Di pagi hari yang cerah tepatnya di sebuah rumah sederhana terlihat seorang gadis yang bernama Alina Astriani atau kerap di panggil Alin.
Saat ini Alin sedang bersembunyi di balik selimutnya. Dia enggan membuka mata dari tidur yang sangat nyenyak. Hingga terdengar suara keributan yang membuatnya harus bangun dari tidurnya.
"Ih, siapa, sih, yang ribut pagi-pagi di rumah orang gini, ganggu aja orang lagi mimpi indah juga," ucapnya kesal. Lalu Alin pun keluar dari kamarnya menuju arah suara keributan tersebut yang ada di ruang tengah rumahnya.
"Cepat kasih tau pada kami di mana kau sembunyikan anakmu!" teriak seorang pria yang mengenakan jas sambil mencengkram kerah baju seorang pria paruh baya.
"Nggak akan. Saya nggak akan menyerahkan anak saya. Apapun yang akan kalian lakukan, saya tidak peduli!"
Karena merasa kesal pria berjas tersebut mendorong pria paruh baya itu ke lantai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 24
"Gitu dong. Mulai hari ini, kita akan sarapan berdua setiap hari," ucap Al yang tersenyum sembari menyantap sarapannya.
Alin hanya tersenyum canggung, jujur jantungnya sudah tak aman sekarang karena lagi-lagi perlakuan manis Al membuat melayang dengan mengajaknya sarapan bersama setiap pagi.
"Ayo," ujar Al setelah mereka selesai sarapan, pemuda itu berdiri dari kursi dan memperbaiki jasnya yang sedikit berantakan.
"Kemana?" tanya Alin bingung, dia pun ikut berdiri.
"Saya akan antar kamu ke kampus. Kebetulan, kantor saya dan kampus kamu searah."
"Pak Al tau kampus saya di mana?"
"Iya taulah. Kamu lupa, saya, kan, punya banyak anak buah buat ngawasin kamu. Jadi, saya tau dimana kampus kamu." Alin mengangguk mengerti dengan ucapan Al.
"Ya udah ayo kita pergi, entar keburu telat."
"Iya, ayo, Pak," sahut Alin.
Mereka segera menuju mobil. Saat mereka akan masuk ke dalam mobil, tiba-tiba sebuah mobil sport berwarna merah berhenti di depan rumah Al. Al dan alin di buat terkejut saat sang empunya mobil keluar dari mobilnya.
"Selamat pagi, Pak Al," sapanya dengan sopan.
"Selamat pagi, Pak Leo. Ada apa, ya, Pak? Kok, pagi-pagi begini Pak Leo datang ke rumah saya?" tanya Al heran juga merasa curiga.
Kecurigaannya berawal dari pesta di rumah Leo, di mana ia sendiri memergoki Leo sesekali mencuri pandang pada Alin dan saat Alin jatuh ke kolam renang Leo yang menyelamatkannya. Rasa curiganya bertambah ketika mereka di restoran tempo hari, tatapan Leo pada Alin membuatnya bertanya-tanya ada hubungan apa sebenarnya antara Alin dan Leo.
"Begini, Pak, saya ingin menjemput pacar saya, Alin untuk berangkat bareng," ucap Leo yang menjelaskan maksud kedatangannya. Membuat Al terkejut tak menyangka.
"Apa, pacar?" Al menatap Alin dan Leo bergantian dengan penuh rasa keterkejutan.
"Kak Leo!" seru Alin yang menatap tajam Leo, tak suka dengan pengakuan sang pemuda tampan.
"Iya, Pak. Sebenarnya, Alin pacar saya dan kami berencana akan menikah." Leo melanjutkan kalimatnya tanpa menghiraukan tatapan tak suka dari Alin untuknya.
"Apa benar itu, Alin?" tanya Al memastikan.
Alin terlihat tegang, kepalanya yang menunduk kembali mendongak. "I---iya, Pak. Tapi, itu dulu, sekarang kami sudah nggak ada hubungan apa-apa." Sempat gugup tetapi pada akhirnya Alin menjawab dengan tegas.
Hal itu mampu membuat senyum di wajah Leo memudar, berganti dengan raut kecewa.
"Jadi, sekarang Kak Leo pergi dari sini, karena aku nggak akan berangkat bareng Kak Leo, tapi aku akan berangkat bareng...."
Belum selesai Alin menyelesaikan ucapannya, sebuah mobil berhenti di depan mereka. Pemilik mobil itupun turun dari mobilnya.
"Raja? Ngapain lo ke sini?" tanya Al saat Rafael berjalan ke arah mereka dengan gaya cool-nya.
Raja berdiri tepat di hadapan tiga orang itu, senyumnya sangat manis pada Alin. "Gue ... gue mau jemput Alin buat berangkat bareng."
Ucapan Raja membuat Al dan Alin saling menatap, sedangkan Leo menatap tak suka pada Raja saat dia mengatakan ingin menjemput Alin.
"Ayo, Lin, kita berangkat sekarang, entar keburu telat," ujar Raja yang langsung meraih tangan Alin.
Melihat itu, Leo yang tak terima Raja memegang tangan Alin langsung menarik Alin menjauh darinya.
"Nggak bisa! Alin tidak akan berangkat dengan Pak Raja, karena dia hanya akan berangkat dengan saya," tegas Leo dengan tatapan elangnya.
Raja mendengus kesal.l dan membalas tatapan Leo padanya.
"Apa-apaan, nih? Jangan mentang-mentang lo lebih hebat dari gue, lo bisa ngelarang gue jemput Alin. Lagian lo ngapain di sini? Siniin pacar gue," sungut Raja yang merebut Alin dan Leo. Raja tau siapa Leo, dia adalah rekan kerja dari Al yang juga atasannya. Tapi, sebagai seorang lelaki pantang baginya membiarkan orang lain merampas miliknya walaupun posisi Leo lebih tinggi darinya yang hanya sekretaris biasa.
"Apa? Pacar? Nggak salah? Heh, Pak Leo! Lo pikir gue nggak tau apa, lo cuman pura-pura jadiin Alin pacar, kan? Jadi, lo nggak ada hak untuk jemput dia ataupun dekat sama dia. Karena sekarang, dia bakal pergi kemanapun dengan gue," tukas Leo.
"A---apa benar, Lin, dia pacar kamu?" tanya Raja kaget dengan nada sendu.
"Bang, itu---" Sebelum Alin menyelesaikan ucapannya, Al lebih dulu menyelanya.
"Maaf, saya pergi dulu. Kalau kalian masih ingin bertengkar di sini silahkan," ucap Al datar sambil membuka pintu mobilnya.
"Pak," panggil Alin, membuat Al menoleh padanya.
"Nggak papa, saya bisa ngerti. Lain kali aja, ya?" Al tersenyum, tapi kata-katanya membuat Alin terlihat kecewa karena tak jadi berangkat bersamanya.
Al menyalakan mobilnya lalu mobil itu pun melesat pergi.
"Ayo, Lin, kita pergi sekarang," ajak Leo yang meraih pergelangan tangan Alin. Dengan cepat, Alin menepisnya lalu menampar Leo cukup keras.
"Sayang, kamu nampar aku?" Leo menatap Alin tak percaya.
"Iya, kenapa? Nggak terima? Itu balasannya karena Kak Leo udah menyalah gunakan posisi Kak Leo untuk merendahkan orang lain," pekik Alin marah membuat Raja tersenyum karena mendapat pembelaan dari Alin.
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