NovelToon NovelToon
Cinta Tulus Kania

Cinta Tulus Kania

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:2.7M
Nilai: 4.7
Nama Author: santi.santi

Kania Abinaya sangat mencintai tunangannya yang bernama Alam. Meski mereka sudah lebih dari satu tahun menjalin hubungan namun Alam masih saja bersikap dingin kepada Kania.Tapi karena rasa cintanya yang sangat besar kepada Alam, Kania seloah buta dengan semua itu.

Hingga suatu hari Kania mengetahui alasan sikap dinginnya Alam kepadanya yaitu karena Alam tidak mencintainya. Yang lebih menyakitkan lagi ternyata Alam adalah kekasih kakak angkatnya, yaitu Dania. Dania memaksa Alam untuk menerima cinta Kania sebagai rasa terimakasihnya kepada keluarga Kania, karena telah merawat dan membesarkan Dania penuh cinta dan kasih sayang.

Kania lebih memilih pergi mengasingkan diri dari mereka. Kania juga sangat menyayangi Dania, Kania tidak mau kakaknya itu mengorbankan cintanya demi Kania.

Hingga 3 tahun kemudian Alam dan Kania di pertemukan lagi, dimana saat itu Kania melihat Alam masih memakai cincin pertunangan mereka dulu.
Apa yang membuat Alam masih memakai cincin itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21

"Dek?" Alam terkejut melihat Kania yang sudah berdiri di depan pintu.

"Ngobrolnya lanjut di dalam aja, Bunda udah lama nunggu di dalam!!" Ucap Kania ketus lalu pergi meninggalkan kedua mantan kekasih itu lebih dulu.

"Dek!!" Alam berusaha mengejar Kania karena ia tau istrinya itu pasti salah paham.

Melihat Alam yang kelimpungan mengejar Kania dengan wajah cemasnya membuat hati Dania perih. Dia semakin yakin jika Alam sudah benar-benar cinta mati dengan adiknya itu.

"Dek, Kakak dan Dania hanya ngobrol biasa saja, Kakak nggak aneh-aneh kok. Kamu jangan marah ya? Percaya sama Kakak!!" Alam dengan gusar dengan berusaha menjelaskan pada Kania.

"Ya mau aneh-aneh juga terserah, bukan urusan aku!!" Jawab Kania tanpa menghentikan langkahnya.

"Dek, jangan marah dong!!" Bujuk Alam.

"Siapa juga yang marah kurang kerjaan banget!!" Ketus Kania.

"Ma___"

"Bun, nih mantunya udah masuk. Kelamaan di luar malah jadi lupa masuk katanya" Sindir Kania.

"Alam, apa kabar nak?" Bunda menyambut menantunya dengan ramah.

"Baik Bun, Bunda sehat kan?" Alam mencium tangan ibu mertuanya itu. Berusaha menghilangkan ketegangannya bersama Kania.

"Alhamdulillah Bunda sehat, apalagi melihat anak-anak Bunda bahagia seperti ini. Ayo duduk setelah ini kita makan malam bersama" Bunda mengajak menantunya duduk di sofa ruang keluarga.

Tak berselang lama baru Dania tiba di antara ke tiga orang yang sudah hanyut dalam obrolan ringannya.

"Bunda, Dania masuk dulu ya?" Dania berjalan melewati Adik dan iparnya itu.

"Loh kamu nggak ngobrol dulu di sini sama adikmu?"

"Tadi sudah bertemu di depan kok Bun, Dania siapkan makan malam dulu"

Tanpa menunggu jawaban Bunda, Dania sudah melesat ke dapur. Bunda yang sudah membesarkan Dania selama ini tentu saja tau apa yang terjadi di antara kedua putrinya. Suasana canggung masih sangat kentara di antara keduanya.

-

-

Waktu berlalu begitu saja tanpa terasa karena begitu banyak yang Kania bicarakan pada ibunya. Termasuk semasa kuliahnya di luar negeri yang belum sempat ia ceritakan pada Ayahnya.

"Makan malamnya sudah siap Bun, ayo makan dulu Dek" Dania muncul dari dapur setelah beberapa waktu.

"Iya Kak" Jawab Kania seadanya.

Mereka berempat sudah duduk di kursinya masing-masing. Di atas meja itu juga terdapat masakan kesukaan Alam yaitu udang saus tiram. Kania melirik Dania sekilas yang sedang sibuk menuangkan air minumnya.

Sementara Alam yang terus saja mengikuti arah pandang Kania mengerti apa maksud dari tatapan matanya itu. Alam menjadi serba salah, niatnya kesini hanya ingin menjenguk mertuanya, tapi malah terjadi kecanggungan yang luar biasa di antara mereka.

"Ayo Alam silahkan!!" Ucap Bunda.

"Iya Bunda, terimakasih" Alam ingin mengambil sendok nasi yang berada agak jauh darinya.

Dania yang melihat Alam sedikit kesusahan berinisiatif ingin membantunya namum Dania mengurungkan niatnya saat Kania lebih dulu meraih sendok itu.

