Shanum disiksa sampai matii oleh dua kakak tirinya. Sejak ibunya meninggal, dia memang diperlakukan dengan sangat tidak baik di rumah ayahnya yang membawa mantan kekasihnya dan anak haramnya itu.
Terlahir kembali ke waktu dia masih SMA, ketika ibunya baru satu tahun meninggal. Shanum bangkit, dia sudah akan membiarkan dirinya dilukai oleh siapapun lagi. Dia bukan lagi seorang gadis yang lemah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Kebencian itu akan Terbalas
Dimas yang merasa bersalah pada Shanum, terus berusaha bicara dan minta maaf. Namun Shanum yang terkejut dengan apa yang dilakukan oleh paman angkatnya itu masih terus menghindari tatapan Dimas.
Shanum benar-benar terkejut, mungkin karena memang di kehidupan sebelumnya. Dia yang dibujuk oleh Ricky untuk tidak menemui Dimas saat pria itu mengunjungi dan ingin bertemu dengannya. Memang tak pernah bertemu Dimas sejak ibunya meninggal. Mungkin karena Dimas memang terasa seperti orang yang baru hadir di kehidupannya, makanya dia terkejut.
Shanum duduk di tepi tempat tidurnya. Sejak kembali, dia memang segera keluar dari mobil Dimas. Dan berlari meninggalkan pamannya itu, masuk ke dalam kamarnya. Dan belum keluar setelah satu jam berlalu.
Shanum kembali ingat apa yang dikatakan oleh Lusi padanya. Kalau sikap Dimas memang sangat berbeda padanya. Jika dengan orang lain, pria itu sangat irit bicara. Dan wajahnya selalu serius, jarang sekali tersenyum.
Namun, Dimas berbeda saat dia berada di dekat Shanum. Pria itu menjadi sangat lembut, dan murah senyum.
Tok tok tok
"Shanum"
Deg
Begitu mendengar suara Dimas memanggilnya dari luar. Shanum memegang dadanya yang berdebar kencang.
"Shanum, boleh aku masuk?" tanya Dimas yang berusaha bicara dengan Shanum.
Dimas mengakuinya, yang terjadi di dalam mobil tadi itu. Memang salahnya. Dia yang tidak bisa menahan dirinya. Jadi, dia akan mengatakan apa yang ada di dalam hatinya pada Shanum sekarang. Meskipun rasanya sangat tidak mungkin. Dari reaksi Shanum, mungkin gadis itu memang tidak suka sama sekali pada Dimas. Jika memang seperti itu, Dimas akan lebih menjaga dirinya dan jaraknya dari Shanum. Dimas akan menghormati apapun yang akan dikatakan Shanum.
"Shanum"
Shanum kembali menoleh ke arah pintu. Dia mengunci pintu kamarnya.
Dan dari luar, Dimas meraih gagang pintu kamar Shanum. Ketika dia mencoba membukanya. Ternyata tidak bisa. Bahu pria itu menurun, seperti merasa sangat sedih. Mungkin Shanum sangat marah padanya. Dimas sungguh menyesal.
Dimas menghela nafasnya, meski Shanum marah. Tapi ini sudah terlambat untuk makan siang. Dimas menelan salivanya sebelum akhirnya dia bicara,
"Aku akan masuk ke ruang kerja, kamu makan sianglah! aku tidak akan muncul di hadapanmu, maafkan aku! Shanum!" katanya yang langsung melepaskan tangannya dari gagang pintu kamar Shanum.
Shanum yang berada di dalam kamar, masih terus melihat ke arah pintu. Bahunya terangkat tinggi lalu turun lagi. Sebenarnya saat dia menyadari dia memiliki kesempatan untuk menjalani kehidupan lagi, tujuannya hanya ingin membalas apa yang dilakukan Diana dan Dion padanya. Dia juga tidak menyangka akan melibatkan paman angkatnya itu. Tapi, karena sudah seperti ini. Bukankah lebih baik lagi baginya. Dimas, pasti akan membantunya, karena Dimas menyukainya. Itu akan lebih dari sekedar bantuan seorang paman angkat pada keponakan angkatnya kan?
Setelah memikirkan semua itu, Shanum berdiri dan berjalan ke arah pintu. Ketika dia membuka pintu, Dimas sudah tidak ada di sana. Seperti yang pria itu katakan. Mungkin saat ini dia sudah berada di ruang kerjanya, seperti yang tadi pria itu katakan.
Shanum pun melangkahkan kakinya ke ruang kerja pamannya.
