Bidadari Untuk Zayn

Clara mengatur lokasi kencan dengan detail luar biasa. Ia rela mengeluarkan biaya mahal untuk menyewa salah satu private dining room di restoran atap paling eksklusif di Jakarta—Skylux 88, restoran fine-dining yang berada di lantai 88 sebuah hotel bintang lima, tempat para konglomerat dan selebriti berkumpul saat ingin makan malam tanpa diganggu publik.

Interior ruangan itu bergaya Eropa klasik-modern, dengan dinding kaca yang menyuguhkan panorama kota di malam hari. Lampu-lampu kota seperti permata yang bertaburan, menambah nuansa romantis yang sengaja diciptakan Clara untuk malam ini.

Ia sudah duduk lebih dulu. Gaun merah maroon panjang yang ia kenakan membalut tubuh semampainya dengan sempurna. Belahan gaun yang tinggi menampilkan pahanya dengan anggun, tapi tidak murahan.

Sepatu hak tinggi berwarna perak mengilap membuat langkahnya makin mencolok. Riasannya flawless. Seperti model dalam majalah fashion ternama. Wajahnya cantik dan matang. Terlihat sekali, ia bukan gadis biasa. Ia adalah wanita mapan, yang tahu apa yang ia inginkan.

Dan malam ini—ia menginginkan Zayn Rayyan.

Zayn telah dikirimi alamat kencan. Meski ia sebenarnya tak berniat bertemu dengan Clara malam ini, tapi bunga mawar itu membuatnya mengambil keputusan ini. Lagipula, Clara bukan wanita sembarangan, tidak ada salahnya untuk berkencan dengannya.

Seorang wanita cantik, anak orang kaya raya, dan jatuh cinta.

Zayn tiba dengan stelan jas hitam semi formal yang sengaja dibiarkan sedikit berantakan. Dasi terlepas. Rambut sedikit acak. Sikap cuek yang membuatnya terlihat semakin berkelas. Ia memang bukan pria manis yang datang untuk memuja. Ia datang sebagai pria yang tahu, wanita di dalam ruangan itu akan menyerahkan segalanya tanpa perlu dibujuk panjang.

Begitu masuk, Clara langsung berdiri menyambutnya.

“Zayn,” sapanya sambil tersenyum manis, "lo datang juga.”

Zayn mengangguk kecil, “tempat yang lo pilih... luar biasa. Gue hampir nggak percaya masih ada wanita sepertimu.”

Clara tertawa kecil, "maksud lo, wanita yang tahu caranya menyenangkan lo?”

Zayn tak menjawab. Ia hanya menatap dalam ke arah mata Clara. Satu detik, dua detik, cukup untuk membuat Clara merasa dadanya berdebar tak karuan.

Mereka duduk. Pelayan berdasi membawakan daftar menu. Tapi Clara sudah memesan segalanya sejak satu jam lalu. Hidangan pembuka—Foie Gras dan Escargot, disusul steak Wagyu tingkat A5, dan wine impor yang hanya ada dua botol di restoran itu.

“Gue mau malam ini sempurna,” ujar Clara sambil menatap Zayn penuh harap, “hanya ada kita berdua, tanpa gangguan siapa pun.”

Zayn mengangkat gelasnya, “untuk malam yang sempurna, dan wanita yang sempurna,” katanya datar, tapi cukup membuat Clara tersenyum lebar.

Selama makan malam, Clara terus berusaha membuat Zayn tertarik kepadanya. Ia mulai menceritakan bagaimana semua pria menganguminya, hingga ia mulai memamerkan barang-barang koleksi mewahnya.

Semuanya disampaikan dengan penuh semangat, seolah ia ingin Zayn tahu bahwa ia adalah wanita istimewa—wanita yang layak diperjuangkan.

Tapi Zayn tak benar-benar mendengar. Pikirannya melayang entah ke mana. Kadang ke geng motornya, kadang ke wanita lain yang lebih menarik, kadang ke hidupnya yang terasa kosong meski dikelilingi kemewahan. Sesekali ia tertawa tipis, cukup untuk membuat Clara berpikir bahwa usahanya berhasil.

Padahal tidak.

Clara, terus berusaha menaklukkannya, beberapa kali ia melontarkan pujian dan rayuan kepada Zayn.

"Lo ganteng banget Zayn, Lo itu bener bener tipe laki idaman gue," ucap Clara setengah menggoda, nada suaranya sengaja ia buat rendah, sehingga terdengar menggoda di telinga Zayn.

Zayn hanya tersenyum, sambil meneguk minuman bersoda di hadapannya.

