NovelToon NovelToon
Kos-kosan Sus Banget!

Kos-kosan Sus Banget!

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: DancingCorn

Fandi, seorang mahasiswa jurusan bisnis, memiliki kemampuan yang tak biasa—dia bisa melihat hantu. Sejak kecil, dia sudah terbiasa dengan penampakan makhluk-makhluk gaib: rambut acak-acakan, lidah panjang, melayang, atau bahkan melompat-lompat. Namun, meskipun terbiasa, dia memiliki ketakutan yang dalam.

BENAR! DIA TAKUT.

Karena itu, dia mulai menutup matanya dan berusaha mengabaikan keberadaan mereka.
Untungnya mereka dengan cepat mengabaikannya dan memperlakukannya seperti manusia biasa lainnya.

Namun, kehidupan Fandi berubah drastis setelah ayahnya mengumumkan bahwa keluarga mereka mengalami kegagalan panen dan berbagai masalah keuangan lainnya. Keadaan ekonomi keluarga menurun drastis, dan Fandi terpaksa pindah ke kos-kosan yang lebih murah setelah kontrak kos sebelumnya habis.

Di sinilah kehidupannya mulai berubah.

Tanpa sepengetahuan Fandi, kos yang dia pilih ternyata dihuni oleh berbagai hantu—hantu yang tidak hanya menakutkan, tetapi juga sangat konyol dan aneh

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DancingCorn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24 : Menjalankan Tugas, Momo

Baswara menyeringai. "Tugas yang… hanya bisa dilakukan oleh seseorang sepertimu."

Fandi menegang. Udara di sekitar terasa berat, seolah ada sesuatu yang menekan tubuhnya. Jantungnya berdetak kencang, tapi dia memaksa dirinya tetap diam. Perlahan, dia duduk bersila di lantai ruangan luas itu, mencoba menstabilkan napasnya. Di depannya, Baswara duduk di singgasananya, jarinya mengetuk-ngetuk lengan kursi kayu hitam berukir naga.

Di sisi lain, Alya masih berdiri kaku dibelakang Fandi. Mata gadis itu gelisah, melirik ke sekeliling ruangan yang tertutup dinding batu besar dengan ukiran wajah-wajah seram. Seolah ukiran itu menertawakan kegelisahannya.

Ruangan sunyi.

Hanya bunyi api dari obor di dinding yang berkedip pelan.

Fandi menelan ludah. Kenapa Baswara diam saja? Apa dia sedang menilai sesuatu? Atau… apakah ini hanya caranya untuk menekan mental mereka?

Alya menggigit bibir. Ketegangan semakin menjadi. Dia tahu Fandi cukup pandai bicara, tapi jika ini berlanjut, siapa yang tahu apa yang akan dilakukan Baswara?

Akhirnya, Baswara menghela napas panjang.

"Kau pasti bertanya-tanya... tugas macam apa yang akan kuberikan padamu, bukan?" Suaranya dalam, menggema di ruangan.

Fandi memaksakan senyum kaku. "Y-ya, Gusti. Hehe... Saya siap menerima perintah Anda."

"Bagus, senang mendengarnya." Baswara mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. Cahaya api dari obor membuat wajahnya terlihat lebih mengancam. "Ada seekor monster yang muncul di Danau Hangae, danau hijau yang cukup dekat dengan kerajaanku. Aku ingin kau menangkapnya."

Fandi berkedip. "Monster?"

"Tunggu, tidak, menangkapnya? Bukan membunuhnya?" Fandi segera berdiri kembali, melihat Baswara tidak percaya.

Baswara mengangguk perlahan. "Ya. Makhluk itu muncul entah dari mana dan mulai mengacau. Tapi tampaknya istriku menyukainya, jadi aku tidak bisa membunuhnya begitu saja. Aku ingin kau menangani ini."

Alya mengerutkan kening. "Tunggu, kalau ini hadiah untuk permaisuri... kenapa Gusti tidak mengirim pasukan sendiri? Atau turun tangan langsung?"

Kenapa malah meminta Fandi untuk menangkapnya. Fandi itu hanya manusia, manusia, dia hidup dengan satu nyawa. Jika sesuatu terjadi pada Fandi, bagaimana dengannya. Dia pasti akan berakhir di atas api menjadi makanan!

