NovelToon NovelToon
Orange Crush

Orange Crush

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintamanis / Balas Dendam / Teen School/College / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:939
Nilai: 5
Nama Author: Njniken

Bagimana jika dimasa lalu kalian dikhianatin sahabat kalian sendiri? Akankah kalian memaafkan orang tersebut? Atau kalian akan membalaskan dendam kalian?

Lalu bagaimana dengan hidup Calista yang di khianati oleh Elvina sahabatnya sendiri. Lalu kemudian ada seseorang laki-laki yang mengejar Calista, namun disatu sisi lain laki-laki itu disukai oleh Elvina.

Bagimana menurut kalian? Akankah Calista memanfaatkan moment ini untuk balas dendam di masa lalu? Atau bahkan Calista akan mendukung hubungan mereka?

Calista tersenyum remeh, lalu memperhatikan penampilan Elvina dari atas sampai bawah. "Pacarnya ya? Pantes, kalian cocok! Sama-sama baj**ngan!" Kata Calista tanpa beban, ia mengacungkan jari tengahnya sebelum ia pergi.

Kepo? Yuk simak cerita kelanjutannya...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Njniken, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. menolak perjodohan

"ma, hari ini papa mau ketemuan sama pak Harun nanti di bandung boleh nggak, Papanya Calista?" Tanya papa Darwin pada sang istri.

Tadi pagi waktu sehabis mandi, Harun mengabari Darwin bahwa hari ini dia akan perjalanan bisnis ke bandung.

"Boleh kok pa, ketemuan aja. Mama juga pengen ketemu sama mamanya Calista." Sahut mama Elina.

"Oke deh, kayaknya papa nanti pulang malam. Soalnya Harun juga mengajak ketemuannya jam 7 malam."

"Iya pa, nggak papa. Hati-hati ya."

"Eum.. pa, untuk semalam. itu beneran nggak jadi?" Tanya mama Elina lagi. Ia merasa tidak enak sejujurnya disatu sisi lain karena Danita benar-benar kekeuh menjodohkan putrinya.

Sejak semalam, mereka telah mendiskusikan bahwa mereka menolak perjodohan dari Elvina.

Kini mereka berdua berada dimeja makan. Seperti biasa juga mereka tak pernah menunggu putra kesayangannya. Karena jika menunggu Barra, semuanya kacau. Barra jauh dari kata disiplin.

Mama Elina juga kurang nyaman saat bertemu dengan Danita. Entah lah, mama Elina merasa ada yang janggal dengan perjodohan ini. Maka dari itu pihak keluarga Danendra tidak pernah menjawab dengan kepastian.

Mereka pernah menjawab untuk bertanya kepada sang putra terlebih dahulu. Dan tanpa bertanya pun sebenarnya mama Elina dan papa Darwin tau bahwa Barra tidak ingin di jodohkan.

Papa Darwin pun menatap istrinya yang sedang mengoles selai di atas roti itu. Ia mengusap pelan rambut sang istri. "Mama tenang aja nggak usah di pikirin. Kita juga berhak menolak. Lagian papa juga nggak setuju."

Flashback on

"Mama senang dengan gadis itu pah, cantik dan tegas. Pinter juga. Gimana kalau kita jodohin si Barra sama Calista."

"Cocok, Papa udah mikirin itu dari lama."

"Tapi pah, gimana dengan keluarga Danita ya? Mereka kekeuh banget buat jodohin anaknya sama anak kita?" Tanya Mama Elina pada papa Darwin.

Papa Darwin terdiam sejenak mendengar pertanyaan itu. Apakah ini saatnya Mareka berdiskusi tentang permasalahan ini? Ini sudah sangat malam. Jam menunjukkan pukul 1 malam.

"Apakah mama nggak curiga sama keluarga Irfan dan Danita yang kekeuh buat jodohin anaknya? Papa sih biasa aja tapi rasanya... Ada yang janggal ma. Makanya papa nggak pernah kasih jawaban yang pasti." Ucap papa Darwin.

Ia berusaha mengutarakan isi hatinya di depan sang istri itu. Karena memang inilah yang di butuhkan dalam keluarga kan? Saling memberi nasehat dan pendapat saat kesulitan mengambil keputusan yang besar seperti ini?

Mama Elina pun duduk tegak, semulanya wanita itu duduk sembari menyenderkan kepalanya di bahu sang suami.

Ia menatap sang suami dengan ekspresi yang serius. "Mama juga merasa begitu. Mereka emang nggak pernah buat masalah sama sekali sih pa! Tapi, ada yang aneh. Rasanya keinginan untuk menolak itu kuat."

Papa Darwin manggut-manggut mendengar ucapan sang istri. Dirinya juga merasa tidak cocok dengan keluarga Irfan.

"Papa juga kemarin iseng-iseng lihat data sekolah SMA Garuda. Dan, yang benar saja putri Irfan dan Danita nilainya tidak terlalu tinggi dan anaknya juga sering masuk ke BK."

Mama Elina pun sontak terkejut. "Apakah orangtuanya juga tau pa kalau Elvina seperti itu di sekolah?"

"Kayaknya semua orangtua nggak tau deh ma kelakuan anaknya di sekolah kayak apa. Kecuali sampai panggilan orangtua. Atau seperti kita yang terus mengawasi Barra dari jarak jauh. Mungkin baru tau kayak apa anak mereka."

"Mama semakin yakin untuk nolak pa!" Ucap mama Elina lirih, kemudian ia kembali bersandar di bahu sang suami.

"Yaudah kalau kita setuju untuk menolak ya ditolak aja. Gausah di pikir panjang. Istirahat ma. Udah malam!"

