Bidadari Untuk Zayn

Bidadari Untuk Zayn

Bab 1_Lari Dari Kejaran Polisi

Malam itu gelap, hanya cahaya dari lampu jalan yang menerangi aspal hitam yang berkilau. Angin malam berhembus kencang, menggerakkan rambut yang terurai dari helm mereka yang telah dipakai.

Jalanan sepi, tetapi di ujung sana, suara deru mesin mulai terdengar, semakin dekat. Geng motor Black Phoenix berkumpul, sepeda motor mereka mengelilingi tempat start di pinggir jalan. Beradu dengan Geng Venom Riders.

Kedua geng ini tidak pernah akur dalam hal apapun, selalu saja bersaing menunjukkan siapa yang paling hebat di antara mereka.

Zayn berdiri paling depan, matanya menatap tajam ke arah lawan-lawannya. Wajahnya dingin, seperti biasa, tanpa ekspresi. Tangannya menggenggam erat setang motor, jari-jarinya yang kekar menggenggam gas seakan siap meledak.

"Jangan kasih ampun, bro," kata Ryu, sambil menatap Zayn dengan senyuman penuh tantangan.

Axel, yang berdiri di samping mereka, melirik dengan tatapan tajam, "tunjukkan siapa yang paling hebat bro."

Zayn hanya mengangguk, kemudian menarik napas dalam-dalam. Mesin motor dihidupkan, mengeluarkan suara bergemuruh yang menggema di malam yang sunyi.

Di sampingnya adalah geng lawan, ketua geng motor Venom Riders, Aldrich Varen.

"Bantai mereka, tunjukin siapa Venom Riders," ujar Ares kepada Aldrich Varen.

"Tiga... dua... satu...!"

Tanpa peringatan lebih lanjut, gas diputar penuh. Semua motor meluncur, menyapu jalanan dengan kecepatan yang memecah keheningan malam. Zayn memimpin, diikuti Aldrich, mereka saling bersaing sengit.

Suara motor yang menderu itu menggema hingga ke setiap sudut jalan, seperti jejak petir yang membelah malam.

Asap knalpot mengepul tebal. Mereka melewati tikungan tajam tanpa sedikit pun mengurangi kecepatan. Zayn merasakan sensasi dingin menyentuh wajahnya, matanya tetap fokus ke depan. "Jangan sampai kalah," gumamnya dalam hati, menambah kecepatan motornya.

Aldrich tidak mau kalah. Dengan keterampilan balap yang luar biasa, dia menyalip Zayn di sebuah tikungan. Wajahnya penuh percaya diri, tangannya tetap kokoh memegang setang.

Namun, Zayn tahu dia harus lebih berhati-hati. Momen itu adalah detik-detik berbahaya yang bisa merubah semuanya.

Tiba-tiba, suara klakson keras dari belakang. Ryu sudah menempel ketat di mereka, siap memanfaatkan setiap celah untuk mendahului. Saling kejar-kejaran semakin ketat, mereka seperti bayangan yang saling mengejar dalam gelap.

Jalanan semakin sempit. Mereka harus memilih dengan hati-hati kapan harus menambah kecepatan dan kapan harus mengerem. Zayn menghindari rintangan yang muncul mendekat.

Hanya ada dua pilihan yaitu menang atau kalah. Geng mereka sudah terbiasa dengan risiko seperti ini, tapi malam ini rasanya lebih mencekam. Namun sayang, tak jauh di depan, lampu mobil polisi terlihat, semakin mendekat dengan cepat. Mereka harus cepat mencari jalan keluar.

"Jangan sampai ketahuan!" seru Zayn, memutar motornya dengan cekatan untuk menghindari patroli polisi yang mulai melintas.

Asap knalpot mengepul lebih tebal saat mereka berbelok tajam, melintasi gang sempit yang hanya bisa dilewati dengan motor. Ryu hampir terjatuh saat melintasi jalan yang licin, tetapi dengan instingnya yang tajam, dia berhasil menjaga keseimbangan.

Suara sirene mulai terdengar di kejauhan, memecah konsentrasi mereka, "ayo! Kita harus keluar dari sini!" Zayn berteriak, memacu motornya lebih cepat lagi, meninggalkan geng yang semakin jauh tertinggal di belakangnya.

Semua orang sudah bubar, sibuk menyelamatkan diri masing-masing dari kejaran polisi.

Semua orang berpencar entah ke mana, sementara Zayn terkepung oleh polisi.

Tangannya erat menggenggam setang motor, tubuhnya condong ke depan, mencoba mengimbangi kecepatan yang semakin liar.

Di belakangnya, lampu mobil polisi berkedip terang, menembus gelapnya malam, “ berhenti! Jangan lari!” suara megafon terdengar lantang, tetapi Zayn tidak peduli. Ia harus kabur.

Di depannya, jalanan berbelok tajam, dan di sisi lain terdapat sebuah perempatan dengan lalu lintas kendaraan yang masih cukup ramai. Dengan kecepatan tinggi, Zayn mencoba bermanuver, tetapi…

“Sial!”

Ban belakangnya tergelincir di atas pasir yang tersebar di tikungan! Motor oleng! Ia kehilangan kendali! Dalam hitungan detik, tubuhnya terhempas ke aspal, berguling beberapa kali sebelum akhirnya berhenti di pinggir jalan. Suara gesekan motor dengan aspal memekakkan telinga.

Zayn terdiam sesaat. Kepalanya berdenyut, tangannya terasa perih akibat goresan. Napasnya tersengal, tetapi otaknya bekerja cepat. Ia tidak bisa berhenti di sini. Polisi akan segera menangkapnya!

