Saat keadilan sudah tumpul, saat hukum tak lagi mampu bekerja, maka dia akan menciptakan keadilannya sendiri.
Dikhianati, diusir dari rumah sendiri, hidupnya yang berat bertambah berat ketika ujian menimpa anak semata wayangnya.
Viona mencari keadilan, tapi hukum tak mampu berbicara. Ia diam seribu bahasa, menutup mata dan telinga rapat-rapat.
Viona tak memerlukan mereka untuk menghukum orang-orang jahat. Dia menghukum dengan caranya sendiri.
Bagaimana kisah balas dendam Viona, seorang ibu tunggal yang memiliki identitas tersembunyi itu?
Yuk, ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisy hilyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 24
"Hiks-hiks ...."
Suara tangis selalu mengisi malam-malam Aditya, rasa sesal, rasa bersalah, menghantuinya setiap malam. Sejak kejadian malam itu, dia tidak pernah bisa tidur nyenyak, makan enak, atau hidup santai seperti dulu.
"Hentikan! Jangan terus menerus menakuti aku! Kenapa kau selalu datang kepadaku?" teriak Aditya entah pada siapa.
Suara tangis Merlia serta ratapannya selalu mengiang di dalam kamar Aditya, setiap malam. Kutukan, cercaan, makian, dan umpatan terus menggema di ruangan tersebut. Begitu menusuk telinga meski sudah menutupinya dengan rapat.
"Kau manusia laknat! Kau tidak pantas hidup di dunia ini! Kau harus mati! Kalian akan mati satu per satu!" Suara Merlia menggeram penuh amarah.
Setiap itu pula Aditya selalu menjerit histeris, mengundang perhatian orang-orang di rumahnya. Sampai-sampai orang tuanya mengundang seorang psikiater untuk memeriksa kejiwaan Aditya. Namun, hal itu hanya terjadi setiap malam saja.
****
"Begitu. Setiap malam aku selalu mimpi buruk. Entah siapa yang ada di dalam mimpiku itu, aku sendiri tidak tahu. Dia menjerit meminta tolong, menangis. Aku seperti orang gila karena mimpi itu," ucap Aditya mengakhiri kisahnya.
Padahal semua yang terjadi bukanlah mimpi, semua itu Viona yang melakukan. Menciptakan trauma pada diri Aditya yang sangat membekas.
Rangga yang mendengar, memicingkan mata curiga. Ia tak percaya ada laki-laki baik di dunia ini. Dalam pandangannya semua laki-laki itu sama seperti dia. Mencari kenikmatan serta kepuasan yang tak pernah ada habisnya.
"Kau yakin itu mimpi?" tanyanya tak percaya pada cerita Aditya.
Remaja itu mendongak, matanya berputar gelisah. Ia salah tingkah, gugup, dan takut.
"A-apa maksudmu?" Dia bertanya dengan sangat gugup. Matanya berkedip, tubuh menegang dan waspada.
"Kau tentunya mengerti apa maksudku?" ucap Rangga tak perlu dijelaskan.
Aditya melengos, tertawa tak lucu untuk mengusir rasa gugup, tapi Rangga dapat melihat itu semua.
"Kau tidak percaya padaku? Bukankah kau tahu bagaimana aku? Kenapa tatapan matamu itu seolah-olah aku adalah bajingan? Apa aku terlihat seperti itu?" cecar Aditya tak terima dikuliti sedemikian rupa oleh Rangga hanya lewat tatapan mata saja.
Rangga tersenyum singkat, ekspresi wajah Aditya menjelaskan semuanya. Ketegangan, kulit yang memerah yang seolah-olah telah tertangkap basah. Rangga tahu itu semua. Ia melihat ponsel saat banyak notifikasi masuk.
Tubuhnya menegang, berdiri tegak, menggulir layar ponsel dengan cepat, membaca berita-berita yang sedang viral. Ia menghela napas, melirik Aditya yang menunduk diam.
"Sudah seperti ini kau masih mau mengelak? Bagaimana kau akan menjelaskan berita yang sedang trending ini, Ditya?" katanya geram sembari menunjukkan berita viral Aditya.
Video-video dan foto-foto Aditya yang vulgar bersama beberapa wanita berseliweran di laman utama medis sosial. Menjadi trending topik cemoohan pada fans nya sendiri.
Aditya menganga tak percaya, mata membelalak lebar, seluruh tubuh gemetar. Dunianya hancur karena ulah sendiri. Sialnya, pengirim semua itu adalah dia sendiri.
"Kau masih mau mengelak apa? Aku susah payah membantumu sampai di titik ini, tapi kau sendiri yang menghancurkannya. Bagaimana kau akan menyelesaikan semuanya? Bagaimana?" bentak Rangga jengkel dengan ulah Aditya yang tak dapat menjaga nama baiknya sendiri.
"Tidak!" Aditya panik.
"Tidak! Bukan aku yang melakukannya. Pasti ada orang lain yang ingin menghancurkan aku! Ya," racaunya frustasi, dia menatap Rangga yang terlanjur kecewa dan memohon kepadanya.
"Bukan aku, tolong percaya padaku kali ini. Aku tidak akan melakukan hal seperti itu. Seburuk-buruknya aku tak akan mungkin bagiku menghancurkan namaku sendiri. Pasti ada orang lain di balik semua itu," ucapnya berharap Rangga akan percaya.
Laki-laki itu mengibaskan tangan, terlanjur kecewa dan tak lagi mempercayai Aditya. Merasa usahanya tak dihargai sama sekali.
"Kontrak kali ini kita tunda sampai kau menyelesaikan masalah ini dan nama baikmu kembali," tegas Rangga menuding wajah Aditya dengan kejam.
"Di mana ponselku? Di mana?" Aditya meraba setiap saku di tubuhnya mencari benda pipih itu.
Ia baru ingat menjatuhkannya di ruangan saat mendengar nama Merlia.
"Siapa yang ada di ruangan itu? Ponselku tertinggal di sana," ucapnya menatap panik wajah Rangga.
Keduanya berlari keluar saat menyadari Viona sedang menunggu mereka sendirian.
"Siapa dia?" tanya Aditya saat keluar dari ruangan tersebut dan melihat Viona yang sedang duduk memainkan ponsel.
"Dia Merlia," jawab Rangga pelan.
Aditya berlari dan merebut ponsel di tangan Viona dengan cepat. Mengundang reaksi terkejut alami dari wanita itu.
Eh?
Aditya memeriksa dan seketika merasa malu karena benda itu bukan miliknya. Ia mengembalikannya kepada Viona yang masih terlihat bingung. Lalu, menemukan miliknya sendiri dan memeriksanya dengan cepat. Semua aman, tapi siapa yang menyebarkan semua itu?
Ia melirik dan seketika jantungnya berdebar saat mendapati Viona yang tengah memperhatikannya dengan tatapan tajam penuh dendam.
"Bajingan!" Viona menyeringai, Aditya mundur ketakutan.
kyknya Peni yg terakhir.. buat jackpot bapaknya.. si mantan Viona..!! 👻👻👻