Zahira Maswah, siswi SMA sederhana dari kampung kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hidupnya berubah total saat ia harus menikah secara diam-diam dengan Zayn Rayyan — pria kota yang dingin, angkuh, anak orang kaya raya, dan terkenal bad boy di sekolahnya. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena keadaan yang memaksa.
Zahira dan Zayn harus merahasiakan pernikahan itu, sampai saatnya tiba Zayn akan menceraikan Zahira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Zayn sampai di rumahnya, pintu gerbang megah itu terbuka secara otomatis setelah ia memasukkan sebuah kartu. Rumah bergaya modern Eropa itu berdiri megah dengan dominasi cat putih gading dan kaca-kaca besar yang memantulkan sinar matahari pagi. Ia memarkirkan mobilnya tanpa banyak basa-basi, kemudian berjalan cepat masuk ke dalam rumah.
Langkahnya mantap menaiki tangga marmer, menuju kamarnya di lantai dua. Ia tidak menyadari bahwa sejak masuk ke dalam rumah, gerak-geriknya sudah terpantau oleh kamera CCTV yang tersebar di seluruh sudut rumah. Di ruang kerja lantai tiga, Dewantoro Rayyan duduk serius menatap layar monitor. Tangannya mengetuk-ngetuk meja.
Sementara itu, Zayn sudah berada di kamarnya. Ia langsung masuk ke kamar mandi, membasuh seluruh tubuhnya dengan air hangat, melepaskan segala lelah dari kegiatan semalam. Seusai mandi, ia berdiri di depan cermin besar bergaya vintage yang menempel di dinding kamarnya.
“Kegantengan gue semakin hari semakin bertambah,” ujarnya sambil menyisir rambutnya belah samping dengan rapi. Ia mengangkat alisnya sambil berkedip pada bayangannya sendiri.
Setelah memakai seragam sekolah elitnya yang rapi dan wangi, ia menyemprotkan parfum ke seluruh tubuhnya—parfum mahal yang hanya dimiliki segelintir orang. Aroma maskulin nan segar langsung memenuhi kamar.
Kemudian Zayn, menuruni anak tangga, pergi ke garasi dan memilih mobil sport kesukaannya. Kemarin ke rumah Zahira, ia memakai mobil kelas biasa, agar tidak menyita perhatian orang lain. Dan sekarang, seperti biasa ke sekolah ia akan memakai mobil sport yang mewah dan mahal.
"Pak, ini sudah dipanaskan, kan?" tanyanya kepada supir yang bertugas untuk mengecek dan mengurusi mobil di rumah ini setiap waktu.
"Sudah Tuan," jawabnya.
Zayn pun melaju ke sekolah. Tak butuh waktu lama, ia sudah duduk di kantin sekolah dengan tray makanan berisi nasi, ayam crispy, dan jus jeruk segar. Ia tengah sarapan pagi.
“Bro, tahu enggak, balapan kemarin geng kita kalah sama geng Aldrich,” ujar Axel sambil menggigit roti bakar.
“Coba kalau lu ada di sana, geng kita pasti menang,” sambung Ryu, memutar sedotan minumannya.
Zayn hanya tersenyum kecil, menyuapkan nasi ke mulutnya dengan santai.
“Gue enggak bisa, bro. Gue enggak mau nambah masalah sama bokap dan nyokap gue. Lo tahu sendiri kan bokap gue kayak apa orangnya. Kalau dia marah, terus nyuruh gue belajar di luar negeri, makin kacau hidup gue. Gue mager kalau harus berurusan sama bokap gue karena balapan,” gumam Zayn.
Ryu dan Axel hanya terdiam menyimak ucapan Zayn. Mereka memang tahu betul siapa orang tua Zayn.
"Ini aja gue bisa sekolah di sini karena nyokap gue mohon-mohon ke bokap. Kalau enggak, gue udah dibuang ke asrama di Swiss atau semacamnya.”
“Ya udah deh bro, yang penting lo aman,” ujar Axel, mencoba mencairkan suasana.
Tiba-tiba Ryu mencondongkan badannya ke depan, menatap Zayn penasaran, "oh ya, gimana dengan Clara? Denger-denger lo udah putus ya? Dan yang minta putus katanya elo sendiri? Kok bisa cewek secantik dan sepopuler itu lo putusin gitu aja?”
Axel ikut menyeringai, "iya, minimal lo manfaatin dulu lah, icip sekali kek.”
Zayn langsung meletakkan sendoknya, menatap tajam ke arah Axel, “lo aja yang icip. Gue enggak sudi,” ucapnya dingin.
Ryu tergelak, “tapi dia beneran cantik, Zayn. Kalau Clara mau sama gue, udah gue sikat tuh. Kapan lagi nyicip cewek speak model begitu?”
“Lu berdua emang otaknya kotor terus ya, enggak pernah disucikan apa?” Zayn menghentakkan sendok ke piring, membuat suara dentingan logam yang cukup nyaring.
“Ya maaf, gitu aja sewot,” ujar Ryu sambil menahan tawa.
Axel menyenggol lengan Ryu, menyuruhnya diam. Tapi sebelum suasana mencair kembali, suara menyebalkan itu datang lagi.
“Kenapa enggak ikut balapan kemarin, Zayn? Biasanya lo paling heboh. Oh iya, gue lupa, lo ini kan anak mami. Mana bisa ikut balapan lagi. Nanti enggak dikasih nyusu sama maminya,” sindir Aldrich sambil tertawa sinis bersama dua orang pengikutnya. Ares dan Rion.
