Ema harus membayar setimpal dengan apa yang di lakukan oleh bosnya untuk menyelamatkan dua adiknya dari orang tua yang Toxic
Gadis itu berpikir jika dia hanya perlu bekerja lebih keras di perusahaan Grey namun salah pria itu mengincar hal lain dari gadis itu
.
.
Grey tertarik pada Ema gadis sederhana dengan mental kuat, namun latar belakang pria itu membuat dia tidak bisa meresmikan hubungannya menjadikan Ema sebagai kekasih gelapnya
Pria itu harus menikah dengan perempuan sempurna juga
.
.
Bagaimana keputusan Grey? sedangkan Ema yang sudah tersudut oleh keluarga tunangan Grey hingga gadis tu memutuskan akan pergi
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon natural, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kemarahan Anto
"Kemana anak-anak ini tidak pulang juga?!". Mirna tampak bolak balik di depan rumahnya biasanya Leo dan Linda sudah pulang sejak siang tadi namun sekarang sudah menjelang malam "Apa anak-anak itu ikut dengan Ema? tidak mungkin karena Ema pasti tidak akan membiarkan mereka berdua"
Wanita itu menjadi kesal sendiri dia bolak balik keteras sambil memainkan ponselnya tidak ada apapun di sana karena uang yang dia ambil dari Ema kemarin sudah habis untuk membeli keperluannya sendiri
Menjadi resah sendiri karena dia sendiri tidak memegang uang sepeserpun
Hingga hari sudah mulai gelap Mirna yakin jika ada yang tidak beres dengan anak-anaknya, tapi mencari pun dia tidak akan tahu kemana tempat anak-anaknya bersekolahpun dia tidak tahu
"Arghh sial pasti mereka melakukan sesuatu!". Desah wanita itu suatu ketakutan dalam diri Mirna jika Ema benar-benar pergi maka dia tidak akan ada pemasukan "Ck gadis itu beraninya kau!"
Malam larut Anto akhirnya kembali juga dan masih berada dalam keadaan setengah mabuk pria itu tampak kacau karena kehilangan seluruh uangnya
"Sial! sial aku kalah lagi sialan!". Teriak pria itu mencari seseorang yang akan dia gunakan sebagai penebusan dosannya "Ema! Ema! di mana uang ku lagi huh! aku butuh uang ku!"
"Jangan berisik anto! tidak bisakah kau pulang tidak menyusahkan setiap hari itu saja pekerjaan mu!". Teriak Marnit tida kalah kesalnya "jangan cari anak itu, dia sudah kabur!"
"Apa!! Tidak mungkin dia pergi kemana dia akan pergi huh! di mana Leo dan Linda!"
"Mana ku tahu!". Kesal Marni lalu berlalu dari sana
"Kesini kau sebentar!". Anto menarik istrinya yang hendak pergi "Uang... dimana uang kemarin cepat berikan kepada ku, aku akan menggadaikannya lagi kali ini aku tidak akan kalah dari mereka!"
"Cih aku tidak eprcaya lihatlah diri mu sudah tidak pernah bekerja miskin juga!". Hina Mirna pada suaminya "Pergilah mencari pekerjaan jika menginginkan uang!"
"Kau melawan ku huh!. dasar pela*ur berikan uang kemarin pada ku!"
"Tidak ada sudah habis! kau pikir kebutuhan ku tidak banyak huh uang segitu hanya habis semalam pergilah! cari Ema dan minta kepadanya anak itu sudah di besarkan tidak tahu malu juga malah membawa pergi anak kita!"
Mirna menghempas tangan Anto dari tubuhnya hubungan mereka memang tidak baik sejak awal menikah hanya karena paksaan kedua orang tua mereka menikah di usia belia membuat pikiran mereka tidak dewasa meski seiring berjalannya waktu
Anto mengeram marah pengaruh alkohol masih menguasai dirinya, dia memutuskan untuk memastikan sesuatu dia mengacak kamar Ema dan adik-adiknya ternyata benar jika ketiga anaknya sudah pergi karena sebagian barang-barang mereka sudah tidak ada di sana
"Ahk sialan! anak sialan beraninya kau pergi begitu saja! awas saja kau!". Pria itu mengacak keberadaan barang di sana berharap ada sisa uang tertinggal untuk dia pakai ternyata tidak sepeser pun yang tersisa hanyalah pakaian dan juga berang-berang tidak dipakai lagi
"Sial! Sial!! lihat apa yang akan kulakukan pada mu Ema! kau akan merasakan akibatnya anak sialan!" Teriak Anto lalu menghancurkan apa saja yang berada di sana untuk memuaskan amarahnya sendiri
*****
Ema membeli nasi bungkus yang berisi banyak nasi dia harus berhemat sampai dia mendapatkan pekerjaan sampingankan, di sana adik-adiknya makan dengan lahap bahkan lebih lahap di bandingkan makanan yang dia bawa dari restoran bersama Dean dan Michell kemarin
"Kalian suka?". Tanya gadis itu terharu
"Iya kak" . Jawab mereka bersamaan
"Apa seenak itu?".
