tentang seorang anak yang lahir dari seorang ibu, yang ditinggalkan oleh sang suaminya sejak dari dalam kandungan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jordi Vandanu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menentukan Hari.
Yudi yang baru pulang dari Australia, dan masih di bandara, memutuskan untuk menunggu kedatangan sang anak, yang hanya selang waktu 1 jam saja.
Dengan wajah sumringah Yudi melambaikan tangan pada sosok tinggi semampai dan modis dengan hijabnya itu. Senyum Dian pun mengembang sempurna.
"ayah.. " sapa Dian, menjangkau tangan Yudi, mencium dengan takzim.
"anak ayah, gimana perjalananya? " tanya Yudi, langsung memeluk hangat anak gadisnya.
"Alhamdulillah baik yah, sudah lama ayah menunggu? "
"ayah dari Australia nak, landing 1 jam yang lalu, jadi ayah putuskan untuk menunggu kamu di sini. Kita pulang yuk. " ajak Yudi. Dian mengangguk, Yudi menggenggam jemari Dian, melangkah menuju Rub*con kuning di parkiran khusus. Orang orang sekitar menatap kagum pada mereka.
"mirip banget ya mereka berdua. Dna ayahnya kuat banget. " begitulah rata rata mereka berkata. Yudi merasakan hangat membuncah dalam hatinya. Entah kenapa semua anak anaknya menurunkan gen Yudi semua, Cia juga.. Yang menurun dari Melati adalah sifatnya. Cia yang sangat pengasih dan lembut. Tak ada kemarahan ketika mengetahui sang ayah punya adek dari ibu yang lain, Cia dan Dika malah sering membayangkan wajah adek mereka itu.
Dan yang paling kencang teriaknya adalah Cia, ketika mengetahui kalau sang adek sudah ditemukan. Kalau tidak punya bayi dan baru melahirkan. Mungkin Cia akan segera pulang le rumah.
"mama mana yah? " tanya Dian.
"mama ada dikantor lama kamu, sama mas Dika, kita jemput mereka ke sana ya, sekalian makan siang kita. " kata Yudi. Dian mengangguk saja.
Mereka tiba dikantor lama. Dian segera turun dari mobil, berjalan berdampingan sama sang ayah. Matanya membola begitu keluar lift.
"mbak Jeeelll!!!. " seru Dian begitu melihat Jelita mau menuju ke ruangannya. Jelita menoleh cepat. Dian berlari kecil menuju ke arah Jelita.
"Ya Allah Dian, ini kamu?? Eh.. Bu Dian.. Maaf. " Jelita jadi grogi, melihat Yudi berjalan di belakang Dian. Yudi hanya tersenyum dan membiarkan Dian reuni kecil kecilan sama bekas rekan kerjanya itu.
"Dian mbak Jel, bukan bu Dian.. Apa kabar mbak? Sudah lahiran ya? Babynya cewek atau cowok? Mbak Kinan mana? " tanya Dian. Jelita tertawa lebar.
"satu satu sayang, kita keruangan mbak ya, Kinan juga ada disana, kami disatukan dalam ruangan. " ajak Jelita. Dian mengangguk cepat, digandengnya tangan Jelita menuju ruangan.
"mbak Kinaaan!! " seru Dian begitu melihat Kinan. Kinan langsung terbatuk. Matanya membola menatap sosok yang makin cantik itu.
"adeeeek!! Aaaa... Apa kabar sayang, kapan datang? " Kinan langsung berdiri. Mereka kembali berpelukan bertiga.
"mbak Jel, ayo jawab. " kata Dian.
"aku sudah lahiran 4 bulan lalu Yan, anak aku cowok dong. Aku juga baru masuk lagi habis cuti kemaren. " jawab Jelita.
"aaaa pengen ketemu baby nya, boleh? " tanya Dian senang.
"tentu saja boleh buk Dian. " canda Jelita.
