BARTENDER NAKAL ITU, ISTRIKU

BARTENDER NAKAL ITU, ISTRIKU

Indi Adalah Ajeng

"Indi!!!!"

Ajeng membuka matanya perlahan, ia berdecak kesal. Baru saja hendak memejamkan mata yang sudah mengantuk minta diistirahatkan, suara cempreng khas madura teman satu kamar kostnya membuat ia terpaksa membuka lagi matanya itu.

"Apaan sih?! Mata gue masih ngantuk nih!" balas Ajeng sambil berteriak pula.

"Lo liat Bra tali kupu-kupu gue gak??"

Nada panik itu malah membuat Ajeng semakin kesal. Dia mendelik, menatap jengah kepada Vira.

"Enggak!"

"Please bantuin gue cari. Koko mau lihat gue tar malem atraksi pake bra itu!"

Sudah seperti kebakaran jenggot, Vira membongkar lemari hingga semua benda yang ada di sana berhamburan. Satu benda terlempar begitu saja di kepala Ajeng membuat ia menaikkan bola mata melihat bra berwarna hitam yang kini nemplok begitu saja di kepalanya.

Sahabatnya yang asli madura dan awalnya berkulit hitam manis yang kini sudah putih sekali seperti cat tembok karena rutin injeksi whitening itu benar-benar membuat waktu tidur Ajeng terganggu.

"Pake yang ada aja kenapa sih, ribet banget!"

Ajeng melempar balik bra yang tadi bertengger manis di kepalanya ke punggung Vira yang masih mengobrak-abrik isi lemari hanya untuk mencari bra bertali kupu-kupu berwarna merah.

"Gak bisa, Indi Sayang! Koko pengennya gue pake bra itu."

Ajeng menarik nafas panjang, antara kesal dan gemas dengan sahabatnya itu. Vira adalah teman satu kosan yang Ajeng dapatkan ketika ia merantau ke Jakarta dua tahun yang lalu. Mereka sama-sama baru datang ke Jakarta untuk mengadu nasib di sana. Kebetulan, kos-kosan yang mereka datangi tinggal satu kamar kosong dan akhirnya mereka setuju berbagi ruang.

Ternyata keduanya cocok. Sama-sama blak-blakan dan suka bekerja malam hari. Vira sendiri kini sudah resmi menjadi seorang Sugarbaby seorang lelaki Tionghoa yang suka dia panggil Koko. Pekerjaannya sebagai pemandu karaoke waktu itu akhirnya mempertemukan dia dengan koko yang kini berperan aktif sebagai Sugardaddy-nya. Vira sangat suka dengan profesinya itu, membuatnya banyak uang dan punya fasilitas mewah. Sampai sekarang Ajeng kurang tahu, profesi sebagai Sugarbaby itu sudah disahkan atau belum oleh negara apalagi sama istri tua.

"Nih!" Ajeng berdiri lalu meraih bra merah dengan tali kupu-kupu yang sedang bertengger manja di atas pintu kamar kos mereka. Entah sejak kapan kupu-kupu jadi-jadian itu terbang lalu hinggap di atas sana.

"Nah ini nih!" Vira berteriak kegirangan menerima benda itu dari Ajeng.

Ajeng kembali menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Ia harus mengoptimalkan tenaga agar bisa kembali beraktivitas di meja bar dengan berbagai jenis minuman beralkohol.

Ya, Diajeng Batari Indira adalah seorang bartender perempuan andalan di salah satu club malam di Jakarta. Vira sendiri lebih suka memanggilnya Indi. Kata Vira, kalau dipanggil Ajeng tidak cocok sama sekali untuk dia yang bar-bar dan tidak ada kalem-kalemnya sama sekali.

Ajeng merantau bermodal nekat dan berbekal sekolah bartender yang pernah diikutinya secara diam-diam dahulu. Kalau dari penerawangan mbah dedemit, sebenarnya Ajeng lebih tepat itu kabur dari rumah sebab tidak pernah setuju dengan perjodohan yang akan dilakukan oleh orangtuanya dengan anak juragan sapi yang sedari masa bayi hingga Ajeng sudah tumbuh cantik dengan dua benda besar kayak bola voli, naksir dia setengah mampus.

Sudahlah itu anak juragan sapi lemotnya minta ampun, sok-sokan mau deketin dia yang punya standar hidup bebas tak tentu arah tanpa aturan ini itu! No, baby, aku bukan putri keraton! Begitu tolak Ajeng dahulu setiap kali anak juragan sapi datang bawa rendang untuk menyuap ayahnya yang punya riwayat darah tinggi.