Ruangan terasa lebih dingin.

Baswara menatap Alya seperti melihat hal tidak berarti. Sekilas, Fandi pikir gadis itu sudah mati berdiri karena ketakutan. Fandi melangkah perlahan menutupi Alya di belakangnya. Ketika dia pikir Baswara akan memarahi Alya, Baswara hanya tersenyum kecil—senyum yang membuat bulu kuduk berdiri.

"Gadis, ada banyak penguasa di dunia ini." Suaranya datar, tapi berbahaya. "Aku tidak bisa pergi begitu saja dari istana ku."

Fandi mengerutkan kening. Kata-kata itu terdengar aneh. Seorang raja dunia gaib mengaku tidak bisa meninggalkan istana? Mengapa?

Kecuali…

Baswara melanjutkan. "Saat ini, dunia gaib sedang bergejolak. Jika aku meninggalkan singgasana, para penguasa lain akan melihatnya sebagai tanda kelemahan dan berusaha merebut wilayahku. Aku tak ingin memancing perhatian yang tidak perlu seperti itu."

Fandi menatap Baswara dalam-dalam. Raja itu jelas tidak mengatakan seluruh kebenarannya. Tapi dia juga tidak bisa menebak-nebak. Dia tau bahwa orang itu menyembunyikan trik di balik lengannya.

Dan itu terbukti saat Baswara tersenyum tipis.

"Tentu saja, kau bisa menolak tugas ini... Tapi, ada banyak raja lain yang akan senang mendengar bahwa seorang manusia yang dulu sering berkeliaran di dunia ini... akhirnya kembali setelah sekian lama."

Ruangan semakin sunyi.

Alya mencengkeram ujung pakaian Fandi dengan erat. Dia jelas merasakan tekanan mengerikan dari Baswara.

Fandi sendiri merasa perutnya mual. Itu ancaman terselubung. Jika dia menolak, Baswara bisa saja membocorkan keberadaannya ke penguasa lain. Dan dia tidak yakin bisa menghadapi konsekuensi dari itu.

Licik. Baswara benar-benar licik dan bijaksana. Menyerahkan masalah hadiah istrinya pada Fandi, dan di saat yang sama, memperketat cengkeramannya terhadapnya.

Fandi menutup mata, menghela napas, lalu membukanya kembali. Dengan suara serak, dia akhirnya menjawab.

"Saya mengerti, Gusti... Saya akan menyelesaikan tugas ini."

Tapi di dalam hatinya, dia tahu ini bukan sekadar menangkap monster. Ini adalah permainan kekuasaan, dan dia baru saja menjadi pion dalam catur Baswara.

—————

Danau Hangae, Malam Hari.

Angin dingin berembus pelan, membawa aroma air danau yang bercampur dengan tanah basah. Permukaan air tenang, hanya bergelombang sedikit saat beberapa ikan melompat ke atas, lalu menghilang kembali ke kedalaman. Langit dipenuhi bintang, memberikan sedikit penerangan di sekitar danau yang dikelilingi pepohonan besar.

Meskipun Baswara berkata bahwa jarak danau itu tidak terlalu jauh, mereka membutuhkan waktu sepanjang sore untuk sampai di sana.

Alya merapatkan jubahnya. "Kenapa harus malam-malam begini, sih? Mas Fandi, seriusan ini tempatnya… nyeremin banget."

Fandi berdiri di tepi danau, melihat ke permukaan air dengan tatapan penuh harap. "Jaraknya jauh, makanya kita baru sampai malem, Al. Lagian, kalau kita datang pagi, monster itu mungkin nggak akan muncul. Ketika berurusan dengan makhluk gaib, malam adalah waktu yang sempurna." Kata Fandi mencoba menenangkan.

Alya mendengus, tangannya masih memegang belati di pinggangnya dengan waspada. "Iya, iya, kalau tiba-tiba ada monster yang muncul dari air dan menyeret kita ke dalam, jangan bilang aku nggak ngingetin lo, ya!"

Tiba-tiba, permukaan air beriak.

"Wha..." Alya mundur satu langkah, tangannya mencengkeram belati yang dia dapatkan dari istana lebih erat. "Aduh nggak, nggak, aku nggak suka ini. Mas Fandi, ayo kita cari cara lain. Kenapa kita nggak pakai umpan aja? Atau jebakan? Atau lebih bagus lagi, kita—"

Suara air bergolak memotong kata-katanya. Dari tengah danau, sesuatu muncul.

