit ketus kepada Cani. 

Memang awalnya Cani terkejut, tapi ia tidak menyerah. Cani mengecup pipi Lucas hingga pria itu menoleh kearahnya, tatapan tajam tadi sudah tergantikan dengan tatapan sendu. 

“Cani..? Kau membuat perasaanku kacau tau!” Keluh Lucas kepada wanita yang telah memporak-porandakan perasaan hatinya. 

“Memangnya apa yang aku lakukan, Tuan?” tanya Cani, ia masih belum sadar dengan semuanya. 

Lucas geram tentunya, ia langsung meraih tengkuk Cani melakukan pergulatan bibir dengan sangat terburu-buru. Cani yang pertama kali tidak tahu harus membalas seperti apa, hanya bisa mengikuti saja pergerakan lidah dan bibir dari Lucas. 

Bahkan tangan Lucas meremas erat pinggang ramping Cani, disaat Cani merasa pasokan oksigen yang ia miliki sudah menipis langsung saja Lucas melepaskan tautan bibir itu. Lucas tersenyum puas melihat Cani yang tersenggal hanya karna ulahnya, hanya memberikan jedah sebentar. 

Kembali Lucas melakukan pergulatan bibir lagi, kali ini lebih menuntut dari yang pertama. Bahkan suara penyatuan bibir itu sangat terdengar jelas, Cani juga sudah lumayan lihai mengimbangi pergerakan bibir dari Lucas. 

Tidak berapa lama Lucas menyudahi semua itu, kedua tangannya menangkup wajah Cani yang sangat cantik. Bibir wanita itu basah karna ulahnya, benar-benar manis sesuai dugaan Lucas disaat pertama kali bertemu dengan Cani. 

“Ini hukuman untukmu karna sudah berbicara dan bahkan tertawa dengan pria lain disaat ada aku,” ucap Lucas. 

Tentu saja Cani langsung mengerti hal apa yang telah membuat Lucas menjadi marah tadi. “Ternyata dia cemburu.. Kalau lagi begitu lucu juga ya, malah lebih ganas lagi,” gumam Cani didalam hati. 

“Sementara kau tidak pernah tertawa selepas itu denganku..” kata Lucas lagi, ia menatap sedih Cani yang sebenarnya ingin tertawa. 

“Tuan..” Cani mengecup bibir Lucas kembali. “Mereka hanya bisa membuatku tertawa, tapi hanya kau yang bisa membuatku.. Mendesah nantinya,” ujar Cani dengan senyuman menggoda yang hampir membuat Lucas terlena dengan semua itu.