Kisah reinkarnasi dari seorang putri mafia yang meninggal akibat di bunuh musuh ayahnya membawanya ke jaman dinasti Hong dan menjadikannya pengantin wanita untuk seorang pangeran tampan.
Putri Liu Lie Han adalah pemilik asli tubuh yang di pakai Lisa di kehidupan barunya,kematian tragis yang menimpa putri Lie mengharuskan Lisa membalas dendam pada orang yang menindas pemilik tubuh dan akan di teruskan dengan senang hati oleh Lisa sang putri mafia.
Keahlian dan kecantikannya banyak menjadi sorotan di semua kalangan hingga menyebabkan pangeran Ji Jun Xiao gelisah di buatnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lijun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Lae atau Lie kecil banyak mendapatkan perhatian semua orang di kediaman ayahnya bahkan mereka selalu mendahulukan kebahagian Lae dan tidak jarang mereka mengabaikan perintah Selir Bai.
Jendral Han dan Min melimpahkan seluruh kasih sayang dan cinta mereka untuk Lae agar ia tidak merasakan kekurangan kasih sayang meskipun pada kenyataannya ia tetap tidak mendapatkan kasih sayang seorang ibu.
Selir Bai pernah mendapatkan kepercayaan Jendral Han untuk merawat dan menyayangi Lae bahkan Jendral Han menyanggupi permintaan Selir Bai yang ingin menjadi nyonya di kediaman dan memegang tanggung jawab keuangan menggantikan Lae yang sudah tiada.
Namun apa yang terjadi sungguh di luar perkiraan, karena ternyata Selir Bai tidak merawat Lae dengan tulus melainkan hanya menginginkan status nyonya besar dan memegang kekuasaan jika Jendral Han tidak ada di kediaman.
Lae kecil sering dimarah dan bahkan Selir Bai tidak segan-segan untuk mencubitnya hingga membiru, jika Lae tetap manangis maka ia akan di tempatkan di dalam kamar gelap sendirian. Para pelayan dan pengawal tidak berani mengadu atau membicarakan hal tersebut pada siapapun, jika mereka membocorkannya maka nyawa mereka taruhannya.
Selir Bai benar-benar sudah di luar kendali hanya karena ia menjadi seorang nyonya besar dan dapat memerintahkan apa saja yang ia inginkan. Ketika ia mengetahui bahwa seorang pelayan kepala kepercayaan Lea ibu dari Min dan Lae berencana mengirim surat kepada Jendral Han untuk memberitahu semua kejadian yang terjadi di kediaman, ia sangat marah dan segera menghukum berat pelayan tersebut dengan pukulan yang tanpa batasan.
Karena usianya yang sudah tua, pelayan itu akhirnya meninggal ketika mendapat 20 kali pukulan pada pinggangnya yang di lakukan langsung oleh Selir Bai. Hal itu menyebabkan mereka hanya bisa mematuhi semua perintah darinya jika tidak ingin bernasib sama dengan kepala pelayan tersebut.
Setelah kejadian itu maka posisi kepala pelayan di ganti dengan orang kepercayaan Selir Bai sendiri agar ia dapat lebih leluasa bertindak tanpa ada yang protes.
Hari itu Jendral Han pulang dari perbatasan tanpa kabar karena ia selalu merasakan sesuatu yang mengganjal di hatinya selama meninggalkan putri kecilnya yang tidak di temani pula oleh kakaknya yang sedang menuntut ilmu.
Ketika memasuki gerbang kediaman Jendral Han dapat melihat banyak perubahan yang terjadi di tempatnya tersebut, seperti penjaga gerbang yang semakin bertambah, tidak ada penjaga yang selalu berpatroli dan juga beberapa pelayan yang wajahnya terdapat tanda cap lima jari di kedua wajahnya.
Kebingungan Jendral Han semakin bertambah ketika ia tidak mendapati putri kecilnya di kamarnya, bahkan di seluruh paviliunnya juga tidak ada.
Jendral Han akhirnya memutuskan untuk mencari putrinya ke paviliun Selir Bai, namun alangkah terkejutnya ia ketika mendengar tangisan dan teriakan histeris dari putrinya yang sepertinya sedang menderita.
Dengan langkah yang lebar dan cepat Jendral Han mendekati paviliun di depannya yang semakin terdengar jelas teriakan putrinya yang sangat kencang. Jendral Han menendang pintu dengan keras hingga menimbulkan keterkejutan orang-orang di dalamnya.
Mereka semakin terkejut saat mendapati Jendral Han yang berdiri di depan pintu dengan kilatan amarah apalagi ia melihat putrinya yangdi paksa oleh para pelayan Selir Bai.
Jendral Han me dekat dan mengambil putrinya yang tetap menangis. Bahkan tubuhnya terasa sangat panas dan bibirnya yang pucat pasi semakin membuat Jendral Han murka karenanya.
Selir Bai sudah sangat ketakutan dan tubuhnya bergetar hebat, ia tidak menyangka jika Jendral Han akan pulang secepat itu dan tidak memberi kabar akan kepulangannya.
"Pengawal! seret mereka semua kehalam" teriak Jendral Han menggema, pengawal yang mendengarnya segera membawa para pelayan dan juga Selir Bai yang masih terdiam.
"Tabib, cepat panggil tabib untuk putriku" lanjutnya panik dan pergi ke paviliunnya untuk segera menolong putrinya.
