Felisha Rumi adalah seorang siswi SMA yang mendapatkan gelar ratu sekolah. Kecantikan yang kekayaan yang ia miliki sangat menunjang hidupnya menjadi yang paling dipuja. Namun sayang, Felisha merasa cinta dan kasih sayang yang ia dapatkan dari kekasih dan teman-temannya adalah kepalsuan. Mereka hanya memandang kecantikan dan uangnya saja. Hingga suatu hari, sebuah insiden terjadi yang membuat hidup Felisha berakhir dengan kematian yang tragis.
Namun, sebuah keajaiban datang di ambang kematiannya. Ia tiba-tiba terikat dengan sebuah sistem yang dapat membuatnya memiliki kesempatan hidup kedua dengan cara masuk ke dalam dunia novel yang ia baca baru beberapa bab saja. Dirinya tiba-tiba terbangun di tubuh seorang tokoh antagonis bernama Felyasha Arumi yang sering mendapatkan hinaan karena bobotnya yang gendut, kulit yang tak bersih, dan wajah yang banyak jerawat. Terlebih ... dirinya adalah antagonis paling tak tahu diri di novel itu.
Bagaimanakah Felisha menjalankan hidup barunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monacim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PEMBELAAN DARI YOKAN
Bus-bus yang membawa murid SMA ... akhirnya sampai di tempat tujuan. Satu per satu murid turun dari bus membawa tas dan bekal masing-masing. Sendrio hendak keluar, tetapi terhalang Felya yang tertidur di kursinya. Posisinya yang mepet dengan jendela membuatnya sulit untuk keluar dari sana.
"Nih gimana gue bisa keluar," gerutu Sendrio.
Citra menoleh. Ia menghela napas melihat Felya yang tertidur pulas. Bukan itu yang membuat Citra tak suka. Tapi bagaimana Sendrio yang ragu untuk membangunkan Felya seakan-akan tak ingin mengganggu tidur cewek itu.
"Bangunin aja, Sen. Ini kan udah sampai juga," ucap Citra.
"Aku nggak biasa bangunin orang yang lelap, Cit. Mama selalu larang itu," sahut Sendrio.
"Tapi kan kamu nggak bisa keluar jadinya."
Yokan yang hendak pergi dari sana, terkekeh mendengar pembicaraan mereka. Terpaksa ia berbalik badan menghampiri mereka.
"Ribet banget kalian berdua. Tinggal bangunin doang," ujarnya. Tangannya menarik-narik pipi Felya untuk membangunkannya. "Eh, bayi dugong bangun! Bangun woy!"
"Yokan!" tegur Sendrio.
Felya akhirnya terganggu. Ia membulatkan matanya melihat Yokan menarik-narik pipinya.
PLAK!
"Aduuhs!" pekik Yokan ketika tangan Felya dengan ringan menampar pipinya.
"Rasain!"
"Kok ditampar sih! Bego lo, ya!" protes Yokan mendelik tajam.
Felya bangkit dari duduknya sambil berkacak pinggang. "Heh! Lo ngapain protes? Itu salah elu yang bangunin gue pakek acara cubit pipi gue segala. Pakek cara yang lebih lembut kek."
"Mau banget gue lembutin?" tanya Yokan tersenyum jahil.
"Ogah!" Felya mengambil tasnya sebelum menerobos Yokan untuk keluar dari bus.
"Malah keluar duluan. Heh, Bayi Dugong!" Yokan segera menyusul Felya yang telah keluar dari bus.
Tersisa Sendrio dan Citra yang ada di dalam sana. Sedari tadi mereka melongo melihat perdebatan Felya dan Yokan. Begitu keduanya bertemu tatap, Citra menunduk malu dengan senyuman tipis yang terukir di bibirnya.
"Agak lain emang mereka," ujar Sendrio.
"Tapi mereka cocok, Sen. Nggak tau kenapa mereka tuh kayak punya ikatan kuat. Mungkin karena mereka sama-sama punya gelar antagonis di sekolah kali, ya?" kata Citra.
Sendrio mengangguk ragu. "Tapi Felya udah nggak menurut aku."
"U-udah enggak apa?"
"Dia nggak sejahat dulu. Dia udah nggak ganggu kamu, nggak ganggu yang lain, terus ... lebih terbuka saja gitu pertemanannya, Mungkin dulu karena pengaruh Sweet Pink?"
"Tapi aku ada kok liat dia marah-marah sama orang di sekolah. Dia kayak lebih berani gitu."
"Itu karena mereka ganggu. Aku denger juga kok gosipnya yang dia nantangin siapa itu aku lupa. Tapi intinya dia lebih baik dari sebelumnya dan terpenting nggak ganggu kamu lagi, kan?"
Citra tersenyum kecut sambil mengangguk. ''Semoga aja enggak lagi, ya. Jadi aku nggak perlu khawatir lagi kalau ada dia," katanya.
"Ya udah, kita turun, yuk! Yang lainnya udah pada ngumpul tuh. Kita doang kayaknya yang belum."
