Gandari adalah gadis desa yang menjadi sebatangkara karena ibunya telah meninggal dunia, namun ia dinikahkan dengan Prama~ seorang anak juragan tanah didesa Waringin. padahal keduanya masih sangat muda pada saat itu..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon reni ambar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
lukisan
"Kejar! Kejar merekaaaaaa!!" teriak Dudung membara
Mereka pun dengan semangat mengejar Gandari dan Bagja yang terus berlari sembari berpegangan tangan..
Hingga akhirnya mereka sampai di jalan buntu yang mengarah langsung ke jurang..
"Ah s*al!!" desis Bagja panik
"Ba-bagaimana ini, Kang? Aku tak mau mereka menangkap kita dan menyadari keberadaanmu disini!" ujar Gandari hawatir
Sementara Dadang dan antek-anteknya mulai mendekat dan mengepung mereka
"Hahaha.. Mau kemana lagi kalian, hah? Sudah.. Menyerah saja!! Hahaha" desis Dadang terkekeh
Bagja dengan sigap melindungi Gandari dibelakangnya sembari menyodorkan pedangnya pada mereka
"Pergi!! Pergi kalian! Pergi!!" bentak Bagja yang kini memakai atribut lengkapnya sebagai Bintang
"Hahaha.. Nyai Bulan dan akang Bintang.. Benar-benar kombinasi yang cocok.. Tapi sayangnya, tuan kami sangat penasaran denganmu, Nyai Bulan!! Ikutlah dengan sukarela atau dengan cara paksa, semua ada ditanganmu!" ujar Dadang memberikan pilihan
"Jangan harap! Kau tak akan pernah bisa menyentuh Nyai!" bentak Bagja
"Hah? Iya kah? Mari kita lihat.. Ayo serang mereka!!" titah Dadang.. Antek-anteknya pun mengeluarkan parang masing-masing dan siap menyerang Bagja dan Gandari
Gandari hanya menggelengkan kepalanya, lalu ia memegang tangan Bagja dan langsung menariknya ke dalam jurang yang mengarah langsung ke sungai yang arusnya tampak deras itu
"Nya-nyai.. Aaaaaaaaaaaa" teriak Bagja kaget
BYURRRR.. Mereka jatuh ke dalam sungai dan hanyut terbawa arus
Sontak Dadang bersama antek-anteknya panik dan langsung melihat kebawah jurang
"Lihat apa kalian? Cepat terjun juga!" titah Dadang kesal
Sontak anak buahnya termasuk Dudung langsung mundur seketika
"Ah bos mah suka aneh aja.. Kita nyeburmah sama aja bunuh diri atuh bos! Bisa m4ti konyol kita.. Wkwkwk" jawab Dudung terkekeh
"Ya terus masa kita gagal lagi dalam membawa si Nyai Bulan itu kehadapan Juragan Darsa sih? Yang bener aja!!" gerutu Dadang tak habis pikir
"Kalau gitu bos aja yang terjun!" ucap Dudung yang BYURRRR.. Dadang langsung terjun ke sungai karena didorong oleh Dudung
"Aaaaaaaaaa" teriak Dadang kencang
Sontak semua anak buahnya menoleh heran pada Dudung
"Dung.. Maneh teh gelo? (Dung.. Kamu gila?)" tanya Jupri-salah satu anak buah Dadang
Dudung hanya tersenyum sembari menggaruk kepala botaknya
"Hehehe.. Iya ya.. Kenapa saya ngedorong si bos?" desis Dudung tanpa merasa bersalah
"kalau udah begini bagaimana? Masa kita ngebiarin si bos gitu aja?" tanya Udin bingung
"Ya biarin aja.. Emang kamu mau nolong? Saya mah ogah.. Dibayar gak seberapa tapi taruhannya nyawa! ngapain?" jawab Dudung seolah ia memang menginginkan hal ini terjadi
Jupri langsung mendekat kearah Dudung dengan tatapan heran
"Dung.. Kamu teh gak lagi kesurupan, kan? Biasanya kamu paling nurut sama si bos.. Tumben kamu acuh begini?" tanya Jupri heran
Lagi-lagi Dudung malah nyengir kuda sembari cengengesan
"Iya ya.. Selama ini kok saya nurut dan takut banget sama si Dadang itu? Badan cungkring gitu pasti kalah sama badan saya yang gede ini.. Sekali pukul juga tumbang paling!! Hahaha.." jelas Dudung yang malah tertawa
Semuanya semakin bingung dengan tingkah Dudung yang dirasa berubah..
Tapi Dudung malah tersenyum manis dan langsung merangkul teman-temannya
"Sudah.. Kalian gak capek hari ini kah? Kita tidur yuk ah.. Besok saya teraktir kalian makan enak!!"
"Hah? beneran Dung?"
"iyaaaa.. Suasana hati saya lagi bagus hari ini.. Wkwkwkwk"
Begitulah, mereka malah pergi meninggalkan Dadang yang tengah berjuang melawan derasnya arus sungai..
****
Sementara Prama datang ke rumah Bagja dan tak menemukan pemuda itu dirumahnya..