Sosok besar itu mengangkat kepalanya ke atas, memperlihatkan tubuhnya yang berkilauan seperti ikan. Kulitnya licin, bersisik dengan warna hijau tua bercampur keemasan. Matanya besar, bersinar samar di bawah cahaya bulan. Giginya tajam dan runcing, seperti predator yang terbiasa berburu di air. Ekornya panjang, bergerak dengan gesit, membelah air dengan mudah.

Alya membeku. "Anjir. Itu… gede banget."

Fandi juga diam. Tapi bukan karena takut. Dia justru menatap makhluk itu dengan mulut sedikit terbuka. "Enggak mungkin…"

Monster itu juga menatap Fandi. Matanya berkedip. Seketika, dia bergerak cepat menuju Fandi, menyibakkan air dengan keras. Alya menjerit dan menarik Fandi ke belakang.

"AWAS!"

Tapi Fandi tidak bergerak. Sebaliknya, dia justru maju selangkah.

Air muncrat ke mana-mana saat makhluk itu melompat ke darat. Seketika, kulit bersisiknya mulai menguap perlahan. Uap tipis menyelimuti tubuhnya, dan dalam hitungan detik, sisik itu menghilang—digantikan oleh bulu putih tebal yang tampak lembut.

Alya menahan napas. "Apa-apaan itu?!"

Fandi masih berdiri diam. Lalu, sebuah senyuman lebar muncul di wajahnya.

"MOMO!"

Monster berbulu besar itu mengangkat kepalanya. Matanya berkedip dua kali sebelum mendekat ke arah Fandi.

Kemudian…

"UWOOGH!!"

Monster itu melompat ke Fandi, menjatuhkannya ke tanah. Lidah besarnya yang basah menjilat wajah pemuda itu berkali-kali.

Fandi tertawa keras, tangannya sibuk mendorong kepala besar berbulu itu. "HAHAHA! Momo, berhenti! Itu geli, tahu! HAHAHA!"

Alya berkedip beberapa kali. Otaknya masih mencoba memahami apa yang baru saja terjadi.

"Tunggu… tunggu dulu," katanya sambil menunjuk monster itu. "Lo… kenal monster ini?"

Fandi, yang masih tertawa, mencoba bangun dari tanah. "Iya! Dulu aku sering main sama dia di dunia gaib!"

Momo berguling ke samping dan mulai menggosok-gosokkan kepalanya ke Fandi seperti kucing raksasa yang manja. Namun bentuknya saat ini sama seperti beruang kutub. Fandi mengusap bulu tebalnya sambil tertawa kecil.

"Aku pikir dia udah nggak ada. Karena aku pergi dan nggak pernah kembali. Kupikir dia mungkin sudah melupakanku atau ditangkap. Tapi lihat dia sekarang! Masih hidup dan sehat!"

Alya masih berdiri di tempatnya, menatap interaksi mereka dengan wajah kosong.

Momo mulai berguling-guling di tanah seperti anak anjing yang ingin bermain. Dia mengangkat kaki depannya, lalu menepuk-nepuk Fandi dengan lembut.

Alya akhirnya membuka mulutnya lagi. "Aku… aku nggak percaya. Aku tadinya khawatir. Aku benar-benar takut. Aku pikir kita bakal bertarung. Tapi ternyata…"

Dia menunjuk Momo, yang sekarang bergelung di dekat Fandi sambil mengeluarkan suara dengkuran lembut.

"Ternyata kita di sini hanya untuk melihatmu main-main dengan monster berbulu besar."

Fandi nyengir, mengusap kepala Momo yang tampak sangat menikmati sentuhannya.

"Yah, kayaknya gitu." Kata Fandi mengangkat bahu, "kenapa? iri?"

Alya memandang Fandi dan Momo yang sekarang seperti sahabat lama yang akhirnya bertemu lagi. Dia menghela napas panjang, lalu duduk di atas batu dengan wajah cemberut.

"Ya iri lah Kenapa aku nggak punya monster berbulu besar yang mau main sama aku?" gumamnya lirih.