"Kalau tidak mau menikah dengan anak pak Karta, lebih baik Ajeng tinggalkan rumah ini!" Begitu kata mima (Panggilan Ajeng untuk ibunda tercinta) bu Neneng, sambil memberikan segepok uang untuk Ajeng minggat.

Ajeng jelas bahagia, dia diusir tapi diberikan bekal untuk bertahan hidup. Demi Power Ranggers berbaju pink, nikmat mana lagi yang kamu dustakan! Maka waktu itu berbekal uang pengusiran, Ajeng melenggang santai meninggalkan bumi sunda dengan lambaian tangan. Ibunya memang TOP BGT ( Dibaca TE O PE, BE GE TE ).

Sejatinya Ajeng tahu, mima sama saja dengannya, tak setuju dengan perjodohan konyol yang dilakukan ayahnya dengan pak Karta. Masa anaknya yang cantik aduhai body montok kayak Mia Khalifah harus nikah sama kang lemot yang kalau keseruduk sapi peliharaan bapaknya pasti nangis. Gak banget.

Balik lagi ke cerita, sekarang Ajeng sudah tidak mengantuk lagi. Matanya sudah sepenuhnya terbuka, ia menatap Vira yang sedang berlagak di depan cermin dengan bra kupu-kupu, terus memandang Ajeng dengan tatapan iri.

"Jujur sama gue, lo silikon kan?" tuding Vira tiba-tiba. Ajeng mendelik, ingin rasanya ia menyumpal mulut sahabatnya itu dengan bungkusan tisu magic yang sering Vira hadiahkan buat koko yang sempat lemah syahwat, tapi suka banget main kuda lumping.

"Emangnya gue elo, dikit-dikit permak sana sini!" balas Ajeng jengah. Tapi Vira tetap saja menatapnya dengan tatapan mengintimidasi seolah tak percaya bahwa aset berharga milik Ajeng itu nyata adanya, sudah besar dari sananya tak ada campur tangan dokter bedah plastik dan semacamnya!

"Atau lo pasti pake sumpelan busa kan?" desak Vira lagi, kali ini ia sudah mendekat dengan mata yang tertuju ke arah sana (Tak usah kujelaskan ke arah mana, cukup kalian bayangkan saja) dengan lekat.

"Nih, lo perhatiin ya ada enggak busa di sini."

Ajeng membuka tanktop putih yang ia kenakan menyisakan bra berwarna mocca dengan sesuatu yang tersembul manja ulala. Vira mengangguk-angguk, lalu membandingkan dengan punyanya sendiri yang berukuran standar, tidak besar dan tidak kecil pula, yang sedang-sedang saja.

"Terus kenapa lo masih betah jadi jomblowati?"

Please, apa hubungannya ukuran dadanya yang besar dengan status jomblo yang masih ia sandang sampai hari ini? Ajeng melempar g-string dari banyaknya benda keramat yang berhamburan dari lemari Vira ke wajah sahabatnya itu.

"Otak lo isinya begituan semua! Udah pergi sana sama koko, gue mau tidur. Tar malem bar bakalan rame. Gue mesti siapin mental sama tenaga."

Ajeng melengos lalu kembali menghempaskan tubuhnya ke atas kasur. Matanya kembali terpejam dan tak berapa lama kemudian, Ajeng sudah berlayar ke alam mimpi. Seperti yang ia katakan barusan, ia harus menyiapkan mental dan tenaga untuk bekerja dan menunjukkan atraksi di meja bar malam nanti.

Sebagai bartender, Ajeng sadar resiko yang harus ia hadapi cukup besar. Dari omongan ibu-ibu yang suka bergosip kalau dia kerja jadi orang tidak benar lalu seringnya mendapat pemandangan mengerikan saat di bar. Orang-orang yang bertengkar dengan pemandangan botol pecah sudah biasa dilihatnya, belum lagi kalau ada pemandangan romantis dan panas di depan mata saat beberapa pasangan berciuman mesra sambil bergoyang. Kena mental dan membuat jiwa jomblo Ajeng jadi meronta-ronta! Cium aku, Abang, ciuuuuuum! Begitu teriakl alam bawah sadar Ajeng yang sejatinya masih perawan ting-ting.

Tapi, profesinya sebagai bartender membuatnya jadi cukup dikenal banyak orang sekaligus bikin dia juga jadi punya cukup banyak uang. Ya, kalau buat beli cilok satu gerobak mah kecil. Seperti itu, tiap kali ada orang yang bertanya tentang penghasilannya jadi bartender.

Maka jangan heran kalau Diajeng Batari Indira itu kini hidup bebas apa adanya, juga semaunya. Suka-suka dia.

Terpopuler

Comments

Trunks

Trunks

Cinta dalam setiap kata.

2025-01-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!