Seorang pria yang mendapat warisan leluhur setelah diceraikan oleh istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aiza041221, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Suparman hanya tersenyum penuh arti melihat Robbi dan Linda yang turun dari mobil, mereka. Dia tidak menyangka kalau hanya sekedar datang kedesanya, Robbi dan Linda harus membawa begitu banyak pengawal.
" Tuan muda Robbi, ada angin apa anda kembali datang ke gubug saya? Apa anda tidak takut terserang penyakit kulit jika terlalu sering berkunjung kedesa." ujar Suparman sambil tersenyum mengejek ke arah Robbi.
Tidak ada rasa marah ataupun dendam dalam diri Suparman saat melihat kedatangan mantan istrinya bersama Robbi Saputra, dia justru merasa beruntung karena dengan istrinya memilih pergi bersama Robbi Saputra, kini kehidupannya menjadi penuh dengan keberuntungan.
" Hehehehe.. kamu benar-benar pandai bercanda Man? Kedatanganku kesini, hanya untuk mengantar undangan perjudian kepadamu. Aku harap kamu mau berpartisipasi dalam perjudian denganku dan beberapa temanku." balas Robbi sambil menyerahkan sepucuk surat undangan kepada pengawalnya.
Pengawal Robbi dengan hormat menerima surat dari tangan Robbi dan segera mendekati Suparman untuk menyerahkan surat undangan perjudian tersebut dengan sedikit angkuh.
Suparman hanya bisa tersenyum saat membaca isi surat undangan itu. Ternyata, dalam undangan tersebut, dia diminta menyiapkan modal sebesar lima ratus miliar untuk berpartisipasi, bukan seratus miliar seperti yang Viola sebutkan sebelumnya.
" Kamu jangan khawatir Man? Jika kamu kekurangan modal untuk berpartisipasi? Aku bisa meminjamkan modal terlebih dahulu, yang terpenting kamu bisa ikut berpartisipasi, karena bagaimanapun kita dulu adalah sahabat karib." ujar Robbi sambil tersenyum mengejek ke arah Suparman.
Awalnya Robbi hanya ingin minimal modal dalam perjudian mereka hanya sebanyak seratus milyar, tetapi setelah mendengar usul dari Linda dan semua tuan muda yang ikut berpartisipasi setuju.
Robbi memutuskan untuk menaikkan modal minimal untuk bisa berpartisipasi dalam perjudian menjadi lima ratus milyar, karena dengan begitu dia bisa mempermalukan Suparman dengan mudah.
Robbi sangat yakin, jika Suparman tidak akan sanggup mengumpulkan modal sebanyak itu dalam waktu singkat, karena bagaimanapun dia sudah menyelidiki secara detail tentang orang-orang yang kemungkinan besar akan membantu Suparman.
Walaupun dia tau jika Suparman dekat dengan Caroline dan viola, tetapi Robbi sangat percaya diri, jika kedua wanita itu tidak akan meminjamkan modal uang begitu besar untuk Suparman berjudi.
" Tidak perlu robb, aku memiliki cukup modal untuk ikut berpartisipasi. Kamu jangan khawatir aku pasti akan datang tepat waktu." balas Suparman santai.
Andai Robbi datang mengantarkan undangan hari kemarin, pasti dia akan menolak ajakan Robbi untuk berjudi secara mentah-mentah, namun kini dia yang sudah mendapatkan nomor togel jitu dari kolor saktinya. Sama sekali tidak kebingungan dengan masalah modal.
" Parman, darimana kamu mendapatkan modal sebanyak itu? Lebih baik kamu jual satu kakimu kepada kekasihku, biar kamu bisa ikut berjudi," cibir Linda sambil tersenyum sinis ke arah mantan suaminya.
" Jika Anda sudah tidak memiliki kepentingan lagi di sini, silakan meninggalkan rumah sahabat kami. Kami tidak bisa menjamin akan terus bersabar jika wanita di samping Anda terus menghina sahabat kami," ujar Jarot sambil bangkit dari tempat duduknya.
" Cihhhh...!! Memang apa yang bisa dilakukan oleh pemuda kampung seperti kalian? Apakah kalian tidak melihat keberadaan sepuluh pengawal yang kami bawa..!" seru Linda sambil meludah ke tanah.
" Jika anda tidak pergi dari sini sekarang? Dan masih terus menghina sahabat saya. Saya tidak yakin anda masih bisa melihat matahari terbenam sore nanti." ujar Jarot dingin sambil melepaskan sabuknya.
Begitu Jarot melepas sabuknya, sabuk itu langsung berubah menjadi samurai panjang dan terlihat sangat tajam. Melihat samurai di tangan teman Suparman? Robbi dan para pengawalnya tanpa basa-basi langsung masuk ke dalam mobil mereka dan segera melajukan mobil meninggalkan rumah Suparman.
Meskipun Robbi membawa cukup banyak pengawal, tidak satupun dari mereka yang membawa senjata tajam. Mereka adalah pengawal yang ahli dalam bertarung tangan kosong, sehingga tidak membawa senjata tajam.
" Hehehehehehehe.. kamu memang selalu garang, Rot." ujar Sarmin sambil terkekeh kecil.
" Aku hanya malas saja mendengar ocehan dari Mak lampir itu, kalau bukan mantan istri Suparman, sudah aku robek mulutnya." balas Jarot sambil kembali merubah samurai ditangannya menjadi sabuk dan langsung dia kenakan.
" Sudah, lebih baik kalian pulang sana? Lagian kopi kalian juga sudah mau habis. Aku sudah lapar mau kewarung Nina dulu." ujar Suparman sambil tersenyum manis.
" Apa kamu tidak ingin mentraktir kami untuk sarapan diwarung Nina, Man?" canda Sarmin sambil tersenyum penuh arti.