Fandi tertawa kecil, sementara Momo melirik Alya dengan kepala sedikit dimiringkan yang sangat menggemaskan. Mungkin, jika Alya cukup sabar, dia juga bisa mendapatkan tempat di hati makhluk lucu ini.

Tapi untuk sekarang, dia hanya bisa duduk di sana, meratapi nasibnya yang harus menyaksikan Fandi bermain-main dengan monster yang awalnya dia kira akan membunuh mereka.

1
Krisna Adhi
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Krisna Adhi
novel ini berbeda , seperti larut dalam ceritanya , emosi ,haru campur jadi satu , good job thor /CoolGuy//Casual//Casual/
Krisna Adhi
aih aih /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Krisna Adhi
/Facepalm/
Husein
mohon maaf lahir dan batin jg kak oThor.....
maaf jika selama ini ada komen aku yg ga berkenan 🙏🙏🙏

cerita dr kak oThor bagus banget, cuma belom sempet buat baca kisah yg lain🙏🙏🙏 so sorry
Husein
sepertinya sdh tdk ada kak...
eh mbak parti kmrn udh belom ya, sama.yg dia berubah punya sayap hitam 🤔...
DancingCorn: udah kok. Si Parti kan Parto 😂
cuma bentuk perubahannya aja...
total 1 replies
Husein
🤭 udah kek setendap komedi... segala kucing kena roasting
Husein
😀😀 hantu aja punya jodoh....
Fandy dan yg lainnya msh jomblo, emang sengaja ga dibuatin jodohnya ya kak oThor?
Husein: sapa tau kak oThor ada yg pengin kek Jayden dan Mina, minta dicarikan jodohnya 😀😀....

tp sebaiknya ga usah lah, takutnya nanti ngerusak cerita 🤗

ngikut alurnya kak oThor aja deh😀👍👍
DancingCorn: 🤣🤣🤣
Yah, lagipula ini bukan genre romance 🤭🤭
total 2 replies
Husein
gpp kak oThor... biar sedikit bisa ngobatin kangen ke Fandy dkk,😍
netizen nyinyir
duhhh thorrrr kirain mau tamat, btw cepat sembuh thorrr
Husein
lekas sembuh kak🤗
kutunggu sll lanjutan ceritanya 😍🙏🙏
Husein
ceritanya amazing 😍
Husein
apakah dugaanku benar? ato tidak?
pemilik kos biasanya menyimpan rahasia yg tak terduga... apa iya Bu Asti bukan mnausia?
Husein
oh no, tyt lbh rumit dr yg dibayangkan...
sosok ini berhubungan dg kehadiran dek Anis jg tayangga ...
siapakah sosok itu? apakah musuh Fandy dr dunia goib?
Husein
wahh ...up nya banyakkk 😍😍😍

maaci kak oThor
Husein
lagi kak oThor... lanjut
Husein
good job Jayden 👍👍
Husein
😀 kebayang ga tuh, natap mata Kunti... 5 detik...
normal nya liat Kunti ga sampai sedetik udh pingsan ato ga kabur duluan 😀 sereeemmm
tp Krn Arif gengnya Fandy jd beda
Husein
baru tau, ngobrol sama hantu bs seasik ini, kagak ada takut-takut nya... padahal selain Fandy, mereka bukan indigo kan ya
Husein: iya jg ya... jd terbiasa...
takutnya kan tiba-tiba si hantu menunjukkan sisi gelap, ato justru balik membahayakan..
tp tak ala, ada Fandy 😁 yg ditakuti d dunia gaib👍
DancingCorn: yaa, mau bagaimana lagi
Karena terlalu sering terpapar hal-hal mistis dan ketemu pak Kromo, Mbak Lili, Dek Anis dan Parto juga, bawaannya jadi biasa sama hantu lain.
ini juga, awalnya Fandi dan Parto masih waspada kok
total 2 replies
Husein
makasih kak, udah luangin waktu buat lanjutin ceritanya di sela kesibukan dunia nyata🙏
sehat-sehat ya kak,🤗

selama ini taunya Kunti itu mm perempuan, dan ada yg bilang ga punya muka...
selama ini jg taunya cuma Kunti bjau putih sama Kunti merah...
DancingCorn: terimakasih atas dukungannya (⁠≧⁠▽⁠≦⁠)..

Iya, kan. tapi Kunti laki memang ada lho 🤫
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!