"Lo, mau kan milikin gue secara sempurna malam ini?" Goda Clara lagi, Zayn menatap dingin ke arah Clara, sementara Clara menatapnya dengan penuh harap.

Saat makan malam selesai, Clara memegang tangan Zayn di atas meja, "mengenai tadi sore, gue harap Lo bisa melupakannya. Maafin gue, yang enggak bisa ngertiin loh tadi. Tapi, Lo harus tahu gue serius sama Lo. Derajat keluarga kita sama, tingkat popularitas kita juga sama, kita bener bener pasangan yang ideal, Zayn," ujar Clara bersemangat.

Zayn menatap tangannya. Perlahan ia melepaskan tangan Clara. Clara menatap tangan Zayn, yang menepis tangannya dengan lembut.

Zayn berdiri, lalu berkata, "gue cuman bisa nemenin Lo sampai di sini aja, Ra. Gue, enggak bisa lanjutin hubungan kita. Karena sebenarnya gue itu enggak pernah ada rasa sama Lo. Kalau gue boleh jujur, gue Nerima Lo selama ini itu karena gue saingan dengan Aldrich, bulan karena gue cinta tulus sama Lo. Jadi, stop buang waktu Lo buat gue," ujar Zayn tegas.

Clara menggeleng, "Zayn!" ujar Clara tidak terima, "Lo enggak bisa seenaknya ninggalin gue, gue itu sayang sama Lo. Gue, rela ngelakuin apapun buat Lo. Bahkan..." ucapan Clara terhenti, ia menarik nafasnya dalam dalam, kemudian ia lanjut berbicara, "bahkan gue rela nyerahin tubuh gue malam ini buat Lo, asalkan Lo enggak pergi ninggalin gue," ucapnya kemudian.

Zayn tersenyum tipis, "jangan bodoh Ra, hanya karena laki-laki, entar Lo nyesel, Lo bisa dapetin laki-laki lebih dari gue," ucap Zayn.

"Tapi... Zayn, gue maunya itu elo, bukan yang lain," bujuk Clara.

Zayn tak bergeming, Clara berinisiatif, ia langsung berdiri, dan merangkul leher Zayn.

"Lo beneran enggak mau gue malam ini?" tanya Clara menggoda. Lelaki normal pasti akan tergoda dengan Clara saat ini. Penampilannya yang sexsi, dan suara yang menggoda membuat Zayn hampir tumbang. Tapi, ia kembali melawan nafsunya.

"Gue mau pulang, Ra, lepasin tangan loh dari leher gue," ujar Zayn seraya melepas tangan Clara yang bergelayut manja di lehernya.

Kemudian tanpa basa-basi, Zayn langsung pergi meninggalkan ruangan privat itu. Dan sebelum meninggalkan ruangan itu, Zayn mempertegas kembali, "gue dan elo udah enggak ada hubungan apa-apa lagi, mulai detik ini gue resmi putusin Lo," ucapnya.

"Zayn.."

Zayn pergi tanpa menoleh ke belakang lagi.

Clara menghentakkan kakinya kesal.

"Sialan, berani-beraninya dia mutusin gue," ujar Clara kesal setengah mati.

"Lihat aja Zayn, sekarang Lo bisa nolak gue dan mutusin gue sekarang, tapi di lain waktu, gue jamin elo bakalan ngejar ngejar gue, Lo bakalan nyesel ngelepasin cewek sepopuler dan secantik gue," ucapnya kesal.

Ia memang sudah lama hendak mendapatkan Zayn sepenuhnya. Berbagai cara ia lakukan agar Zayn, melakukan hubungan suami istri dengannya, dengan begitu ia bisa menuntut untuk dinikahi. Tapi, Zayn bahkan tak pernah sudi untuk menyentuhnya.

Bahkan Clara merasa status pacaran mereka benar benar hanya status biasa, tanpa ada bedanya. Zayn tetap saja cuek, dan tak perduli kepadanya.

Bahkan malam ini, ia sudah memasang camera di segala sudut, siap mengabadikan momen mereka. Dan tadinya ia berencana untk menjadikan video itu sebagai ancaman, agar Zayn tidak bisa lepas darinya. Tapi, rencananya sia-sia, Zayn tidak segampang itu untuk ditaklukkan olehnya.

Sementara itu, Zayn di atas mobil sportnya, mengemudi dengan kencang. Kembali ke rumahnya. Ia tidak pernah mencintai Clara, ia hanya menggunakan Clara sebagai pelampiasan saja, jadi ia tidak akan pernah berani untuk menyentuh wanita itu. Dan malam ini, ia telah akhiri semua itu.