Suparman hanya bisa tersenyum pasrah, dia yang tidak tega melihat wajah memelas dari kedua sahabatnya, langsung keduanya menuju warung Nina.
" Nina, makan dengan ayam goreng, sayur asem dan sayur kacang panjang. Kasih sambel yang banyak. Minumnya es teh manis." ujar Suparman sambil tersenyum manis.
" Beres Man. Sarmin, Jarot. Kalian pesan makan juga?" seru Nina sambil mengambil nasi.
" Samakan saja dengan pesanan Suparman." balas Sarmin yang langsung diangguki oleh Jarot.
Sambil menunggu kedatangan pesanan mereka, Suparman dan kedua sahabatnya membahas mengenai perjudian yang akan Suparman ikuti.
" Man, dari mana kamu bisa mendapatkan kekurangan modal untuk berpartisipasi dalam perjudian, kekurangan modal yang kamu miliki sangat banyak." bisik Sarmin dengan wajah serius.
" Kalian tenang saja, aku sangat yakin dapat mengumpulkan modal itu sebelum hari perjudian tiba, lagipula viola dan Caroline siap untuk memberikan modal kepadaku." balas Suparman dengan santai.
" Enak jadi kamu, Man? Punya teman wanita kaya raya dan cantik pula, butuh uang ratusan milyar saja mereka masih mau Minjemin. Kalau kamu meminjam sama wanita didesa sebanyak itu, bisa digantung di jemuran." sahut Jarot sambil tersenyum penuh arti.
Suparman hanya tersenyum mendengar candaan dari Jarot, dia yang hendak membalas candaan Jarot langsung mengurungkan niatnya saat pesanan mereka datang.
Suparman dan kedua sahabatnya langsung menyantap makanan dengan lahap. Sementara itu, Suparman terus makan dengan lahap, hingga tidak menyadari bahwa Nina sudah beberapa kali mencuri pandang kepadanya.
Setelah mereka selesai makan, Suparman dan kedua sahabatnya menyalakan rokok. Bagi Suparman, tidak merokok setelah makan ibarat makan tanpa minum.
" Man, kami pulang dulu ya? Terima kasih sudah ditraktir sarapan loh." pamit Sarmin dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.
" Iya Man, aku juga tiba-tiba ada urusan penting, aku ikut pamit bareng Sarmin ya?" sahut Jarot yang ikut bangkit dari duduknya.
Suparman hanya tersenyum mendengar perkataan dari kedua sahabatnya, dia yang tidak memiliki kegiatan lain. Memilih untuk bersantai di warung Nina.
" Man, terima kasih atas uang yang kamu berikan kemarin. Karena dengan uang itu aku bisa membayar uang sekolah Rina dan Dani." ucap Nina begitu warung makan miliknya sudah sepi.
" Sama-sama Nina." balas Suparman sambil fokus memainkan hpnya.
Suparman merasa kesal karena dengan membeli togel yang hanya dua angka, ternyata belum cukup untuk mengumpulkan modal yang dibutuhkannya untuk ikut berpartisipasi dalam perjudian bersama para tuan muda.
Setelah berulang kali mencoba, dia hanya bisa memasang taruhan sebanyak satu miliar untuk satu akun. Meskipun dia membuat lima akun di situs yang berbeda, dia masih kekurangan sekitar seratus milyar.
Karena Jika dia berhasil memenangkan togel dari kelima akun tersebut, total kemenangannya hanya akan mencapai tiga ratus lima puluh milyar. Ditambah dengan uangnya sendiri yang berjumlah lima puluh milyar lebih, totalnya empat ratus milyar lebih sedikit.
" Man, kamu mau mencangkul sawahku tidak, anggap saja sebagai bentuk rasa terima kasih atas uang yang kamu kasih, lagian selama ini sawahku tidak dicangkul oleh Burhan." bisik Nina dengan perlahan.
" Tidak usah bercanda kamu, Nina? itu tidak lucu sama sekali." balas Suparman dengan santai.
Suparman sebenarnya sedikit tertarik dengan apa yang Nina katakan, karena dengan dia mencangkul sawah Nina, maka kekurangan modal yang dia butuhkan kemungkinan besar akan tercukupi.
Namun, Suparman tidak langsung mengiyakan ajakan Nina untuk mencangkul sawahnya, karna bagaimanapun dia harus berhati-hati dalam mengambil keputusan agar tidak menjadi masalah dikemudian hari.
" Aku serius Man? Kalau kamu tidak percaya ayo kita kebelakang. Mumpung Rina dan Dani belum pulang sekolah. Dan warung juga sedang sepi." bisik Nina dengan perlahan.
" Gassss...!" balas Suparman sambil bangkit dari duduknya.
Setelah berpikir sejenak, Suparman akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran Nina mencangkul sawahnya. Kebutuhan akan uang untuk modal berjudi mendorongnya mengambil keputusan itu.
Melihat Suparman bangkit, Nina segera mengajaknya untuk masuk kedalam rumah yang menyatu dengan warungnya.
Setelah Nina mengunci pintu warung, lalu ia menggiring Suparman menuju sebuah kamar di belakang warung.
" Man, kita kerja cepat saja, ya?" ucap Nina sambil mempersiapkan area sawah yang akan dicangkul oleh Suparman.
Suparman hanya mengangguk tanda setuju, karena dia juga tidak memiliki banyak waktu. Suparman yang melihat keindahan sawah milik Nina, tanpa membuang waktu langsung mengeluarkan cangkul miliknya dari tempat penyimpanan.
" Wowwww... Amazing..."
gk aneh2 alur ceritanya
sangat logis
sangat terhibur
cuma sayang gk ada terusan nya