Menjadi seorang dokter adalah cita-cita dari seorang Hana Aulia. Ia diberkahi wajah yang cantik dan otak cerdas, sehingga ia terima di salah satu Fakultas Kedokteran di salah satu Universitas yang terkenal.Suatu hari ibu Hana sakit dan tidak memungkinkan lagi untuk bekerja. Hana pun mengambil sebuah keputusan yang besar dalam hidup nya, ya dia terpaksa bekerja menjadi ART di sebuah keluarga yang kaya raya demi bisa melanjutkan kuliahnya kembali yang sudah semester akhir.
Aditya Wisnu adalah seorang pemuda tampan yang menganggap pernikahan adalah hal terakhir yang akan terpikir dalam hidupnya.Di usianya yang sudah memasuki 30 tahun belum ada satu wanita pun yang mampu menaklukan hatinya yang dingin, Tapi tidak demikian dengan mamanya yang selalu mendesak ia untuk segera menikah. Selalu berusaha mencarikan istri untuk putra bungsunya itu.
Akankah Hana bisa melanjutkan kuliah nya? apakah Aditya menemukan wanita yang bisa mengubah prinsip hidupnya dan mencairkan hatinya yang dingin?...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dina Melya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 Keputusan Aditya ( part 1)
Setelah Hana mulai kuliah, tanggung jawab memasak untuk makan malam menjadi tugasnya. Sebenarnya mbak Sumi tidak mempermasalahkannya, tetapi Hana merasa tidak enak hati. Makanya ia bersikeras dan sedikit memaksa mbak Sumi agar mengabulkan keinginannya. Akhirnya mbak Sumi menyerah dengan kegigihan Hana.
Menurut prinsip Hana mereka di sini Sama-sama di gaji untuk bekerja di sini, tentu harus bisa bertanggung jawab dengan pekerjaan yang sudah di bebankan.
**
Sementara di kamar Aditya...
"Adit.., batas waktu yang mama berikan sudah habis, dan kamu belum juga membawa seorang gadis menemui Mama, berarti sesuai dengan kesepakatan calon istrimu mama yang akan memilihkan, " ucap Mama sambil memandang Aditya yang duduk diam sebelahnya.
" Kapan Adit membuat kesepakatan dengan mama, " bantah Aditya mencoba mengelak.
" Kamu sudah lupa satu bulan lalu mama sudah mengatakan padamu," jawab mamanya mulai kesal.
Tak ada jawaban dari Aditya, ia hanya membungkam sambil memandangi lantai kamarnya.
" Dan sekarang mama tidak akan menerima penolakan lagi Adit, tegas mama. " Dan Mama sudah menentukan calon istri mu. "
Tentu saja Aditya terkejut dengan keputusan yang diambil oleh mamanya, Ratna mengambil napas sejenak kemudian
melanjutkan ucapannya kembali.
" Hana.. dia calon istrimu dan kamu akan menikah dengan nya."
"Apa...! mama sedang bercanda kan?, " tanya Aditya menyipitkan matanya dan memandang mamanya dengan tatapan tak percaya.
" Mama belum pernah seserius ini Dit!"
" Mana mungkin Adit menikahi pembantu yang bekerja rumah Adit sendiri, Ma! " jawab Aditya tertawa kesal.
" Dia tidak akan menjadi pembantu lagi setelah jadi istri kamu, " jawab mama tegas.
" Kalau kamu tidak bersedia menikah dengan Hana, kamu tidak akan melihat mama di rumah ini lagi, mama akan tinggal dengan kakakmu, dan mama tidak akan mau bertemu dengan dirimu lagi selamanya," ancam mama Ratna lalu bangkit dari tempat duduknya dan melangkah keluar dari kamar Aditya.
" Apakah mama sedang mengancam Adit?" tanya Aditya sambil menahan langkah mamanya.
