Seorang gadis bernama santi anastasia yang berusia 24 tahun yang ditinggalkan oleh kekasihnya karna insiden kecelakaan yang terjadi dua tahun yang lalu tepat di hari ulanga tahunnya, yang membuatnya menutup diri dan memutuskan untuk pergi dari kota asalnya karna ingin melupakan kenangan bersama sang kekasih. dikota yang baru, santi menjalani kehidupanya dengan menjadi tenaga pengajar di salah satu sekolah yang terkenal di kota itu, hingga dia bertemu dengan seorang lelaki yang tak lain adalah pemilik sekolah tempat santi bekerja dan karna suatu kesalah pahaman membuat mereka terpaksa harus menikah.
Ruben Prasetya seorang pemuda yang berusia 29 tahun, dia seorang pengusaha yang terkaya dan tersohor dikotanya, namun sampai kini masih belum menikah akibat kegagalan percintaannya lima tahun yang lalu sehingga membuatnya menjadi pria yang kejam dan dingin bahkan tak akan segan menghancurkan orang yang telah menyinggungnya, hingga suatu saat terjadi sesuatu yang mengharuskan dia untuk menikahi gadis yang mengajar di sekolah miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon baene, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
Santi masuk kedalam kamarnya merebahkan diri diatas kasur miliknya, air mata kekecewaan yang sedari tadi ia tahan didepan bi asih kini terjatuh menyapu lembut pipi santi.
Ia ingin sekali bertanya, namun bertanya pada siapa, Ingin marah tapi kenapa harus marah jika ruben tidak pulang karna alasan pekerjaan, ia tidak mungkin egois, namun kekecewaan juga tidak dapat disembunyikan oleh santi.
Ia kecewa karna ruben tidsk jadi pulang malam ini, ia kecewa karna ruben juga tidak mberitahunya, ia kecewa karna merasa diabaikan dan tidak dianggap sedikitpun dan sedetik saja oleh suaminya.
" kamu kenapa tidak pulang sih.?" gumam santi.
" kenapa kamu buat aku kesal karna menunggumu.? kata santi Lagi yang berubah menjadi gerutukan.
"Ais sudahlah aku tudur saja, mungkin besok di pulang." kata santi danejamkan matanya untuk menyambut hari esok dan suaminya.
Sedangkan ruben didalam apartmentnya, matanya masih belum juga bisa terpejam
memikirkan pesan yang dikirimkan bi asih padanya.
" kenapa bi asih menanyakan keberadaaku,? tidak biasanya dia bertanya jika akubtidak pulang, Apa terjadi sesuatu dirumah.? apa santi baik baik saja disana.? kenapa aku teris saja berpikiran keadaan rumah disana, apa santi yang bertanya keberadaankun karna alu tak pulang selama dua hari.? tapi tidak mungkin kalaj santi yang bertanya. Kalau dia mau dia bisakan mengirimku pesan.? huftttt..
Ruben berperang dalam batinnya afa banyak pertanyaan dalam hatinya yang ditimbulkan oleh satu pesan yang dikirimi oleh pembantu dirumahanya.
Ia takut ada apa apa kepada santi, tapi akalnya juga menolak akan kekhawatiran itu, ia merasa tidak mungkin santi mencarinya, tidak mungkin santi menanyakannya, tidak mungkin santi khwatir padanya, apalagi santi merindukannya, itu sangat sangat tidak mungki menurut ruben.
Keesokan harinya, santi sangat malas untuk bangun, mengingat ini adalah hari minggu jadi santi bermalas malasan.
Santi masih berada didalam kamarnta dantidak keluar sama sekali bahkan sarapnnya saja diantarkan oleh bi asih,
Santi sedang asyik dengan novel bacaanya yang ada diponselnya, saar sedang asyik panggilan masuk dari Lili.
" hallo Li." sapa santi saat panggilan sudah dijawabnya.
" Santi kamu sibuk tidak.?" tanya lili
" em,,gak dah sih ya." jawab santi setelah beberapa saat berpikir tentang kegiatannya hari ini.
" kelur yuk, aku mau cerita sama kamu." ajak lili.
" boleh, jemput aku ya." jawab santi dengan semangat, karna dia saat ini butuh refresing pada otaknya.
" ok, setengah jam lagi aku jemput." seru lili
langsung mematikan sambungan telponnya.
Setengah jam kemudian mobil Lili sampai dihalaman rumah santi dan santi pun langsung keluar dari rumah setelah tadi pamit kapada bi asih.
" ayo berangkat." ajak santi setelah masuk kedalam mobil, disana juga ada jovan sebagai supir mereka.
mobil mereka berjalan pergi meninggalkan rumah menuju pusat perbelanjaan yang menjadi tujuan mereka, selama perjalanan tidak ada yang berbicara mereka sibuk dengan pikiran masing masing. Santi sibuk memikirkan suaminya, Lili sibuk memikirkan perjodohannya dengan orang yang sampai sekarang masih belum ia kenal, sedangkan Jovan diam karna sibuk menyetir dan fokus pada jalanan yang ada didepannya.
Sampai di mall, mereka langsung menuju kafe didalam itu untuk mereka menongkrong, Sampai disana mereka langsung duduk dan memesan minuman dan makan siang,
Msing masing memesan makanan yang akan mereka makan dan juga minuman mereka, sambil menunggu mereka mengobrol,
" oh ya gimana dengan jodohmu Li.?" tanya Jovan memecah keheningan. Karna mereka sudah tau alasan lili berada dikota ini semua itu karna ia dijodohkan dan mencari tau sendiri jodohnya disini.
" huffttt, aku gk tau Mncarinya kemana." ucap Lili dengan membuang napasnya kasar.
" makanya jangan jomblo biar gk di jodohkan sperti ini." celutuk Jovan.
" ye.. Kau pikir aku mau apa dojodohkan seperti ini." kata santi ketus dan menoyor kepala jovan dengan kesal.
" kau bisa tidak jangan kasar jadi perempuan.!" kata jovan berkacak pinggang karna kesal ditoyor lili.
" habis kau itu sangat menyebalkan.!" cebik Lili.
" kalian bisa diam tidak.!" bentak Santi yan pusing dengan pertengakaran kedua temannya itu.
" Dia yang mulai." jawab keduanya bersamaan.
" kenapa ikutan sih.?" kata mereka bersamaan lagi.
Santi hanya menggeleng melihay itu semua dan lalu menghentikan mereka karna pesanan mereka sudah datang.
" sudah, kita makan dulu nanti lagi tengakarnya." seloroh Santi.
Bersambung....