Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!
NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24.Hari Acara di Sekolah Naya dan Rafael
hari ini adalah hari dilaksanakannya acara lomba di sekolah Naya dan Rafael.
Aaron akhirnya setuju untuk datang kesekolah Naya dan Rafael bersama-sama. Naya dan Rafael merasa sangat senang karena ayah mereka ternyata mau ikut bersama mereka kesekolah mereka.
"Raya mau ikut sama kalian boleh ya?!" Tanya Raya dengan senyuman yang lebar dan juga manis.
Karena ucapan yang Raya katakan itu, Aaron, Naya dan Rafael menatap Raya secara bersamaan.
"Kok malah pada diam? Raya nggak boleh ikut ya?" Ucap Raya kepada ketiga orang didepannya.
"Nggak boleh!" Ucap Naya dengan galak seperti biasanya.
Raya menurunkan senyumnya karena sebal, Naya masih saja galak padanya. Padahal dia sudah berusaha keras sampai akhirnya Aaron mau ikut kesekolah mereka.
"Naya, kenapa masih galak sama Raya? Naya kan udah janji nggak akan galak lagi kalo Raya berhasil bujuk papanya Naya ikut, Naya nggak lupa kan?" Ucap Raya sambil mengingatkan Naya tentang kesepakatan mereka berdua.
Raya yakin, Naya tidak mungkin melupakan kesepakatan mereka berdua. Tapi Naya masih saja berbicara padanya seperti biasanya. Apakah Naya tidak tahu cara berbicara dengan lembut padanya karena terlalu sering berbicara dengan nada yang galak padanya?
"Kamu kan harus sekolah juga, Raya," ucap Aaron sebelum Naya sempat membalas ucapan Raya.
"Disekolah Raya lagi ada Rapat guru, jadi bebas mau sekolah apa nggak soalnya nggak di absen juga," ucap Raya menjelaskan pada Aaron.
Dia memang tidak bohong, disekolahnya saat ini para guru sedang mengadakan rapat koordinasi untuk persiapan Ujian Nasional. Jika Raya masuk sekolah, ia mungkin hanya akan tertidur di kelas atau jajan di kantin sekolah saja. Kalau sendirian di rumah saja dia juga pasti akan merasa bosan, jadi dia ingin ikut mereka bertiga saja.
"Boleh ya, Raya mau ikut juga, oke?" Tanya Raya dengan tatapan yang terlihat sedih di depan mereka bertiga.
"Kalau paman sih, terserah sama mereka berdua aja," balas Aaron sambil menunjuk kedua anaknya.
"Rafael setuju, kalau Kak Raya ikut pasti jadi lebih seru disana!" Ucap Rafael.
Raya merasa senang karena Rafael setuju untuk membolehkannya ikut dengan mereka.
Sekarang tinggal Naya saja yang belum memberikan jawabannya. Raya mengalihkan pandangan ke Naya menunggu jawaban darinya.
Karena ditatap oleh Raya, Naya langsung membuang mukanya ke samping. Tetapi Naya tetap menganggukkan kepalanya pada Raya.
Raya merasa senang karena Naya akhirnya juga menyetujui dirinya untuk ikut serta bersama mereka. Saking senangnya Raya sampai mengusap pucuk kepala Naya dengan lembut.
Naya langsung mengusap kepalanya seolah sedang membersihkan kepalanya yang barusan disentuh Raya, tetapi dia masih tetap menganggukkan kepalanya.
Raya yakin, saat ini Naya hanya sedang malu saja karena sedang berusaha bersikap baik padanya. Raya yakin nantinya Naya akan bisa berteman akrab dengannya seperti Rafael.
Raya jadi membayangkan ketika nanti Naya sudah akrab dengannya, mereka berdua bisa bermain bersama, seperti bermain masak-masak, atau bermain boneka bersama-sama.
Tapi saat ini Raya sadar, saat ini Naya masih kecil dan pikirannya masih belum bisa menerima dirinya karena tinggal di rumah mereka.
Semakin memikirkan itu hanya akan membuatnya bertambah pusing saja. Saat ini yang terpenting Raya sudah bisa lebih akrab dengannya.
Sekarang Raya hanya berharap dirinya bisa merasakan kesenangan seperti ini kedepannya karena dia sudah lelah terus merasakan kesedihan yang terus menimpanya.