Zayn menoleh pelan. Ia berdiri tanpa terburu-buru, memutar tubuhnya, dan tersenyum santai.
“Lo seharusnya berterima kasih ke gue, Rich. Karena gue enggak ikut, lo bisa ngerasain kemenangan sekali dalam hidup lo. Kalau gue dateng, lo bahkan enggak sempat ngegas motor lo.”
Tangan Aldrich langsung mengepal. Tapi ia tetap menyunggingkan senyum pura-pura.
Zayn melangkah mendekat satu langkah, suaranya ditekan agar terdengar lebih tajam. “Oh ya, Clara? Gue udah putusin. Lo kan ngebet banget ngejar dia. Nih, gue kasih. Lo bisa ambil sisa gue.”
Kemarahan dalam dada Aldrich semakin membara, bukan karena Zayn mengatakan Clara adalah bekasnya, tapi karena Aldrich merasa Zayn selalu menang darinya.
“Selamat berjuang buat dapetin Clara, ya. Semoga kali ini dia enggak muntah pas lo cium,” kata Zayn, lalu melenggang pergi bersama Axel dan Ryu.
Begitu Zayn dan kedua temannya benar-benar pergi dari kantin, Aldrich tak bisa menahan emosinya lagi. Ia langsung menendang kursi di depannya dengan keras hingga berguling. Semua orang menoleh. Tapi Aldrich tak peduli. Wajahnya kini penuh dendam.
Sedari tadi ia menghadapi Zayn dengan santai, karena ia tidak mau terlihat kalah dari Zayn. Tapi saat ini ia tidak bisa lagi menahannya.
"Bro, itu artinya Lo sekarang dah bebas deketin Clara lagi," ujar Rion hendak menenangkan Aldrich.
Tapi, bukannya Aldrich tenang, ia semakin marah, "diam!" teriaknya.
Sejujurnya, Aldrich tidak pernah suka dengan Clara, ia hanya mendekati Clara untuk mengalahkan Zayn.
*****
"Zayn..." ujar Clara datang menghampiri Zayn yang tengah bersantai di tempat favoritnya, yaitu di atap sekolah yang teduh. Zayn tengah rebahan di atas kursi panjang, memakai kaca mata hitam, sambil menghirup udara segar. Sudah seperti di lantai saja. Sedangkan kedua teman Zayn, Ryu dan Axel tengah menikmati makanan mereka sambil duduk di kursi masing-masing.
Ryu dan Axel saling menyikut, menatap Clara yang tiba tiba datang.
Zayn mengangkat kaca matanya ke kepala, lalu menatap Clara dengan malas.
"Zayn... gue minta maaf ke Lo, kalau gue ada salah, sejujurnya gue itu sangat sayang dan cinta sama Lo. Gue enggak mau kehilangan Lo. Please, kita balikan ya, gue janji, gue bakalan patuhin semua keinginan Lo, apapun itu." ujar Clara memohon sambil berjongkok, untuk mensejajarkan diri dengan Zayn yang tengah rebahan.
Zayn menaikkan alisnya, "apapun itu?" tanyanya memastikan.
Clara langsung cepat mengangguk, "ya, apapun itu," sahutnya.
Zayn menyeringai, "sudahlah Clara, gue juga enggak ngarepin apa apa dari Lo, gue cuman mau Lo enggak lagi ganggu hidup gue. Udah itu, aja," ucapnya.
"Zayn..." ujar Clara, "apa sih kurangnya gue di mata Lo, sampai-sampai Lo itu enggak bisa suka sama gue. Gue itu cantik, anak orang kaya, siswi terpopuler di sekolah ini. Apa itu aja enggak cukup buat buka mata hati Lo, kalau gue ini pantes buat Lo cintain," ujar Clara dengan nada setengah memaksa untuk dipahami oleh Zayn.
"Zayn, menurunkan kacamatanya ke matanya, dan menaruh kedua telapak tangannya kebelakang kepalanya, sebagai alas.
"Sebutin berapa mantanlo, dan udah ngapain aja Lo bareng mantan Lo, selain gue," ujar Zayn santai.
Clara mengepal tangannya, kemudian dengan kesal dia meninggalkan atap sekolah itu.
"Uuuu..." ujar Ryu dan Axel ketika Clara melewati mereka berdua.
Kemudian, Ryu dan Axel mendekati Zayn.
"Emangnya dia ngapain aja sama mantannya?"tanya Ryu.
Zayn tertawa kecil, "ya mana gue tahu, dia aja enggak mau ngasih tahu," balasnya.
Ryu dan Axel saling pandang, "ya elahhh, gue kirain lu tahu," ucap Ryu. Kemudian mereka berdua kembali ke tempat duduk mereka.
lanjut Thor mau lihat seberapa hebat Zahira bisa melalui ini semua
dan cerita cinta di sekolah ini pastinya yg di tunggu ,,rasa iri, cemburu dll
apa sekejam itu Thor di sana ?
selipin cowok yg cakep Pari purna yg tertarik ma Zahira mau tau reaksi suami nya,,kalau ada seseorang yg suka pasti membara bak 🔥
ayah zayn atau ayah ardi?.
kalo ayah zayn..
apakah ingin zahira twrsiksa dan dibully di sekokah zayn?
apa gak kauatir klao terbongkar pernikahan mereka?
❤❤❤❤❤❤
atau carikan sekolah lain.
❤❤❤❤❤
use your brain