Namanya Tegar, pemuda dengan pembawaan ceria tapi hatinya penuh dengan dendam.
Di depan kedua matanya, Tegar kecil harus menyaksikan kedua orang tua meregang nyawa dan kakaknya digilir di rumahnya sendiri, oleh sekelompok orang.
Yang lebih menyakitkan, para penegak hukum justru tunduk pada orang-orang tersebut, membuat dendam itu semakin dalam dan melebar.
Beruntung, Tegar mendapat keajaiban. Sebuah sistem dengan misi layaknya pesugihan, Tegar menemukan jalan yang bisa dia gunakan untuk melampiaskan dendamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rcancer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyelidikan
"Kok aneh ya, Tuan.
"Aneh kenapa?"
"Ini, Tuan, lihat! Jejak yang ditunjukan oleh nomer yang mengaku bernama Loli," seorang ahli teknologi menunjukan layar laptopnya kepada Gunawan. "Titik yang merah itu, menunjukkan sinyal terakhir tempat nomer itu berada."
"Bukankah ini kutub utara?" tanya Gunawan. Sang ahli mengangguk. "Masa dikutub utara?"
"Aku juga heran, Tuan," sang ahli lantas menoleh ke arah dua rekannya. "Punya kalian bagaimana? Hasilnya sama tidak dengan punya saya?"
"Sama, Bos," jawab salah satu dari mereka, sembari menunjukkan bukti. Begitu juga dengan rekan satunya.
"Kok aneh banget, Gun," ucap Hedrawan. "Apa jangan-jangan koneksi internet kalian lagi gangguan?" tanya pria itu pada tiga ahli.
"Kan tadi udah dicoba menggunakan nomer Nona Loli yang asli, Tuan. Hasilnya, terbukti kalau Nona saat ini berada di rumah sesuai dengan keberadaan sinyal terakhir kalinya," balas sang ahli.
"Kalau begitu, berarti ada yang sedang cari masalah sama kita, Gun," ujar Hendrawan. "Tapi siapa? Masa sinyalnya dikutub utara sih?"
Gunawan tidak memberikan respon. Tapi jika diperhatikan dari wajahnya, jelas sekali kalau pria itu sedang menahan amarahnya yang sudah mendidih.
"Gini aja deh," ujar Darmawan. "Untuk mempersingkat waktu agar masalah tidak berlarut-larut, aku akan menghubungi para pemilik stasiun televisi untuk menyebar informasi kalau para pelaku dalam video tersebut bukan anak-anak kita. Mereka editan pakai Ai, gitu. Kalian, hubungi pihak kepolisian untuk memberi keterangan yang menyatakan kebenaran dari informasi dari berita itu, bagaimana?"
"Benar juga," sahut Hartawan. "Kalau polisi yang angkat bicara, masyarakat pasti percaya kalau pelaku dalam video itu bukan anak kita. Begitu kan maksud kamu?"
"Tepat sekali," balas Darmawan. "Gimana, Gun? Bukankah itu langkah yang cukup baik untuk saat ini?"
"Ya sudah, lakukan saja. Bayar berapapun yang mereka minta, asal berita ini cepat lenyap," titah Gunawan setelah mencerna usulan teman-temannya. "Biar aku yang cari tahu, siapa yang berani mengusik ketenanganku."
"Oke!" Ketiga teman Gunawan langsung bergerak.
####
Sedangkan, orang yang membuat masalah pada Gunawan dan rekan-rekannya, saat ini sedang asyik mencoba motor barunya, yang dia beli kemarin. Tegar mengendarai motor tersebut keliling kampung sembari melepas jenuh.
Setelah puas berkendara, Tegar, melajukan motornya ke suatu tempat yang tidak jauh dari taman di dekat komplek tempat tinggalnya.
Begitu sampai di tempat tujuan, anak muda itu langsung memarkirkan motor di tempat yang telah disediakan, lalu masuk ke salah satu warung makanan berlantai dua yang ada di sana.
"Eh, Tegar," seorang Bapak terlihat kaget kala menyaksikan kedatangan anak muda, yang telah membantunya memberi modal untuk membangkitkan usaha.
"Lagi rame ya, Pak?" tanya Tegar saat berdiri tepat di dekat meja beserta gerobag dagangan orang tuanya Rio.
"Ya, seperti yang kamu lihat, Gar," balas pria itu. "Semua ini kan berkat bantuan kamu."
"Tegar," di saat bersamaan, Tegar mendengar namanya disebut. Tegar pun menoleh dan menatap anak muda yang memanggilnya. "Kamu di sini?"
Tegar mengangguk. "Lagi pengin makan yang segar-segar, Ri," ujar Tegar. "Pak, aku minta yang pake komplit ya?"
"Oke," Bapak itu dengan sigap langsung melayani.