"Kak Alam mau lauk apa?" Tanya Kania dengan lembut. Bukan sengaja untuk memanas-manasi Dania. Hanya saja Kania tidak ingin Bundanya curiga dengan hubungannya dengan Alam.

"Sama Ayam dan sayur saja" Alan tentu saja ingin menghindari perdebatan dengan tidak memakan masakan kesukaannya itu.

"Tidak ingin udang ini?" Tanya Kania lagi.

"Stop Dek, Kakak tau kamu pasti sedang cemburu kan?" Batin Alam dengan percaya diri.

"Tidak, ini saja susah cukup!!" Jawaban Alam tentu saja sangat membuat Dania kecewa. Tapi Alam tidak peduli. Hanya perasaan istrinya saja yang ia pikirkan saat ini.

Mereka akhirnya menikmati makan malam dengan di selingi obrolan kecil tentang masa kecil Kania dan Dania. Rasa canggung yang tadi sempat menyerang sedikit demi sedikit mulai menghilang karena Kania dan Dania yang saling menyahut tentang masa kecil mereka.

"Biar Kakak saja Dek yang bereskan, kamu istirahat saja" Dania menghentikan Kania yang membantunya membereskan meja makan.

"Benar kata Kakakmu, biar Bunda yang membantunya. Kamu pergilah ke kamar, susul suamimu!!" Bunda merai piring yang sudah ada di tangan Kania.

"Baiklah karena kalian memaksa jadi biarkan aku menjadi ratu di rumah ini untuk satu hari ini" Canda Kania mengundang gelak tawa dari Dania dan Bunda.

Kania sudah berjalan menjauh menaiki tangga menuju kamarnya. Bunda terus memperhatikan Kania yang semakin tak terlihat.

"Nak, Bunda boleh bicara sama kamu?"

Bunda membuat Dania menatap Bundanya dengan penuh tanda tanya.

"Ada apa Bunda?" Dania memang sejatinya gadis yang lembut. Namun sikap ambisiusnya sangat tinggi sehingga terlihat tangguh dan tak terkalahkan.

"Bunda tau nak kamu masih menyimpan perasaan untuk Alam. Bukannya Bunda membela adikmu, hanya saja mereka sudah menikah, dan kamu juga harus bahagia. Jika kamu terus seperti ini maka kamu sendiri yang akan rugi nak, hatimu akan terus tersakiti. Kamu cantik dan pintar, pasti banyak pria yang menginginkanmu di luar sana" Bunda mengusap pipi Dania yang mulai basah.

"Belajarlah ikhlas untuk sesuatu yang tidak bisa kamu miliki. Jangan berkecil hati sayang, Bunda pasti selalu ada untukmu. Kamu juga putri Bunda, pastinya Bunda tidak ingin melihat salah satu putri Bunda sedih seperti ini" Bunda meraih Dania ke dalam pelukannya. Pelukan hangat yang selalu Dania dapatkan walau bukan dari ibu kandungnya.

"Dania ngerti Bun, Dania sedang mencobanya. Tapi Dania tidak bisa secepat itu Bunda" Dania mulai terisak di balik bahu Bundanya.

"Pelan-pelan sayang, kamu pasti bisa!!" Bunda mengusap punggung Dania lembut.

Dania mengangguk lalu melepaskan pelukannya pada sang Bunda.

"Bunda, kalau boleh Dania tau, sejak kapan Bunda tau semua ini?"

"Sejak dulu, setelah Alam memberitahu Ayah" Jawab Bunda dengan senyumnya yang meneduhkan.

"Tapi kenapa Bunda dan Ayah tetap bersikap biasa saja, bahkan kalian tidak memarahi Dania?"

"Karena kamu putri Bunda!! Kami tidak mungkin menghakimi salah satu putri kami. Bunda dan Ayah sangat menyayangi kalian berdua" Dania kembali menghambur ke dalam pelukan Bunda.

"Terimakasih Bunda, walaupun Dania bukan putri kandung Bunda. Tapi Bunda dan Ayah selalu menyayangi Dania dengan tulus" Dania semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh yang sudah mulai menua itu.

-

-

-

Sementara itu di dalam kamar Kania, Alam masih saja bingung harus bagaimana menghadapi Kania. Karena istrinya itu masih terus memasang wajah datarnya.

"Dek, kamu masih marah sama Kakak?" Alam mendekati Kania yang duduk di sofa asik dengan bukunya.

"Siapa yang marah sih, aku nggak marah kok!!" Dania tetap fokus pada bukunya, sama sekali tidak melirik Alam sekalipun.

"Terus kenapa kamu diam saja?" Alam sungguh jengah dalam situasi seperti ini.

"Loh bukannya dari awal aku seperti ini, memangnya setelah kita menikah aku pernah banyak bicara?" Kini Kania memalingkan wajahnya untuk menatap Alam.

"Tidak, kamu justru sangat pendiam, hanya menjawab apa yang Kakak tanyakan. Tidak pernah bertanya duluan. Kamu sudah jauh berbeda dengan yang dulu Dek" Tatapan mereka masih saling beradu.

