Morgan & Emily,
Perjanjian bisnis orang tua Morgan, memmbuat Morgan & Emily harus menikah.
"Walaupun pernikahan kita atas dasar org lain, tapi aku tidak ingin ada org lain dalam rumah tangga ini ketika nanti kita sah menjadi pasangan suami istri". ucap Emily
Menjadi seorang Wanita karir sekaligus seorang istri, Emily selalu berusaha membuat suaminya bahagia dan menjaga rumah tangganya ditengah-tengah kesibukannya mengejar target menjadi kepala rumah sakit dan menyelesaikan proyek pembangunan rumah sakit miliknya sendiri.
"Aku hanya ingin kau fokus dengan Rumah tanggal & kandunganmu Emily, aku tidak meminta kau berhenti bekerja setidaknya kurangi beban pekerjaanmu". ucap Morgan frustasi sambil mengacak-ngacak wajahnya dengan telapak tangannya
Disaat Hubungan dengan Suaminya mulai terbangun sebuah peristiwa mengubah segalanya & membuat Emily keluar dari rumah dan meninggalkan segalanya dalam keadaan mengandung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GRACIA SYLIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mimpi Tangisan Bayi
.
.
.
"Ayah, cepat ayah!!!!" Pekik Mama Emily panik
Saat ini mereka dalam mobil sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Emily tidak henti-hentinya meringis kesakitan akibat kontraksi yang muncul terasa seperti tanpa aba-aba.
" Mah...sakit bangettt Mah..aduhh." ucap Emily sambil terisak.
Keyla tidak henti-hentinya berdoa mendengar jeritan tersebut.
"Mama sama Ayah harus janji sama Emily ga boleh ada satupun yang mengabari Morgan dan keluarganya kalau saat ini aku lahiran. Keyla juga! Aku mohon...aduhhh" Kata Emily disela-sela menahan sakit kontraksinya.
Semua menoleh ke arah Emily dan mengangguk mencoba meyakinkan Emily bahwa mereka dapat dipercaya.
Kini mereka telah sampai di UGD, semua team Medis yang bertugas berhamburan menjemput Emily dan segera membawanya ke ruang persalinan.
Emily memilih melahirkan normal, ia sudah berlatih senam yoga dan segala macamnya agar bisa melahirkan normal.
Sebelum menunggu pembukaan, Emily menyuruh suster meninggalkan mereka menyisakan Emily dan kedua orang tuanya.
"Pah...Mah..Emily ada yang Emily mau sampaikan." Kata Emily sambil menggenggam tangan kedua orang tuanya.
".............." Kata Emily
Mendengar hal itu tentu kedua orang tuanya menangis," Kamu ga boleh ngomong sembarang nak! Harus yakin semua akan berjalan dengan lancar" ucap mama Emily sambil memeluk anaknya.
Kini kedua orang tua tersebut keluar sambil mengusap air matanya, dan sekarang giliran Keyla yang dipanggil Emily.
"Dek. Akh tadi udah ngomong sama mama." ucap Emily menatap sendu mata Keyla
"Apapun yang terjadi sama aku, kalau salah satu dari kita selamat dan itu bayi aku. Aku titip dia ya de sama kamu." Kata Emily yang kini memeluk Keyla bersandar pada dadanya.
mendengar kalimat pertama saja keyla sudah menangis tersedu-sedu.
"Aku yakin kamu bisa kok dek, tolong jagain dia ya dek!" Lanjut Emily
Keyla menggelengkan kepala, mencoba menolak semua yang dikatakan oleh Emily. "Kakak!!! Jangan ngomong kayak gitulah. Aku cuma punya kakak." ucap Keyla tersedu-sedu sambil menatap Emily.
"Aku udah nyiapin Wasiat dek untuk kalian berdua, kalau ternyata aku ga bisa bertahan dalam persalinan ini." Kata Emil yanng kini mulai menangis.
Ditengah-tengah obrolan keduanya, Emily mengalami kontraksi yang hebat dan merasa ada cairan yang pecah keluar membahasi kedua pahanya.
"Dekk...aduh! Tolong panggilin dokter dek" Jerit Emily
Keyla dengan panik segera keluar dan memanggil Dokter dan mereka bertiga dipersilahkan menunggu di depan ruang persalinnan.
