NovelToon NovelToon
When The Heavy Rain Comes To You

When The Heavy Rain Comes To You

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cintamanis
Popularitas:4.8k
Nilai: 5
Nama Author: Nanda Dwi

Lunar Paramitha Yudhistia yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi harus menerima kenyataan pahit bahwa ayahnya menikah lagi dengan rekan kerjanya. Ia tak terima akan hal tersebut namun tak bisa berbuat apa-apa.

Tak disangka-sangka, wanita yang menjadi istri muda sang Ayah menaruh dendam padanya. ia melakukan banyak hal untuk membuat Lunar menderita, hingga puncaknya ia berhasil membuat gadis itu diusir oleh ayahnya.

Hal itu membuatnya terpukul, ia berjalan tanpa arah dan tujuan di tengah derasnya hujan hingga seorang pria dengan sebuah payung hitam besar menghampirinya.

Kemudian pria itu memutuskan untuk membawa Lunar bersamanya.

Apa yang akan terjadi dengan mereka selanjutnya? Yuk, buruan baca!

Ig: @.reddisna

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nanda Dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 24: Mrs. Anne Is Coming

Semilir angin yang terasa dingin mulai menusuk tulang dan kulitku, pertanda malam akan datang. Aku menatap langit yang sudah mulai gelap, awan mendung bergerombol di sana. "Sepertinya akan hujan," gumamku sembari meminum secangkir coklat panas dan menikmati pemandangan manusia berlalu-lalang dari balkon.

Selatan bilang Nyonya Anne akan tiba di kediaman pukul tujuh malam dan makan malam bersama kami. Sepertinya ia juga akan menginap di sini untuk beberapa hari ini, dengan hal itu rencana kami harus di tunda sementara waktu. Aku tak ingin pergerakan kami terbaca oleh orang lain, Kak Hana juga pasti akan kewalahan jika harus melakukan dua pekerjaan dalam satu waktu. Aku akan meminta Kak Hana terus menjalin kabar dengan Sir Thomas sampai Nyonya Anne meninggalkan kediaman.

Aku melihat jam tanganku, setengah enam pas. "Aku harus mandi dan bersiap-siap," ku teguk sisa coklat panas di cangkir kemudian mengayunkan kaki tanpa alas ini menuju kamar. Aku masih harus membersihkan kamar sebelum mandi, itu menyebalkan.

Ting!

Notifikasi itu membuatku sedikit terkejut, ku ambil ponsel itu dari meja. Terlihat dengan jelas nama sang pengirim di sana, Rinai. Sudah beberapa hari dia tidak menghubungiku, sepertinya ia sedang sibuk berlatih untuk laga.

Hai, Sayang. Kau sedang apa? Aku merindukanmu..🫠

Aku tertawa kecil membaca pesannya, jari-jemari ini dengan lancar menuliskan pesan balasan untuknya.

Hai, selamat malam. Aku baru saja membersihkan kamar dan sebentar lagi akan mandi, kau mau ikut denganku? Hahahaha..

Setelah mengirimkan pesan singkat itu aku menanggalkan pakaian luarku dan menyambar handuk merah muda yang selalu ku letakkan di dekat lemari pakaian. Aku harus cepat karena jam sudah menunjukkan pukul enam sore, ternyata aku membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membereskan kekacauan di kamar ini.

Aku menuangkan sabun cair beraroma lavender ke dalam bak mandi, kumatikan lampu yang menerangi kamar mandi dan menggantinya dengan cahaya yang lebih redup, menciptakan suasana yang tenang untuk pikiranku. Tanpa ragu aku mulai berendam di bak mandi, aroma lavender yang menenangkan mulai menyebar ke seluruh ruangan. Aku memejamkan mata dan membelai lembut tubuhku, menghilangkan energi negatif yang membelenggu tubuh ini selama satu hari penuh.