" Orang tua mana yang tega mengancam anaknya sendiri, mama hanya ingin melihat kamu menikah dan bahagia, Nak. "
" Tapi Adit sudah bahagia sekarang Ma, " ucap Aditya pelan sambil memeluk namanya.
" Mama sudah tua, mama ingin melihat kamu menikah sebelum mama meninggal, " ucap mama sambil melepaskan pelukan Aditya dan berjalan meninggalkan kamar.
Aditya hanya terdiam dan mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Ia mengusap-usap wajahnya dan berdiri dengan gelisah.
****
Aditya hanya diam selama perjalanan ke kantor. Aldo memperhatikan wajah Aditya yang duduk di sampingnya. Melihat raut wajah Aditya, Aldo tidak berani bertanya ia lebih memilih untuk konsentrasi mengemudi.
Tiba di kantor Aditya turun tanpa berbicara, Aldo berjalan mengiringinya di belakang.
Dalam ruangannya Aditya menenggelamkan dirinya dengan pekerjaan. Sampai istirahat makan siang ia tidak keluar dari ruangannya. Aditya keluar dari kantor hampir tengah malam. Aldo yang sudah menunggu langsung mengemudikan mobil begitu Aditya masuk.
Dalam perjalanan ke rumah Aditya masih tetap tidak bersuara, hingga sampai kerumah dan turun dari mobil. Aldo Hanya memandangi punggung Aditya sampai menghilang di balik pintu. Semenjak kenal dengan Aditya belum pernah Aldo melihatnya seperti ini. Aldo mengemudikan mobilnya lagi untuk kembali ke apartemennya.
Aditya mengeluarkan ponselnya begitu sampai di kamar.
" Hantarkan makan malam ke kamar saya, "
" Apa menunya tuan**?"
"Terserah kamu saja!"
Aditya membuka pakaiannya dan masuk ke kamar mandi, ia menyiram tubuhnya dengan air hangat, ia seakan ingin menghilangkan masalah yang sedang berputar-putar di otaknya. Ia tidak tahu sudah berapa lama ia mandi, ketika keluar dari kamar mandi, ternyata Hana sudah berada di kamarnya sambil memegang makanan yang di pesannya.
Hana dengan cepat membuang mukanya saat melihat Aditya yang masih memakai handuk saat keluar dari kamar mandi. Dengan cepat ia berjalan ke balkon kamar, Aditya pun masuk ke ruang ganti pakaiannya.
Setelah berpakaian ia keluar dan berjalan ke balkon. Ia duduk di depan Hana yang sedang memandang keluar pekarangannya yang luas . Aditya makan tanpa bersuara, beberapa kali ia menatap Hana. Tapi Hana tak sedikitpun mengalihkan pandangannya.
" Apa yang di janjikan mamaku kepada mu."
Hana menoleh kepada Aditya dan mengerutkan keningnya sudah tau arah pembicaraan Aditya.
" Maksud Tuan apa? Saya tidak mengerti."
" Tidak usah berpura-pura, kamu sudah tau kan rencana mamaku, " ucap Aditya sinis.
"Atau kamu memang sudah jatuh cinta kepada ku, lalu merayu mama ku agar aku Menikahimu. Dasar wanita dimana-dimana semuanya sama."
Mendengar tuduhan Aditya, Hana hanya diam sambil memandang wajah Aditya.
" Kenapa diam.. berarti itu benar ya, " dengus Aditya mengangkat satu sudut bibirnya.
Emosi Hana mulai terpancing mendengar perkataan Aditya.
" Iya kamu benar sekali, mama anda sudah berjanji kepada saya akan mengobati ibu saya kalau saya bersedia menikah dengan anda Tuan Aditya terhormat. "
Hana menghentikan ucapannya, lalu kembali melanjutkannya.
" Apakah anda pikir semua wanita akan langsung jatuh cinta kepada anda mentang - mentang anda tampan dan kaya. Saya bersedia menikah dengan anda hanya karena Ibu saya tuan."
.
.
.
Bersambung.