Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
Hasna tersenyum lalu berkata. "Ayo istirahat Mbak, sudah siang." ajak Hasna sambil menunjuk para staf sudah beristirahat. Mbak Maria hanya tersenyum kaku, bahkan sampai sekarang dia belum ada niatan minta maaf sudah bergosip tentang Hasna.
"Iya ayo." ajaknya kembali lalu bangkit dan menuju teras kantor. Orang-orang sudah pada duduk-duduk dan minum yang segar-segar.
"Mantap euy, Mbak Maria bestie dengan Hasna." ujar Siska seolah berbisik tapi Hasna masih mendengarnya. Gak ada capeknya cari bahan gosip.
Hasna berjalan menuju ruangannya mengambil botol minum yang selalu dia sediakan dalam tasnya. Saatnya pulang ke rumah, Halim dan kak Hana sudah menunggunya.
"Loh ayah disini?" tanya Hasna ketika masuk ke dalam rumah. "Ayah sama siapa? Naik apa?" cecarnya belum juga duduk.
"Ayah sendiri de, tadi ayah kesini naik motor Widia. Katanya boleh sama yang punya, ayah juga dah pamit Mami kok." jawab Hana yang sudah diceritakan oleh sang ayah.
"Oh gitu, kenapa malah pake motor Widia? Emang ayah gak menginap?" tanya Hasna lagi.
"Ayah mau menginap disini." ucapnya mantap, ayah duduk di kursi andalannya. Membuak kantong plastiknya yang isinya ~ obat.
"Kirain ayah merokok lagi, ingat kata dokter ayah!" ujar Hasna mengingatkan. Ayah hanya mengangguk saja.
"Iya ayah, demi kesehatan ayah juga." sahut Hana membela Hasna. Bukan bermaksud menyudutkan ayah tapi demi kebaikan sang ayah juga.
"Ayah sudah gak merokok kok." jawabnya sambil meminum obatnya sebelum makan siang. Ayah rutin chek up sebulan sekali bersama Hasna semenjak sakit. Meski Hasna di kampung M, dan ayah di Kamping T tapi tetap Hasna yang memperhatikan.
Esoknya Hasna harus mengajar pelajaran Bahasa Inggris di Madrasah Tsanawiyah al-Falah di kampung M. Kesibukannya bertambah! Dia mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi keluarganya.
Hana sang kakak, dia tidak dapat membantu sepenuhnya biaya Husna sang adik bungsu. Hana memberikan tempat tinggal dan makan untuk Husna. Sedang biaya pendidikannya dari Hasna karena uang hasil kerja sang ayah buat isterinya.
"Gak masalah kak, biar aku saja yang bantu biaya kuliah Husna nantinya." ujar Hasna tegas. Dia tahu posisi kakaknya bagaimana, memang bekerja tapi sekarang sudah ada anaknya.
"Ayah gak bisa kerja berat kak, kasihan ayah. Jangan sampai ayah kepikiran biaya pendidikan Husna, aku yang belum nikah, apalagi Mami yang selalu bilang tidak ada yang nafkahi." imbuh Hasna.
Ayah sedang keluar shalat Jumat makanya Hana dan Hasna bisa mencari solusi tentang masalah yang dihadapi. "Kayaknya solusinya dari pikiran ayah yang harus tenang. Berpikir positif tentang masa depan anak-anaknya akan cerah." ujar Hana.
Hasna mengangguk paham. "Tapi entahlah kak, aku juga bingung. Kalau aku bicara sama ayah gak ada ujungnya." ujar Hasna jujur. "Kayaknya ayah cocok kalau ngobrol sama kak Hana deh!" imbuhnya.
"Ya sudah nanti kakak akan bicara sama ayah. Itu ayah pulang de!" ujar Hana. "Eyang pulang nak." ujar Hana mengajak Halim berbicara.
"Ayah, aku besok ada rapat di kantor camat. Apa ayah mau ikut sekalian kembalikan motor?" tanya Hasna. "Sudah satu minggu disini nanti mau dipakai sama orangnya." imbuhnya.
"Iya ayah ikut sekalian ambil baju." jawab ayah lalu bersiap. Hasna dan Hana saling pandang seolah berkata ayah akan menetap disini bersama kita! Mereka berdua tersenyum senang.