Flashback off

Drap drap drap...

Suara langkah kaki seseorang dari lantai atas itu terdengar dari bawah. Mengalihkan perhatian seorang pria dan wanita paruh baya itu. Mereka pun menatap ke arah suara itu.

Ah, ternyata sang putra kesayangan mereka baru saja bangun.

"Pagi banget kalian udah bangun." Celetuk Barra ketika sampai di meja makan.

Mama Elina memutar bola matanya jengah melihat anaknya itu. "Bukan kita yang kepagian. Kamu yang kesiangan. Anak remaja tuh harus bangun pagi, belajar yang bener!"

Barra menyomot roti lalu kemudian ia isi dengan selai. "Iya-iya ini mau belajar. Lagian ini masih pagi kok."

"Lebih baik orang bangun jam 5 Barra! Belajar dulu sebelum ke sekolah setidaknya baca buku meskipun cuma 5 menit. Ulang-ulang pelajaran yang kemarin supaya masuk ke otak!" Nasehat sang papa. Kalau kemarin-kemarin Barra hanya mendecak saat di nasehati, kini Barra hanya diam dan meng-iya kan saja.

"Iya pa. Besok bangun lebih pagi lagi. Emang papa mau kemana?"

"Papa kayaknya pulang malem. Kamu temenin mama di rumah ya nanti. Papa mau keluar sama papa nya Calista."

Mendengar kata Calista di sebut, membuat Barra berhenti mengunyah rotinya dan menatap dalam sang papa.

"Calista? Berarti orangtua Calista nanti keluar?"

"Iya. Kenapa?"

"Nggak papa!"

Barra pun mengambil inisiatif, ia berpamitan ke kedua orangtuanya untuk menjemput Calista.

Sesampainya di rumah Calista. Barra menunggu di atas motor. Ia menghubungi Calista namun tidak bisa. Ia menunggu Calista keluar saja.

Karena dari depan sini Barra melihat ada seseorang dari kaca jendela itu. Berarti Calista kemungkinan belum berangkat.

Dan benar saja tak lama dari itu Calista keluar.

"Heh! Jeruk kecut!" Ucap seseorang yang tiba-tiba muncul di depan rumah Calista. Calista pun langsung menoleh.

Ia mendesah kasar, cowok itu lagi.

"Lo ngapain lagi kesini?" Ucap Calista mendekati Barra yang nangkring di atas motornya.

"Lo blokir nomor gue?"

"Iya! Emang kenapa?"

"Lo bener-bener berani ya ternyata. Lo mau gue bener-bener hukum ya!"

"Nggak takut!"

"Okay lihat aja nanti Lo akan bisa pulang!"

Calista jengah sendiri mendengar orang tidak jelas. Tak lama dari itu ojol yang dia pesan telah sampai. Calista pun langsung menghampiri nya.

"Berangkat sama gue!"

"Nggak bisa! Ojol gue udah Dateng!"

Barra mengeluarkan uang beberapa lembar untuk membayar ojol itu. "Pak cewek ini pacar saya biarin kita berangkat bareng. Ini gantinya buat bapak."

"Wah banyak banget mas."

"Nggak papa ambil aja!" Kata Barra si bapak itu pun kesenangan. "Udah di bayar neng, sama masnya aja ya!" Ojol itu pun langsung pergi.

"Lo berangkat sama gue! Gue nggak Nerima penolakan! cepetan! Atau kita main-main dirumah Lo? Orangtua Lo nggak dirumah kan?" Ucap Barra menggoda. Membuat Calista merasa jijik sendiri.

"Ogah najis!"

Yah, mau gimana lagi halte bus di rumah Calista jauh. Mau tidak mau akhirnya ia menumpang Barra. Jam juga sudah menunjuk setengah tujuh. Kalau mau pesen ojol lagi takutnya telat.

Pukul 6.55.

Sampai di sekolah atensi semua siswa dan siswi melihat pada Barra yang di belakangnya membonceng Calista.

What! Calista boncengan sama Barra....

Ha! Mereka pacaran?

Terus gimana sama si Elvina....

Kayaknya Calista bakalan di bully sih, habis ini sama si Elvina...

Heh! Tapi kok mereka pantes ya... Gue nggak benci sih justru gue dukung mereka karena Calista anaknya baik....

Iya... Calista anaknya baik tapi Barra.... Nggak baik cuy.... Kasihan Calista ....

Mereka berdua cocok anjir... Gue dukung mereka....

Itulah ocehan - ocehan dari siswa dan siswi saat Melihat Barra dan Calista. Ada juga beberapa orang yang memfoto untuk di masukkan ke grup sebagai bahan gibah.

Sedangkan Calista, segera turun dari motor sport itu. Sialan gara-gara Barra dia jadi bahan gosip pasti sekarang. Baru nyampe aja omongan orang lain langsung masuk ke telinga. Nggak peduli omongan negatif atau posisi yang pasti Calista nggak suka jadi bahan gosip dan pusat perhatian kayak gini.

"Barra, Lo emang cari masalah banget sama gue. okay gue ladenin, Gue akan ikutin permainan elo!" Batin Calista.

Diatas rooftop itu, ada Elvina yang mengepalkan kedua tangannya melihat Barra membonceng Calista. Sungguh dia tidak Rela melihat hal itu.

Dia yang mati-matian deketin Barra. namun dengan mudahnya baru mengenal Calista tapi sudah sampai berboncengan seperti itu.

1
Kim nara
Barra otaknya geser apa y thor malah d tinggal kabur anak orang dah d bawa ke rumah nya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!