"Duduk di atas aja, Gar. Di sana ada Fiko, Jali dan Bedu," ujar Rio.
"Wahh, pasti rame tuh," sahut Tegar. "Mereka lagi pada libur apa gimana?"
"Iya, mereka juga belum lama datangnya," balas Rio. "Dah sana kamu ke atas dulu. Kita kan udah lama nggak ngumpul bareng."
Tegar mengangguk setuju. Anak muda itu bergegas menuju ke tempat keberadaan teman-teman masa kecilnya yang sekarang sudah memilki kesibukan masing-masing.
Kedatangan Tegar, sontak disambut hangat oleh teman-temannnya. Meski mereka berasal dari kampung yang sama, pertemuan seperti ini benar-benar dirindukan oleh mereka.
Berbagai cerita seru, seketika mewarnai pertemuan tanpa rencana itu. Mereka saling berbagi cerita tentang pengalaman masing-masing selama menggeluti dunia kerja.
"Eh, kalian sudah lihat video yang lagi viral belum?" celetuk teman Tegar yang akrab dipanggil Fiko.
"Wahh, iya, tuh, gila! Brutal banget mainnya," sahut Bedu, nama teman Tegar yang lain.
"Wehh, mana? Aku belum lihat," ujar Jali.
"Nih, aku ada," Fiko langsung menunjukannya. "Kamu udah lihat belum, Gar?"
"Udah, tadi," balas Tegar dusta.
"Gila ya?" Hahaha," ujar Fiko. Tegar hanya mengangguk cepat lalu tersenyum. "Kamu udah lihat videonya anak pemilik Kobam Grup, Ri?"
"Udah dong," jawab Rio, yang baru saja datang setelah memberi pelayanan. "Benar-benar gila sih. Lawan tiga, astaga."
"Yah, sesuai, sama ajaran Bapaknya," celetuk Jali, membuat semua mata langsung melempar pandangan ke arahnya.
"Maksud kamu, Jal?" tanya Fiko.
"Ya elah masa gitu aja kamu nggak mudeng. Sorry, Gar, bukannya aku ngungkit masa lalu kamu, tapi kalian coba perhatikan deh, kalian pasti pernah dengar tidak kalau Gunawan suka main ramai-ramai dengan satu wanita? Apa mungkin, ini yang dinamakan karma? Ya nggak sih?"
"Iya juga sih," sahut Bedu. "Malah aku sempat dengar kabar, kalau bisnis gelap mereka, menargetkan gadis-gadis kampung untuk diperjual belikan. Apa itu nggak gila?"
"Serius, Du?" tanya Tegar.
Bedu mengangguk cepat dan reaksinya terlihat meyakinkan. "Adiknya teman kerjaku, ada yang jadi korban. Pamit kerja sejak dua bulan lalu, tapi sampai sekarang dia nggak ada kabar sama sekali."
"Loh, emang itu udah pasti, kalau itu perbuatan Gunawan?" tanya Fiko.
"Belum pasti seratus persen sih, tapi dilihat dari ciri-cirinya, semua itu mengarah ke sana," balas Bedu.
"Emang apa ciri-cirinya?" tanya Rio.
Bedu tidak langsung menjawab. Namun anak itu justu menunjukan sesuatu di ponselnya. Pandangan empat teman Bedu pun langsung fokus ke satu titik.
"Owalah, ini kan salah satu perusahaan anak cabang Kobam grup?" seru Jali. "Mana syarat-syaratnya aneh banget lagi."
"Iya yah?" sahut Rio. "Gaji 5 juta, kerjaan hanya mencuci piring, usia maksimal 17 tahun. Ini sih benar-benar cari cewek yang bisa dibodohi."
"Jahat banget kan? Sayangnya para orang tua yang sudah melapor, tidak ada yang ditanggapi dengan serius. Sedangkan jika ada yang nekat melawan, kalian tahu sendiri, akibatnya bagaimana."
Keempat anak muda itu mengangguk paham, karena mereka berteman dengan anak yang keluarganya jadi korban kekejaman Gunawan beserta antek-anteknya.
"Berarti, Loli main rame-rame, karena ajaran dari Bapaknya ya?" celetuk Rio.
"Mungkin seperti itu," balas Bedu. "Terus yang aku dengar, Loli tuh suka banget ngadain pesta yang isinya orang-orang tanpa baju semua."
"Hah!" Tegar dan yang lain syok dan mendengarnya. "Serius, Du?"
"Katanya sih begitu," ucap Bedu lagi. "Anaknya bosku juga katanya sering ikutan."
"Wahh, ternyata memang keluarga gak benar," seru Fiko.
Tegar nampak menyeringai. Mendengar beberapa informasi dari teman-temannya, membuat Tegar menemukan cara lain, untuk menghancurkan Gunawan.
lanjut thor