Shine bright like a diamond

Shine bright like a diamond

Shining bright like a diamond

We're beautiful like diamonds in the sky

Dering ponselku membuyarkan ketenangan yang sudah kubuat dengan sedemikian rupa. Aku memutar kedua bola mataku dengan malas, tertera nama Selatan di sana. Kami terhubung setelah aku menggeser simbol telepon yang berwarna hijau. "Ada apa? Kau menganggu waktu santaiku. Katakan cepat!" seruku.

Aku dapat mendengar kekehan kecilnya dari seberang sana. "Tidak ada apa-apa, aku hanya ingin mendengar suaramu. Aku dan ibu sudah dalam perjalanan menuju rumah," jawab pria berusia dua puluh delapan itu dari seberang sana.

"Memangnya kau tak merindukanku?" sambungnya, nada bicaranya terdengar seperti sedang menggodaku.

"Untuk apa aku merindukanmu? Ada banyak hal yang lebih penting untuk kupikirkan selain dirimu!" Dia membuatku kesal, padahal ia sendiri yang menyuruhku untuk pulang lebih dulu dan membantu Kak Hana serta Bibi Chen untuk mempersiapkan kedatangan Ibunya.

"Oh, jahatnya. Perasaanku bertepuk sebelah tangan ..."

"Dasar orang gila, apa ia tak merasa malu berbicara seperti saat bersama Ibunya?" ucapku lirih, aku menjauhkan ponsel merah muda itu dari telingaku agar ia tak mendengarnya.

"Lima belas menit lagi aku akan sampai, jangan tutup teleponnya," ia memohon.

"Baiklah, tapi aku akan membisukan suaranya. Aku butuh ketenangan untuk sekarang," jawabku mutlak.

"Baiklah," setelah mendengar jawaban darinya aku memencet tombol mute dan mulai beranjak dari bak mandi. Aku harus segera bersiap untuk menyambut kedatangan Nyonya Anne.

......─────────── ✦ ──────────......

Suasana rumah ini terasa lebih hidup dari biasanya, semua pekerja yang biasanya berada di paviliun saat malam berada di sini untuk menyambut kedatangan Nyonya Anne. Bahkan langit yang semula mendung kembali cerah dan bertabur bintang, seolah turut menyambut kedatangannya. Kami semua berbaris di pintu masuk untuk menyambutnya. Aku berada di antara Kak Hana dan Bibi Chen.

Hawa dingin yang menusuk tulang membuatku sedikit menggigil. Aku mengamati sekeliling, semuanya terlihat tenang dan tidak menunjukkan ekspresi apapun, mungkin karena mereka sudah terbiasa dengan semua ini. "Aku kedinginan sial, kapan mereka akan datang?" umpatku pelan.

"Bersabarlah, bodoh!" Kak Hana membalas umpatan itu dengan nada yang tak kalah pelan, hampir tak terdengar.

Tak berselang lama setelah perbincangan kami, aku dapat melihat sorot lampu mobil hitam bergaya Eropa milik Selatan dari kejauhan, cukup silau meskipun dari kejauhan. Mobil itu mulai memasuki kediaman, dan tentu saja kami menyambutnya.

"Selamat datang, Tuan dan Nyonya," ucap kami serempak sembari membungkukkan badan, bentuk penghormatan kami pada mereka yang memiliki posisi lebih tinggi.

Selatan turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk sang Ibu. Diraihnya tangan yang mulai keriput itu dengan lembut. "Selamat datang, Ibu," ucapnya sembari mengukir senyum.

Dengan senang hati sang Ibu menerima uluran tangan putranya, senyumnya tak kalah indah. Merekah seperti mawar yang baru saja mekar. "Terimakasih ..." keduanya memasuki kediaman dan diikuti oleh kami di belakang.

"Menurutmu, apa Nyonya Anne akan menyukai makanan yang kubuat?" Kak Hana meragukan kemampuannya.

"Tentu saja! Tak ada yang bisa menolak cita rasa makanan buatanmu, Kak! Apalagi Bibi Chen turut andil dalam hal ini, aku yakin semuanya akan berjalan dengan baik ..." aku berusaha meyakinkannya. Kak Hana hanya tersenyum setelah, ia tak berani tertawa atau kekacauan akan datang menimpanya saat ini.