Sepuluh menit ayah telah siap, Hasna mengeluarkan motor Widia juga motornya. "Nanti pulangnya biar satu motor saja." ujar Hasna.
"Iya." jawab ayah singkat. Hasna dan ayah Ahmad akhirnya berangkat ke Kampung T. Ayah ke rumah Mami ternyata kosong. Siangnya Widia datang bersama Yusuf.
"Loh Mami kalian mana??" tanya Ayah Ahmad saat duduk di teras rumah.
"Mami masih disana yah, di rumah tante Erna karena sakit." jawab Yusuf. Ayah hanya mengangguk saja sebagai jawaban tapi dalam hati merasa sakit.
"Mengurus adiknya sakit sanggup padahal sudah ada suami Erna yang mengurusnya. Tapi dia mengurus saya suaminya tidak bisa, selalu saja pergi-pergi." batin ayah merasa sedih.
"Dibela-belain dinikahi demi anaknya supaya punya ayah, sekarang malah aku dicampakkan." imbuh ayah dalam hati. Selama ini ayah selalu diam ketika sang isteri menjelekkannya atau mengatakan jika ayah tidak pernah menafkahi.
Kini saatnya ayah angkat kaki dari rumah sang isteri yang mau saat ayah kuat saja. "Sebaiknya aku pulang ke rumah ku bersama anak-anak. Ada mereka yang merawatku." batin ayah lagi.
Sorenya Hasna menjemput dan ternyata Mami masih juga belum pulang. Mungkin karena ayah datang makanya dia sembunyi di rumah sang adik.
"Mami mana yah?" tanya Hasna mencari mami Titik tidak ada sampai di dapur juga.
"Ke rumah Bi Erna, katanya kambuh." jawab ayah enteng, lalu bersiap ke kampung M. Ayah membawa kembali pakaiannya yang pernah dibawa ke rumah Mami, begitu juga dengan Hasna.
"Mami memang kejam, hanya bertahan berapa tahun dengan ayah! Saat ayah sakit begini dia tidak mau mengurusnya. Ya Allah." jerit hati Hasna sakit rasanya mendapati ayahnya di campakkan.
Dia hanya bisa diam, semua itu urusan sang ayah. Keputusan ayah seperti apa Hasna akan terima! Ayah betah di rumah lamanya apalagi ada cucu pertamanya ~ Halim.
Bulan kedua Hana di kampung M menemani sang ayah dan adik. Selama ayah di rumah bersama anak-anaknya ayah bahagia. Tidak pernah melakukan pekerjaan berat.
Kerja ayah hanya makan, tidur, sholat, jalan-jalan pagi dan sore, pokoknya bahagia menikmati masa tua. Anak-anaknya juga tidak ada yang mau membahas Mami disana.
Saat Hana dan Hasna bertiga di rumah dengan Halim. Hana mengatakan bahwa. "Maaf de, kalau kakak disini merepotkan kamu. Kakak juga belum mendapatkan orang yang cocok untuk dikenalkan padamu." ujar Hana lembut.
"Gak apa kak, mungkin memang belum jodoh." Jawab Hasna tidak masalah. "Sebenarnya aku bosan kak ditanya kapan nikah? Bukan hanya di rumah, di kantor juga gitu. Kenapa sih memangnya?" Curhat Hasna.
"Kalau ada jodohku aku bakalan nikah kok, yang jalani aku kenapa mereka yang repot?" Tanyanya dengan nada kesal. Hana diam mendengarkan.
"Kayak kakak dulu kan, belum nikah ditanya kapan nikah? Nikah setahun, dua tahun, belum ada anak kapan punya anak? Nanti sudah ada anak, toh kita juga yang urus. Mereka gak mau ikutan mengurus." Gerutu Hasna kesal.
Hasna hanya sama orang terdekatnya dia mau jujur, itu pun orang yang paling dia anggap dekat. Kakaknya karena pengganti sang ibu. Itu pun harus dipancing oleh Hana supaya Hasna mau cerita.
"Begitu lah kehidupan de, ada saja orang yang ingin ikut campur urusan kita. Sudah abaikan saja!" Ucap Hana menasehati.
"Aku sudah tidak memperdulikannya kak, apalagi sekarang ayah butuh berobat. Toh saya juga yang temani ke rumah sakit." Ucap Hasna lagi.
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/