"baiklah, nanti setelah urusan Dian selesai, Dian akan ke rumah mbak Jel sama mas Putra. " kata Dian. Jelita dan Kinan terdiam sejenak.
"mas Putra?? " tanya mereka heran dengan perubahan panggilan Dian pada pak Putra. Tapi kemudian mereka sadar, kalau status Dian sekarang adalah adek dari pak Dika, atasan mereka. Jadi tak mungkinlah panggil pak pada sahabat abangnya.
Dian tersenyum penuh arti.
"Dian ke ruangan ayah dulu ya mbak Jel, mbak Kin, nanti kita cerita cerita lagi. " pamit Dian.
"oke dek... " sahut Jelita dan Kinan.
Dian segera keluar dari ruangan itu, menuju ke ruangan Dika.
"eh.. Cewek kampung ada disini, ngapain kamu? Minta kerja lagi setelah di pecat? " tanya Jeni yang tiba tiba nongol, dengan pakaian yang lumayan sopan kali ini.
Dian hanya memutar bola matanya kesal. Dulu dia mungkin akan diam saja kalau di katai oleh Jeni, tapi kali ini Dian gak akan diam saja.
"apa urusannya sama kamu mbak? Aku mau ngapain kek.. " sahut Dian. Jeni terkejut mendengar jawaban Dian.
"eh kampungan, ini kantor orang orang elit, kamu kan sudah resign, kenapa datang lagi? Malu melamar jadi cleaning service ya? Menyesal setelah resign? " Jeni makin menjadi.
"eh iya sih mbak, saya mau melamar jadi cleaning service, terus mbak ngapain kesini? merecoki mas Dika? " tanya Dian santai. Jeni tambah melongo mendengar panggilan Dian untuk Dika.
"eh..... "
"nak, ayo masuk! " panggil Yudi dari pintu. Dian bergegas mendekat.
"iya yah.. "
Jeni makin gak mengerti. Dian dan Yudi sudah masuk ke ruangan Dika. Jeni mengikuti.
"mama.. " sapa Dian, mendekat pada Melati, mencium tangannya, Melati memeluk hangat tubuh sang anak.
"makin cantik anak mama, sehat sayang? " tanya Melati.
"sehat ma, Alhamdulilah, mama makin cantik saja nih. "
Melati tertawa. Yudi dan Dika hanya tertawa melihat kehangatan itu.
"kamu ngapain disini Jen? " tanya Putra, menegur Jeni yang berdiri di muka pintu ruangan Dika.
Jeni terlonjak kaget.
"mau ketemu Dika, tapi kayaknya ada mama dan ayah didalam. " jawab Jeni.
"iya ada, masuk yuk. Ada yang perlu kamu tahu di dalam sana. " ajak Putra. Jeni mengikuti.
"Assalamualaikum." sapa Putra.
"Waalaikumsalam, nah ini dia calon mantu mama. " kata Melati. Putra menyalimi Yudi dan Melati.
Dian tersenyum hangat pada tunangannya itu.
"eh ada Jeni juga, sini Jen.. Itu si Putra mau menikah sama Dian, kami mau membicarakan lamaran mereka, makanya Dian di minta pulang oleh ayahnya. Nanti pak Jiro dan bu Dini akan melamar secara resmi, dan akan menentukan kapan hari pernikahannya. " jelas Melati.
"apa ma??? " tanya Jeni kaget.
Dika menutup telinganya.
"maaf yah, ma.. Jeni hanya kaget saja, serius kamu Put? Mau menikah sama cewek kam... "
Putra membelalakan matanya pada Jeni.
"jaga mulutmu Jen, Dian adalah adek kandung aku, anak ayahku. " sela Dika dingin.
Jeni ternganga lebar.
Shock!!
Matanya menatap siapapun yang ada dalam ruangan itu nanar dan meminta penjelasan.
Tatapan tajam Yudi menghujam mata Jeni.
Ruangan mendadak sunyi.
sepusing2nya mereka mencari plngan pake orang suruhan😂