"Ayok!" Citra dan Sendrio pun keluar berbarengan dari bus itu.
Usai semua murid telah berkumpul dan diberi arahan. Mereka langsung menuju tempat pembangunan kemah. Sebelumnya mereka dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok ada lima orang. Jadi satu kemah ada lima orang di dalamnya. Felya ternyata satu kemah dengan Citra, Dhea, Desi, dan Mala. Walau mereka protes pun tak mendapatkan respons apa-apa dari guru pembina karena tim sudah dibagi dari awal-awal sebelum keberangkatan.
Mereka sekarang di hadapkan dengan sebuah kemah. Tiga orang bergerak membangun tenda, sementara dua lagi masing berdiri dengan angkuh satu sama lain. Siapa lagi kalau bukan Dhea dan Felya. Mereka benar-benar saling kesal satu sama lain.
"Gue sih ogah banget gabung sama tokoh jahat kayak lo. Kalau nggak kepaksa juga gue kagak bakal mau kali," sindir Dhea.
"Apalagi gue. Gue orang yang paling nggak sudi satu kelompok sama yang namanya anggota Sweet Pink. Geng sekolah yang paling urakan di sekolah," balas Felya.
Dhea berdecih dengan tatapan tajamnya pada Felya. "Apa tadi lo bilang? Lo ngehina geng gue? Coba lo ulangi lagi biar semuanya jelas!"
Felya ikut menghadap Dhea dengan tangan bersedekap di depan dada. "Lo mau gue ulangin? Oke, sesuai permintaan! Gue orang yang paling nggak sudi satu kelompok sama yang namanya anggota Sweet Pink. Geng sekolah yang paling urakan di sekolah!"
Dhea yang geram pun mengangkat tangannya untuk menampar Felya. "Kurang ajar lo, ya!"
Felya dengan sigap menangkap tangan cewek itu dan menggenggamnya erat. "Jangan pikir gue nggak berani sama lo! Cupu lo!"
"Aaaaa! Anj*ng lo, Felya!" Dhea menggunakan tangan kanannya untuk menarik rambut Felya. Namun, lagi-lagi tangannya digenggam oleh seseorang dan kali ini genggaman itu terasa lebih kuat dan kekar. Dhea tak menyangka begitu melihat orang yang menahan lengannya ternyata adalah Yokan.
"Mau bikin keributan?"
"Yokan! Kamu apa-apaan sih. Lepasin tangan aku! Dia itu kurang ajar, Sayang. Dia udah ngehina geng aku dengan sebutan urakan. Emang kamu terima kalau geng kamu dihina kayak gitu?!" ketus Dhea.
Felya merotasikan matanya, lalu mengempaskan tangan Dhea. Cewek itu memilih membantu yang lainnya membangun tenda, membiarkan Yokan dan kekasihnya yang kini bertengkar.
"Kita baru sampai dan lo mau bikin keributan? Gue nggak mau ya sampe nama gue dibawa-bawa pas orang ngomongin lo. Gue udah sering denger kalimat yang nggak enak dari orang dan itu karena lo! Nggak heran sih, dia kan pacarnya Yokan. Emang lo pikir gue nggak emosi dengernya?"
"Y-Ya tapi kan kamu tinggal balas aja dia. Orang-orang juga nggak berani sama kamu," sahut Dhea.
"Itu yang bikin lo sama kayak mereka! Lo dan semua orang itu sama aja. Kalian pandang gue sebagai cowok yang badung, urakan, emosian! Itu doang yang ada di pikiran kalian tentang gue! Lama-lama gue nggak tahan sama lo, Dhea. Jangan salahkan gue kalau nanti gue putusin lo!" cetus Yokan sebelum berlalu dari hadapan Dhea.
"Sayang! Yokan tunggu!" panggil Dhea sebal. Ia menahan tangisnya sambil mendelik tajam pada Felya yang sedang membantu yang lain. "Kurang ajar lo, ya! Gara-gara tuh cewek Yokan marah sama gue!"
Usai selesai membangun tenda, mereka meletakkan barang-barang mereka di dalam tenda. Felya dan Dhea tak ingin berdekatan. Felya memilih di pojok kanan dan Dhea di pojok kiri. Mereka saling memberontak satu sama lain. Akhirnya Felya yang lebih dulu keluar dari tenda lebih dulu.
"Daripada gue darah tinggi liat Nyai Lampir mending gue ngambil foto-foto deh," gumam Felya.
Para murid memang diberikan waktu sekitar satu jam untuk berkenalan dengan teman-teman di sana sebelum acara dimulai. Felya pun memutuskan untuk ke danau. Danau di sana adalah tempat yang paling ingin dikunjungi orang-orang ketika berkumpul di sana. Namun, belum lagi ia sampai ke tempat itu, tiba-tiba ia di hadang oleh anggota Sweet Pink, termasuk Dhea yang menjadi pemimpin anggota mereka.
"Kaget, ya? Santai saja kali. Kita cuma mau main sama lo kok," ucap Dhea menyeringai.