Saat dia berada di depan pintu, Shanum mengetuk pintu ruang kerja pamannya itu perlahan.
Tok tok tok
"Paman"
Dimas yang berada di ruang kerjanya. Dan sedang duduk dengan gelisah memikirkan cara lain untuk meminta maaf pada Shanum. Segera berdiri dan berjalan ke arah pintu, begitu dia mendengar suara Shanum dari depan pintu ruang kerjanya itu.
Ceklek
Dimas membuka pintu itu dengan cepat.
"Shanum, aku minta maaf. Aku sungguh minta maaf, aku tahu aku salah. Seharusnya aku..."
"Aku masuk ya!" sela Shanum memberikan sedikit dorongan di dada Dimas.
Deg
Jantung pria itu kembali berdetak kencang. Shanum menyentuh dadanya, meski hal itu hanya Shanum lakukan untuk memberinya sedikit space supaya bisa masuk ke ruangan itu.
"Shanum"
"Paman menyukaiku?" tanya Shanum gugup.
Dimas segera meraih tangan Shanum, dan menggenggamnya.
"Aku memang menyukaimu, aku cemburu saat kamu membela pemuda itu. Tapi, kamu tidak harus memikirkan semua ini. Jalani saja hari-harimu seperti biasanya. Jika kamu tidak ingin aku muncul di hadapanmu, aku akan melindungimu dari jauh, aku..."
"Paman, mau lakukan apapun untukku?" tanya Shanum kembali menyela Dimas.
"Apapun! apapun aku akan lakukan untukmu!" kata Dimas yakin.
"Kalau begitu, hancurkan ayahku, istri barunya itu dan kedua kakak tiriku itu! bisa?" tanya Shanum dengan tatapan penuh dendam dan kebencian pada Diana dah Dion.
Dimas menatap Shanum. Ada begitu banyak dan dalam kebencian di mata gadis yang dia sukai itu. Dia pikir, mungkin selama satu tahun ini, setelah Sofia meninggal. Keluarga itu memperlakukan Shanum dengan sangat buruk.
Tapi, dendam Shanum bukan hanya sebatas satu tahun ini saja. Dendamnya sudah 5 tahun, 5 tahun yang penuh siksaan tanpa harapan.
Dimas menyentuh lembut wajah Shanum.
"Aku pasti akan melakukannya. Aku akan buat mereka menyesal sudah memperlakukan kamu tidak baik selama satu tahun belakangan ini. Aku janji!" ikrar Dimas dengan penuh keyakinan.
Shanum menghela nafas panjang.
"Sampai mereka menangis minta ampun?" tanya Shanum.
Dimas melihat mata Shanum merah, dan berkaca-kaca. Dia sangat tidak tega melihat itu.
"Sampai mereka menangis minta ampun!" jawab Dimas tegas.
Grepp
Shanum memeluk Dimas. Tapi saat itu terjadi, air matanya begitu saja mengalir di wajahnya. Seandainya saja dulu tidak berharap pada kasih sayang ayahnya. Dan sejak dulu memilih tinggal bersama Dimas. Mungkin dia juga tidak akan berakhir mengenaskan.
Dimas yang bisa merasakan Shanum menangis, memeluk gadis itu sangat erat. Seolah dendam itu bisa dia rasakan. Dimas terlihat mengeraskan rahangnya. Dari cara Shanum membenci mereka, keluarga Ricky itu pasti sudah sangat keterlaluan pada Shanum. Dimas berjanji, dia tidak akan membiarkan mereka menjalani hidupnya dengan mudah mulai sekarang.
**
Setelah menemani Shanum makan siang, Dimas kembali ke kantornya. Tapi, Dimas juga sudah menyiapkan sesuatu.
Di kantornya, dia minta pada Erick asisten pribadinya, mengawasi Ricky dan keluarganya. Setelah mengetahui keberadaan mereka saat ini dimana. Dimas memulainya dengan meminta beberapa mengganggu Diana dan Yuyun yang saat ini sedang berbelanja di sebuah mall.
Dimas tampak meletakkan ponselnya setelah memberikan perintah pada anak buahnya.
"Shanum, aku akan tepati janjiku. Akan aku buat mereka menderita satu persatu, sedikit demi sedikit, sampai menangis meminta ampun. Seperti keinginanmu!" ujar Dimas.
Sepertinya keputusan Shanum, menerima rasa suka Dimas sudah benar. Pria itu bahkan langsung memulainya saat ini juga.
***
Bersambung...
orang kalau masih bernafas di paru2 belum tobat kalau Udha tenggorokan baru