tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah
Yudi duduk di meja kerjanya. Anita pun menemani.
"ayah gimana? Sudah menelpon Dian? " tanya Melati.
Seminggu sudah mereka dirumah, belum pernah berkomunikasi kembali dengan Dian. Dan Dian tentu saja sibuk melaporkan hasil pertemuan di Dubai kemarin. Belum sempat menelpon kembali.
"belum ma, takutnya Dian tak mau menjawab panggilan ayah. "
Melati paham.
"mungkin sedang sibuk yah, kan baru pulang dinas luar juga, apa salahnya dicoba dulu sama ayah. " kata Melati. Yudi termangu, perlahan tangannya yang memegang hp, memencet nomer Dian.
"hallo Asalamualaikum. " sapa Dian di seberang. Melati menghidupkan loudspeaker hp dan meletakkannya di atas meja.
"waalaikumsalam, Yan ini pak Yudi. " jawab Yudi gugup.
"oh iya pak, apa kabar? Bapak sehat? " tanya Dian lagi.
"Alhamdulillah bapak sehat, hanya mau menanyakan kabar kamu saja nak, sudah beberapa hari ini kamu tak berkabar. " alasan Yudi, padahal memang belum pernah juga sebelumnya.
"syukurlah pak, Dian lumayan sibuk minggu kemaren pak, maaf." ucap Dian lembut.
"apakah bapak mengganggumu nak? "
"tidak pak, Dian sedang menginap di apartemen Cica. " jawab Dian. Emang mereka selalu gantian menginap setiap akhir pekannya.
"wah senangnya. " ucap Yudi, tak hendak menanyakan siapa Cica, Melati pernah menceritakan pada Yudi.
"iya pak, minggu kemaren Cica dan Zana menginap di tempat Dian, kami bergantian setiap weekend. "
Yudi tersenyum.
"sudah ya nak, bapak hanya ingin mendengar kabarmu saja, semoga akhir pekan kalian menyenangkan. Bapak tutup ya. " kata Yudi.
"ayah... " ucap Dian pelan.
Hening.
"ayah... " sapa Dian sekali lagi.
Yudi tergeragap, begitu juga dengan Melati yang langsung mendekat ke hp, memastikan pendengarannya.
"ya nak. " jawab Yudi pelan.
"jaga kesehatan ayah ya, sampaikan juga pada mama Melati, jaga kesehatan kalian, jangan terlalu memikirkan Dian disini, aku baik baik saja, yang penting ayah dan mama sehat. " kata Dian berusaha tenang.
"mama disini nak, mama dan ayah di sini, Alhamdulillah.. Terimakasih ya nak. " jawab Melati cepat.
"iya ma, yah, Dian tutup dulu.. Asalamualaikum ayah, mama." tanpa menunggu jawaban salam, Dian menutup pembicaraan.
"waalaikumsalam nak. " jawab 2 orang yang sedang berbahagia itu.
"ma, mama.. "
"ya yah. "
"apakah ini mimpi? "
Melati tersenyum, lalu mengusap bahu Yudi.
"ayah tidak bermimpi, ini nyata.. Dian sudah membuka hati untuk memaafkan kita, jangan terburu buru yah, biarkan hatinya beradaptasi dengan kenyataan, biarkan dia nyaman dulu, terbiasa dulu.. Sabar yah. "
Yudi mengangguk.
"Alhamdulillah Ya Allah. " Yudi mengusap wajahnya.
Nun disana.
Dian menatap kedua temannya, yang mendengarkan percakapan barusan.
"kamu yakin masih mau jadi anak buah orang Yan? " tanya Cica.
"kenapa emangnya? "
"kamu seorang CEO lo sekarang, perusahaan kamu selevel dengan perusahaan tempat kamu bekerja, kenapa kamu malah bekerja pada orang lain? Lebih baik perusahaan kamu itu yang kamu lejitkan Yan. " jawab Zana. Dian tercenung.
"aku serap ilmu lebih banyak dulu ya Ca, Na, setelah habis kontrak, baru aku pikirkan. " jawab Dian. Cica dan Zana mengerti. Akan ribet kalau memutus kontrak.
"Asalamualaikum nak, ini mama, ayah bertanya apakah boleh sebagai ayah, beliau ingin memberimu uang belanja? " tanya Melati di pesan. Dian menatap kedua sahabatnya. Terlihat mereka berdua mengangguk.
"waalaikumsalam mama, sebenarnya Dian cukup kok disini ma, tapi doa penolak rezeki gak ada kan ma? Jadi Dian terima dan ucapkan terimakasih ya ma, sama ayah juga. " balas Dian. Lalu meletakkan hp kembali.