Kurang lebih 2 setengah jam Emily berjuang, akhirnya terdengar juga suara tangisan bayi. Kedua orang tua Emily beserta Keyla mendongakkan wajahnya mencoba fokus oada sumber suara.
Mereka tersenyum dan saling berpelukan satu sama lain, bayi dalam ruangan tersebut masih terus menangis.
Hingga salah satu perawat mempersilahkan ketiga untuk masuk, mereja semua bernafas lega pasalnya sesuatu yang mereka takutkan tidak terjadi. Emily menyambut mereka dengan senyuman lirih, akibat lelah melahirkan.
"Nak mau apaa? Minum? Makan buah?" ucap Mama Emily yang kini sudah duduk di samping ranjang anaknya.
"Minum aja mah, air putih" ucap Emily lirih.
Mendengar itu Keyla pun segera mengambilnya dan memberikan kepada Mama Emily.
Saat ini bayi tampan Emily masih dibersihkan oleh para perawat, ayah Emily yang tidak henti-hentinya mengikuti langkah mereka untuk memastikan bahwa cucunya aman dan tidak tertukar.
Kini Bayi tampan tersebut telah kembali ke dalam ruangan Emily.
"Tampan sekali sayang." ucap Emily melihat anaknya yang dalam box yang berada tidak jauh dari ranjangnya.
Begitupun Keyla dan kedua orang tuanya tidak henti-hentinya memuja gemas pada bayi tersebut.
"Udah ada nama belum nak?" tanya sang kakek.
"Beberapa yah..cuma belum fix aja." ucap Emily
Keesekan harinya Emily dan bayi tampan tersebut sudah diizinkan oleh Dokter untuk kembali ke rumah siang harinya.
...***...
Di tempat lain, satu malam Morgan gelisah dalam tidurnya. Jam 2 malam ia terbangun akibat mimpi mendengar suara tangisan bayi setelah ia mendekat ingin menggendongnya bayi tersebut hilang. Ia terbangun dengan keringat yang mengucur didahinya, ini pertama kalinya ia memimpikan seorang bayi.
Ia terus-terus memikirkan Emily, dan juga ia tidak bisa kembali tertidur karena mengkhawatirkan Emily.
Ia mengusap air matanya yang mulai jatuh, kali ini ia benar-benar membiarkan dirinya menangis tidak perduli bahwa dia seorang laki-laki.
Pagi harinya, Jane mengetuk-ngetuk pintu Morgan namun tidak ada jawaban. Pasalnya jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi, itu artinya ia terlah terlambat kerja.
Hal ini bukanlah pertama kalinya Morgan terlambat bangun, sebelum Jane datang ia beberapa kali sengaja mengulur waktunya untuk pergi ke kantor, beberbeda dengan hari ini. Ia benar-benar terlelap akibat kesulitan tidur malam hari.
Namun ini pertama kalinya Jane menemukan Morgan kakaknya belum juga keluar dari kamarnya, padahal sejak jam 7 tadi ia mengetuk-ngetuk Pintu Morgan dan kedua kalinya jam 9.
Morgan yang mulai terusik, mengusap wajahnya dan mengambil ponselnya mencoba melirik jam.
Masih mendengar suara ketukan, ia beranjak dari kasurnya dan melangkah membuka pintu.
"Loh! Baru bangun?" Kata Jane melihat muka bantal Kakaknya.
"Kamu ga ke kantor kak?! Lanjut Jane sambil menggendong Anak bungsu.
"Aku datangnya agak siangan aja dek. Mana Zora zahra?" Tanya Morgan sambil menguap.
"Keluar tadi sama papinya. Yaudah sana mandi terus turun sarapan keburu dingin." Ucap Jane.
Morgan mengangguk sebelum Jane melangkah dengan cepat ia mencium Zain. Zain yang sejak awal tidak begitu dengan dengan Morgan seketika langsung saja meronta-ronta dalam gendongannya Maminya.
Zain yang tubuhnya terlalu gembul membuat Jane kewalahan. "Wleeeeee" Morgan mengejek Zain.
Zain yang tidak terima memasang waja seperti Morgan, menjulurkan lidahnya mencoba melawan. "bucuuuu lum ndii." Kata Zain terbata-bata
Mendengar itu Morgan dan Jane sontak saja tertawa.
...****************...
Ohiya jangan lupa juga pada Follow ya!!! Biar Thor makin semangatt..
Seeeyouu