Aku berdiri di belakang Kak Hana. "Kau duluan," ku dorong pelan pinggang perempuan dengan rambut sebahu itu. Dengan penuh kehati-hatian ia berjalan ke arah Nyonya Anne dan Selatan, tentu dengan aku di belakangnya.

"Selamat datang, Nyonya. Saya harap anda menikmati hidangan sederhana yang telah kami buat," Kak Hana menyapa, senyum tipis terukir di wajahnya.

"Dan perkenalkan, ini adalah Lunar. Penghuni baru di rumah ini ..."

"Selamat malam, Nyonya," aku melempar senyum padanya. Rasanya canggung, aku ingin melarikan saat ini juga apalagi itu memungkinkan.

"Ah, yaa. Aku ingat, kau pernah membawanya kan saat pesta ulangtahun ku?" Nyonya Anne menoleh ke arah Selatan, anggukan kecil darinya telah menjawab pertanyaan sang Ibu.

Aku tersenyum kikuk, astaga aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Aku takut membuat kesalahan.

"Kau cantik sekali, darimana kau mendapatkannya, Nak?" wanita paruh baya itu membelai wajahku dengan lembut, rasanya seperti belaian Ibu. Aku sudah lama tak merasakannya.

"Dia sendiri yang datang padaku," ia mengalihkan pandangannya.

"Ibu tak percaya denganmu, kau bahkan tak memiliki pesona untuk menarik seorang gadis!" Oh sial, itu sangat menohok. Ingin rasanya aku tertawa kencang melihat muka masam Selatan setelah mendengar pernyataan itu.

Sudahlah, mari kita makan malam. Aku sudah lapar," Selatan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Mari, Nyonya saya antar ..." aku membawa mereka ke meja makan yang sudah ditata sedemikian rupa untuk menyambutnya, hidangan dari berbagai negara memenuhi meja itu. Aroma harum menyebar ke seluruh ruangan, siapapun yang menciumnya pasti akan merasa lapar. Membayangkannya saja sudah membuat perutku keroncongan.

"Terimakasih, kau harus duduk di sampingku setalah ini,"

Aku tersenyum kecil. "Baiklah, dengan senang hati Nyonya."

1
Aksara_Dee
ka, hiatusnya jangan lama-lama. aku kangen tulisanmu
Aksara_Dee: semangat ...
Reddisna: Ternyata masih ada yang nungguin ya … minggu ini akan update jika tidak ada kendala. 💕
total 2 replies
Serenarara
Suka bgt untaian kalimatnya...indah estetik mengharu biru pokoknya mah!
Serenarara
Dramatis banget latarnya...
Yenny Een
Mampir 🙏.
ElHi
mampir kak
Aksara_Dee
suka bacanya gimana dong...🩷🩷
Mampir juga di karyaku ya ka
Aksara_Dee
Karya yang bagus Kaka
Sylvia Rosyta
masih nyimak ceritanya
Reddisna: /Rose/
total 1 replies
Kakak Author
tetap semangat semangat.
SnowDrop❄️
Wuiss,,, kata demi katanya tersusun dengan sangat sangat kerenn🦋
S.gultom
semangat Thor 🤛
Jihan Hwang
hai kak aku sudah mampir /Smile/
semangat terus
Momo🦀
Hai kak, aku mampir ya🤗 semangat ya
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
hallo,semangat thor/Smile//Smile/
putribulan
aku mampir kak, semangat ya
Queen
semangat kakak 🔥🔥
seczzby
semngttt thorrr💗💗💗
Alta💕
Hai kakak, aku mampir dan🌹untuk kakak, kata-kata yang kakak tulis puitis😊
Momo🦀: hai kk makasih sudah mau meluangkan waktunya 🙏🙏 sukses terus kk🤗
🇷‌🇭‌: ak mampir untk kakak
total 3 replies
Little Sister
ditunggu episode selanjutnya 😉
Ellana_michelle
semangat kakk, jangan lupa mampir/Smile/
Reddisna: Terimakasih sudah mampir.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!