Tring!
Sebuah notifikasi pemberitahuan dari bank masuk. Itu adalah rekening gajinya waktu kerja di perusahaan dulu, untuk disini Dian punya rekening gaji juga.
"sama sama nak, itu sudah dikirim sama mas Dika, semoga kamu bisa pergunakan. "
Dian memeriksa pesan yang masuk, dan matanya membola melihat nominal uang dikirim sang ayah.
"Ya Allah, ini banyak banget! Ya Allah. " gumam Dian.
"kenapa Yan? " tanya Cica. Dian menggeleng.
"ayah mengirim uang buat aku Ca, lumayan sih. " jawab Dian. Cica dan Zana mengangguk.
"Alhamdulillah, terimakasih banyak ma, yah, mas Dika gak salah kirim kan ma? Banyak amat. " balas Dian.
Tak ada balasan lagi.
Dian menelpon Dika, setelah melihat jam, belum terlalu malam kalau di Indonesia.
"Assalamualaikum mas. " sapa Dian. Hening sejenak.
"Waalaikumsalam, Dian? " tanya Dika, hatinya mendadak hangat mendengar sapaan Dian.
"iya mas, maaf ganggu malam malam.... " balas Dian ragu ragu.
"kenapa dek? " airmata Dika mendadak menggenang.
"mmmm ayah mengirim uang sama Dian, tapi kan mas yang kirim, banyak amat itu mas, Dian balikin ya. " kata Dian.
Terdengar tawa Dika pelan.
"kenapa gak ngomong sama ayah saja langsung dek? "
Dian terkekeh lirih, hangat.. Itulah rasa di hatinya sekarang.
"Dian gak berani mas. " ucap Dian.
"nah itu, mas juga gak berani menerima, sudah ya dek ya, pakai sesuai kebutuhan kamu, oh iya, mas mau minta alamat kamu di kota J, ibu dimakamkan disana kan ya? " tanya Dika.
"iya mas, mau apa mas ke sana? " tanya Dian heran.
"mas mau benerin makam ibu dan nek Ijah, terus mau mengurus rumah nek Ijah juga, mas mau beli dan bangun rumah disana, biar nanti kalau kita pulang ke sana, kita punya tempat menginap. " jawab Dika lancar.
"tapi mas... "
"mas tahu, kamu punya seseorang yang 'jahat'dimasa lalu, tenang saja, masmu ini gak akan mendengarkan apapun itu. "
Dian menahan tangisnya. Teringat akan tante Diva, sepupu sang ibu yang biasa dipanggilnya buk Ipa.
"jangan menangis lagi dek, sudah puluhan tahun kamu hidup dalam kesedihan, mengingat ibu..cukup kirimkan doa saja, hiduplah dengan bahagia ya dek, agar kami juga ketularan bahagiamu.. Hehe. "
Dian menghela nafas panjang.
"iya mas, terimakasih.. Nanti Dian kirim alamat lengkapnya, pak rtnya orang baik juga mas. "
"iya dek, tutup dulu ya, mas mau tidur. " pamit Dika.
"iya mas. " Dian pun mengucap salam dan di jawab oleh Dika dengan suara serak.
Sebenarnya Dika buru buru mengakhiri percakapan, karena sudah sangat susah menahan tangisnya.
"Ya Allah , terimakasih Ya Tuhan, tolong lindungi keluarga hamba. " doa Dika.
Esok paginya, Dika turun menuju ke meja makan, disana sudah ada Melati dan Yudi, seperti biasa.. Melati melayani anak dan suaminya dengan baik.
"seger bener Dik, ada apa? " tanya Melati. Dika tersenyum.
"ada yang manggil diriku mas semalam yah. " jawab Dika.
Melati dan Yudi tertawa. Dika menatap heran.
"kenapa tertawa begitu? Bahagia bener di dua orangtua. " ledek Dika.
"hahaha... " tawa Yudi kembali pecah. Dika masih menatap heran.
"ketinggalan kamu Dik, sebelum kamu dipanggil mas, kami juga dipanggil ayah dan mama sama anak perempuan kami. " jawab Melati. Dika terperangah.
"yang bener ma? "
"iya, ayah semalam dipanggil ayah sama Dian, dan mama di panggil Melati, sebelum ayah minta kamu mengirim uang pada dia. " jawab Melati. Dika tersenyum.
"semalam Dian mau mengembalikannya yah, ma.. Tapi Dika tolak dong. "
Yudi dan Melati menghela nafas lega. Sarapan pagi hari ini sangatlah nikmat terasa.
sepusing2nya mereka mencari plngan pake orang suruhan😂