Lae di periksa oleh tabib yang ketika itu ikut dengan Jendral Han ke perbatasan karena banyak prajuritnya yang sakit. Setelah di periksa dan di beri obat, Lae kecil terdiam dan tidur karena suhu tubuhnya yang benar-benar tinggi.
"Bagaimana keadaan putriku?" tanya Jendral Han khawatir
"Tenanglah tuan putrimu sudah baik-baik saja , panasnya akan segera turun dan keadaannya akan membaik hanya saja daya tahan tububnya terlalu lemah jadi jangan beri putri makan sesuatu yang tidak layak" jelas tabib
"Maksudmu apa!" bentaknya.
"Begini tuan, putri Lae terlalu banyak makan makanan yang tidak sehat atau makanan yang sudah basi dan berjamur sehingga pencernaannya terganggu dan putri mengalami demam tinggi karena memiliki banyak memar" tabib membuka kain penutup pada tubuh Lae hingga tampaklah memar dan bekas cubitan bahkan pada bagian bokongnya terdapat merah bekas tangan.
"Kurang ajar ternyata selama ini mereka menyiksa putriku dengan sangat kejam" marah Jendral Han
"Apa mereka semua sudah di halaman?" tanyanya dingin
"Sudah tuan, mereka berada di halaman yang terik" jawab pengawal.
Tanpa mau membuang waktunya segera saja Jendral Han pergi menuju halaman untuk menghukum mereka yang sudah menyiksa putri kecilnya dengan sangat kejam.
Semua orang yang berada di halaman segera memberi hormat, sedangkan pelayan yang di jemur beserta Selir Bai sudah menunduk ketakutan.
"Kemana kepala pelayan?" tanya Jendral Han dingin
"Saya tuan" jawab kepala pelayan gemetar
"Bukan kau tapi Mu" kalimat tersebut membungkam semua orang yang semakin membuatnya marah.
"Panggil dia kemari secepatnya" bentak Jendral Han
"Maaf tuan, tapi kepala pelayan Mu sudah meninggal" jawab pengawal
"Kenapa?" singkat Jendral Han
"Nyonya memukulnya hingga meninggal" jujur pengawal tersebut, ia sudah sangat muak dengan segala tingkah laku selir Bai yang selalu seenaknya terhadap mereka.
"Kenapa?" tanya Jendral Han menatap Selir Bai
"Di dia, dia…" gemetar Selir Bai tidak sanggup mengatakan apapun. Jendral Han tahu ada hal yang tidak beres selama ia pergi jadi ia memilih menatap pengawal yang tadi dan seperti tahu maksud tuannya pengawal itu menjelaskan semuanya tanpa rasa takut dan tidak perduli jika ia akan di bunuh oleh wanita yang sudah mebyiksa nonanya.
"Nyonya selalu menyiksa nona muda saat tuan dan tuan muda tidak ada, bahkan mereka tega mengurung nona muda sendirian di dalam kamar gelap tanpa ada yang menemani" jelas pengawal itu
"Benar tuan, saat itu juga sedang hujan lebat dan angin kencang nona di kurung di kamar itu bahkan tidak diberi makan, kami yang kebetulan menjaga pintu kamar itu memilih masuk saat nona menangis. Kami menghidupkan sedikit lampu agar tidak di ketahui jika kami masuk dan memberi nona makanan karena jika di ketahui nyonya maka kami akan bernasib sama dengan kepala pelayan Mu " sambung pengawal lainnya.
Kemarahan Jendral Han sudah tidak dapat terbendung lagi, betapa tersiksanya putrinya yang bahkan baru berumur dua bulan itu sudah harus menanggung siksa yang berat. Tidak terbayangkan jika sampai terlambat pulang maka ia hanya akan mendapatkan jasad putrinya, seperti halnya sang instri tercinta yang tinggal jasad saat ia pulang.
"Kirim Selir Bai ke paviliun timur dan mulai saat ini dia bukanlah nyonya kediaman ini lagi, tidak ada pelayan yang akan pergi dengannya dan hukuman itu berlaku selama satu tahun penuh. Untuk pelayan, kirim mereka pulang tanpa uang sedikitpun" ucap Jendral Han dingin dan tegas tanpa dapat di ganggu lagi.
"Tuanku, ampuni aku tuan jangan kirim aku ke timur, aku sedang mengandung tuan" kata Selir Bai memohon karena ia tidak mau melahirkan di tempat sunyi itu, meskipun saat ini kandungannya baru satu bulan lebih. Kandungan yang ia dapatkan dari kemabukan Jendral Han yang tidak dapat melupakan Lea dan selalu teringat istrinya tersebut.
"Pelayan akan datang mengantar makanan dan keperluanmu yang sudah habis, tabib juga akan datang setiap bulan memeriksa kandunganmu jadi tidak ada alasan apapun lagi" Jendral Han pergi meninggalkan halaman setelah mengatakan hal tersebut.
Selir Bai dan para pelayannya yang ikut menyiksa Lae menangis dan berteriak meminta ampun namun seakan tuli Jendral Han tidak memperdulikan mereka semua, ia hanya akan melakukan beberapa hal untuk keselamatan bayi dalam kandungan Selir Bai karena bagaimanapun juga bayi itu anaknya dan tanggung jawabnya.