Dengan panik, ia menoleh ke arah motornya. Motor itu tergeletak di tengah jalan, ringsek di salah satu sisinya, mesin masih menyala dengan suara yang serak. Mustahil ia bisa kabur dengan motor itu lagi.

Tanpa pikir panjang, Zayn berlari.

Ia tidak tahu harus ke mana. Yang ada di pikirannya hanyalah menjauh dari tempat itu secepat mungkin. Ia menyelinap di antara deretan mobil yang berhenti di lampu merah, matanya liar mencari tempat persembunyian. Dan saat itulah ia melihatnya—

Sebuah bus antar kota sedang berhenti di halte, pintunya masih terbuka.

Tanpa berpikir panjang, Zayn bergegas menaikinya. Nafasnya masih tersengal, dadanya naik turun saat ia mencari tempat duduk kosong di bagian belakang. Ia menyembunyikan wajahnya di balik hoodie yang sudah ia kenakan sejak tadi.

Beberapa detik setelah ia duduk, pintu bus tertutup, dan kendaraan itu mulai bergerak. Zayn menoleh ke jendela.

Dari kejauhan, ia melihat dua orang polisi berdiri di dekat motornya yang terbengkalai, menoleh ke segala arah, seolah mencari pemiliknya. Mereka terlambat.

Bus itu melaju… menjauh… dan semakin menjauh dari sepeda motornya.

Zayn menelan salivanya. Setidaknya kehilangan motor tidak seburuk jika dirinya tertangkap polisi. Ia tidak mau ditangkap polisi bukan karena ia khawatir dengan orang tuanya, sebab orang tuanya punya power pasti dengan cepat bisa menyelamatkan dirinya. Tapi, ia harus menjaga harga dirinya dari geng Venom Riders.

Ia menatap jam berwarna hitam yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, jarum jam menunjukkan saat ini sudah pukul 1 pagi. Matanya sudah sangat mengantuk, terlebih ia sangat kelelahan karena berkejar kejaran dengan polisi. Ia mencoba memejamkan kedua matanya, sambil bersandar di kursi bus.

Empat jam kemudian.

“Hei, kau turun di mana?” suara kernet bus menggema di telinga Zayn, diiringi dengan sentuhan kasar di bahunya.

Zayn mengerjap, mengusap matanya yang masih terasa berat. Sekelilingnya tampak sunyi. Bangku-bangku bus sudah kosong. Hanya dia yang tersisa.

“Kau turun di mana?” kernet itu bertanya lagi, nada suaranya terdengar tidak sabar.

Zayn dengan malas membuka matanya dan menatap kernet itu dengan kesal karena telah menganggu tidurnya.

"Kau turun di mana anak muda?" tanya kernet itu lagi dengan keras.

"Ahhh berisik banget sih lu, di sini, gua turun di sini," ujar Zayn bangkit dari kursi bus dengan sempoyongan karena menahan kantuk.

Kernet mendecak kesal, “hah! Dasar penumpang aneh. Sudah, turun sana!” ujar kernet mengikuti langkah Zayn dari belakang.

Zayn yang masih setengah sadar turun dari bus. Angin malam menerpa wajahnya begitu dia berdiri di tepi jalan yang lengang.

“Hei, kau belum bayar, kan? Mana ongkosmu?” seru kernet dari ambang pintu bus.

Zayn merogoh dompetnya dengan malas, mengeluarkan selembar uang merah dan menyodorkannya begitu saja. Tanpa menunggu kembalian, dia melangkah pergi, tubuhnya sempoyongan karena kantuk yang masih mendera.

“Kembalianmu!” teriak kernet saat melihat Zayn terus berjalan.

“Ambil saja untukmu!” sahut Zayn tanpa menoleh.

Kernet hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, "dasar anak jaman sekarang," gumamnya sebelum kembali masuk ke dalam bus.

“Jalan lagi, Pak,” katanya pada sopir, dan bus pun melaju, meninggalkan Zayn yang semakin menjauh, mencari tempat untuk untuk melanjutkan tidurnya.

Terpopuler

Comments

Murni Dewita

Murni Dewita

👣

2025-07-05

0

muna aprilia

muna aprilia

lanjut

2025-04-25

0

Nurhayati Nia

Nurhayati Nia

mampir thorr

2025-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1_Lari Dari Kejaran Polisi
2 Bab 2_Salah Paham
3 Bab 3_Harus Menikah?
4 Bab 4_Pernikahan yang Tidak Diinginkan
5 Bab 5_Permintaan Terakhir Ibu Zahira
6 Bab 6_Talak?
7 Bab 7_Zahira ikut Zayn
8 Bab 8_Rumah Untuk Zahira
9 Bab 9_Kemarahan Keluarga Rayyan
10 Bab 10_Dua Dunia
11 Bab 11_Nginap di Rumah Istri
12 Bab 12_Nginap di Rumah Istri Part 2
13 Bab 13_Perhatian
14 Bab 14_Cemburu
15 Bab 15_Kencan
16 Bab 16_Ruang BK
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1_Lari Dari Kejaran Polisi
2
Bab 2_Salah Paham
3
Bab 3_Harus Menikah?
4
Bab 4_Pernikahan yang Tidak Diinginkan
5
Bab 5_Permintaan Terakhir Ibu Zahira
6
Bab 6_Talak?
7
Bab 7_Zahira ikut Zayn
8
Bab 8_Rumah Untuk Zahira
9
Bab 9_Kemarahan Keluarga Rayyan
10
Bab 10_Dua Dunia
11
Bab 11_Nginap di Rumah Istri
12
Bab 12_Nginap di Rumah Istri Part 2
13
Bab 13_Perhatian
14
Bab 14_Cemburu
15
Bab 15_Kencan
16
Bab 16_Ruang BK
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!