"Laah kemana si Bagja?" desis Prama yang langsung rebahan diranjang kapuk Bagja dan tak sengaja matanya malah salah fokus pada sebuah kertas yang tersimpan diatas meja
"Apaan tuh?" batin Prama penasaran dan langsung bangun dari rebahannya.. Ia pun mengambil kertas itu dan kaget melihat isinya
"A-apa i-ini.." gumamnya gugup kala melihat lukisan tangan milik Bagja yang melukis seorang wanita cantik, namun sekali lihat pun Prama langsung tau kalau wanita yang dilukis Bagja adalah Gandari
"Ga-gandari?.. Ti-tidak.. Mana mungkin? Ba-bagja? Gandari?" gumamnya panik yang langsung meremas kertas itu dan langsung keluar mencari Bagja dengan hati yang amat berdebar tak karuan
"Bagja! Bagja! Dimana sia anjg!! Kaluar gblg! kaluaaaar! (Bagja! Bagja! Dimana kamu anjing! Keluar goblok! Keluar!!) " teriak Prama yang tentu saja terdengar oleh Lastri dan Juragan Darsa yang tengah mengobrol diluar dan melihat Prama melewati mereka tanpa menyapanya dan malah terus memanggil Bagja
"Loh.. Prama!! Kenapa kamu teh, jang?" tanya Lastri keheranan
"Mana si Bagja? Manaaaa?" semprot Prama tanpa sadar pada Lastri
Sontak Juragan Darsa penasaran dengan apa yang membuat putranya semarah itu..
"Cik Kadieu maneh! Kadieu!! (Kesini kamu! Kesini!!" titah Juragan Darsa pada Prama
"Ckk" Prama malah berdecak kesal mendelikkan matanya
"KADIEU!! (KESINI!!)" bentak Juragan Darsa menatap nyalang pada Prama
Akhirnya Prama hanya bisa menghela nafas berat dan berjalan gontai mendekat pada Juragan Darsa, lalu duduk disampingnya ditemani Lastri yang amat sangat penasaran
"Ada apa sebenarnya sih, Pram? Gak biasanya kamu marah sama si Bagja!! Biasanya kamu ngalah terus sama dia!!" tanya Lastri berusaha tetap lembut pada Prama
Prama pun melempar kertas lukisan Bagja ke hadapan Juragan Darsa dan Lastri
"Tuh liat aja sendiri!"
"Prama! sopankah begitu didepan orang tuamu, hah?" bentak Lastri tak habis pikir dengan kelakuan putranya itu
"Sudah!!" ucap Juragan Darsa sembari mengambil kertas itu
Namun setelah dibuka, Juragan Darsa malah mengangkat alisnya sembari tersenyum kecut
"Ada apa sih, kang?" ujar Lastri sembari merebut kertas itu dari tangan Juragan Darsa, namun Lastri malah kaget dan menatap heran pada Prama
"Apa ini? Si Bagja melukis Gandari gitu?" tanya Lastri memastikan
"Iya siapa lagi atuh ambu.. Lukisan itu benar-benar lukisan si Bagja, aku udah kenal dia lama dan tau tulisan tangan begitupun lukisannya!! Dia jago ngelukis tapi kenapa dia melukis Gandari sejelas itu?" gerutu Prama kesal
"Bisa saja Gandari yang minta dilukiskan, kan? Tenang dulu lah kamu teh!" ujar Lastri berusaha menenangkan Prama
"Nggak, ambu!! Feelingku kuat ini.. Mereka pasti ada apa-apa!! Kalo nggak mana mungkin Gandari minta cerai semudah itu.. Mereka pasti sekarang lagi ketemu diam-diam!! Aku yakin.. Sebab si Bagja gak ada dikamarnya!!" ujar Prama yakin dan menggebu-gebu
"ngawur kamu, Prama! Gak mungkin Gandari seperti itu!" timpal Lastri tak percaya
"Aku harus mencarinya.. Harusss!!" ujar Prama yakin yang langsung berjalan berniat mencari Bagja
"Pramaaaa!" teriak Lastri berniat menghentikan langkah Prama, tapi Prama terus maju tanpa melihat lagi ke belakang
Sementara Juragan Darsa kini malah tersenyum menyeringai kala memperhatikan lukisan Prama.. Dimana wanita yang diyakini adalah Gandari itu kini memakai gaun hitam dengan rambut terurai panjang agak kriting itu tampak seperti apa yang diceritakan Dadang dan tetua desa Pucung tentang penampilan Nyai Bulan. Bedanya, wanita dalam lukisan itu tidak memakai cadar sebagai penutup bibirnya dan tidak memakai topeng untuk menutupi matanya..
Ya, Juragan Darsa yakin bahwa Bagja tau sesuatu tentang lukisan ini.. Ya, mana mungkin tidak tau sebab dialah yang melukisnya..
Atau memang benar mereka bekerja sama? Itulah yang dipikirkan oleh Juragan Darsa
"Hahahaha.. Hahahaha" Juragan Darsa malah tertawa menggelegar