"Lalu siapa yang membuatku jauh berbeda seperti ini?" Alam terdiam mendapat umpan balik dari Kania.

"Sudahlah jika terus membahas hal ini tidak akan pernah selesai!!" Kania mulai membaca bukunya lagi.

"Ya sudah kalau begitu kita tidur yuk?" Ajak Alam pada istrinya itu.

"Hemm" Kania menutup bukunya dan beralih menuju ranjangnya.

"Selamat malam Dek" Alam mulai membaringkan tubuhnya di sofa.

"Ngapain tidur di situ? Sofa segitu mana muat baut tubuhmu yang tinggi itu!!" Ucap Kania dengan ketus dan bibirnya yang mengerucut.

"Lah terus Kakak harus dimana Dek? Kalau di lantai dingin mending disini aja" Protes Alam.

"Katanya bisa tidur di mana aja? Lah ini malah ngeluh kalau di lantai dingin!!" Cibir Kania.

"Ya kalau ada sofa pasti pilih di sofa dong yang anget walau badan pegel"

"Jadi mulai ngeluh kalau tidur di sofa pegel??" Alam mengusap wajahnya kasar karena Kania selalu menganggap jawabannya salah.

"Enggak gitu Dek, Astaghfirullah"

"Ya udah cepat pindah sini, masih lebar juga. Tapi awas kalau macam-macam!!" Alam sempat tak percaya dengan apa yang ia dengar jika Kania mengajaknya tidur seranjang.

"Apa Dek? Beneran?"

"Nggak mau ya udah, tidur sana aja nggak maslah!" Kania menutup tubuhnya dengan selimut sebatas leher.

"Mau dong Dek!!" Alam dengan secepat kilat sudah menjatuhkan dirinya di ranjang sebelah Kania.

"Kamu mau ajak Kakak tidur bareng aja kok pakai marah-marah segala" Ucap Alam membuat Kania menatap Alam tajam.

"Nggak usah berisik, aku mau tidur!!" Kania menggerakkan tubuhnya membelakangi Alam.

Tapi tidur berdekatan dengan Kania seperti ini justru membuat Alam tidak bisa memejamkan matanya. Rasa kantuk dan lelahnya hilang begitu saja.

Alam melirik Kania yang dengan nyaman terlelap tanpa terusik sama sekali.

"Dek?" Panggil Alam lirih.

"Kamu sudah tidur?" Tanya Alam dengan suara pelan.

Tak ada sahutan dari Kania. Istrinya itu masih saja tak bergeming. Alam mulai mendekati Kania yang memunggunginya. Dengan berlahan Alam menuntun tangannya sendiri untuk meraih pinggang ramping milik istrinya itu.

"Nggak usah ngelunjak!!"

Suara Kania yang ternyata belum tidur tentu saja membuat Alam terkejut dan secara spontan menarik tangannya yang nakal itu.

"Maaf Dek" Alam menarik selimutnya kemudian berusaha untuk memejamkan matanya.

"Maaf Kak, sebenarnya aku mendengar semua yang kamu dan Kak Dania bicarakan. Tapi aku tidak mau besar kepala. Aku hanya mau menjaga hatiku. Aku tidak mau sakit hati lagi. Entah apa yang akan terjadi saat waktu itu tiba, tapi aku menyerahkan semuanya kepada Sang pencipta" Batin Kania di dalam diamnya.

-

-

-

-

Happy reading, jangan lupa tinggalkan jejakmu ya😘

1
Intania Naj_Va
Luar biasa
Amelya Ratulangi
rata rata karya othor nihh kebanyakan perempuan BUCIN AKUT udh tau di sakitan masih aja mauu
Anda Suhanda
Luar biasa
Deasy Permadi Chen
bagus bgt
Ida Farida
Lumayan
Yeny Triwahyuni
Luar biasa
Fe
ahhhhh kania bodohhh
Fe
banyak typo namanya ya ketuker tuker
Kadek Murdiani
kenapa ga sama farel aja sih.
Hera
Luar biasa
Erwi Yanti
terlalu banyak iklan
Arie
Luar biasa
Soritua Silalahi
ga usah terlalu sering interaksi antara Dania dan alam. Krn akan menyebabkan salah paham apalagi Dania belum move on
Soritua Silalahi
biarkan qalqm membayar jesalahannyaa dgn mencintai kania dgn tulus seumur hidupnya
Soritua Silalahi
bukan sia sia Kania..klu dulu alam terpaksa klu skrg dgn penuh cinta
Soritua Silalahi
sedih banget jadi Kanianya
Siti Masitah
dah mati aj..kok egois x
Siti Masitah
bagus di cintai dri pd mencintai sendirian..
Siti Masitah
mokondo
Atun Ismiyatun
ibunya kania dipasangkan saja sama ayah kandung dania/pk jonatan kak...terus nanti kalau ardan dah ketemu sama kkrganya dijodohkan sama bu yesi ibunya alam..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!