"Bukan rasanya yang enak kak, tapi karena kita sudah pergi dari rumah itu". ucap Leo jujur "Aku tidak akan tertekan lagi karena mama akan membatasi kami kak, kita sudah bisa tertawa lepas di sini"
Hanya sebuah keinginan simple tapi membuat Ema merasa sakit bahkan kedua adiknya seperti tidak punya orang tua saja walaupun kedua orang tua mereka masih lengkap
Aku tidak menyesal... ya ini bukan keputusan yang salah. Ema menatap yakin dan bahagia melihat kebahagiaan kedua adiknya itu
"Tidurlah besok kalian harus bersekolah".
Lantai beralaskan kardus sederhana dan sarung yang menutupi tubuh kedua bocah itu setidaknya mereka tetap merasa nyaman berada di sana dan bisa tinggal dengan nyaman tanpa harus kedinginan karena angin malam
Ema yang belum tidur memutuskan untuk keluar mencari udara segar dan berpikir apa yang harus dia lakukan besok, untungnya hari libur kuliah sudah di mulai
"Apa aku minta bantuan Dean dan Michell saja ya? apa mereka akan terbeban?". Gadis itu menghela nafas dia tidak ingin menyusahkan kedua insan itu lalu dia melirik kedalam di mana kedua adiknya sudah terlelap . Aku harus berusaha sebaik mungkin ini bukan hanya tentang diri ku tapi kedua adik ku juga...
Gadis itu membuka ponselnya dengan ragu membuka kontak kedua sahabatnya itu, sampai sesuatu menarik perhatiannya suara tangisan tidak jauh dari tempat dia duduk. Siapa yang menagis malam-malam begini
Ema mencoba berpikir jernih dan tidak ke hal yang aneh-aneh dia terlebih dahulu menutup pintu kontrakannya lalu berjalan mendekat mencari sumber suara
Hingga dia bisa mendengar asal suara itu . Ini kan tempat tinggal Mbah Gin, apa yang dia lakukan malam begini . Awalnya Ema tidak ingin ikut campur tapi suara tangisan itu semakin terdengar kuat di telinga nya
"Nek....". tanpa sadar gadis itu langsung memastikan siapa yang berada di sana "Nek...Mbah... ini aku Ema, anda tidak apa-apa?". tanya gadis itu dengan suara lantang dari balik pintu
Rumah itu tanpak tidak terlalu terang ada lampu yang menyinari dari dalam sana walau tidak terang
Prang!!.
Suara benda jatuh semakin membuat Ema terkejut di tambah suara tangisan itu tidak terdengar lagi dia menatap daerah sekitar mereka tidak ada satupun orang di sana yang bisa dia mintai tolong
Hingga membuatnya tidak punya pilihan dia mencoba membuka pintu yang ternyata tidak di kunci dia langsung berlari masuk mencari keadaan Mbah Gin di dalam sana sampai....
"Mbah Gin!!". teriak gadis itu melihat nenek tua itu terjatuh dengan gelas yang pecah "Mbah....nenek.... ". Ema memastikan bahwa wanita tua itu baik-baik saja
Masih bisa dia rasakan jika nadi wanita itu masih berdenyut "Mbah...". Ema mengambil minum pada nenek itu lalu menyenderkannya untuk duduk dengan baik
Pandangan Ema mengedar melihat barang-barang di sana ada banyak album dan foto-foto dia yakin jika itu adalah keluarga Mbah Gn jadi dia merapikan barang-barang itu lalu meletakannya di atas meja
"Mbah tidak apa-apa?". tanya gadis itu dengan seksama
Nenek tua itu tampak baru menangis lalu menggeleng "Kau tidak takut? kenapa kau masih bertahan di sini kau membawa adik mu juga?"
"Apa yang anda katakan? saya tidak mengerti . sejak saya datang kesini anda selalu menanyakan hal yang sama..... bisakah anda menjelaskan apa yang terjadi?"
novel ini itu sangat menarik. aku suka bgt sama novel ini
semangat kak buat episode selanjutnya
baca juga novel aku judul nya istri kecil tuan mafia /Smile//Smile/