Sya yang merupakan fresh graduate tahun ini telah diterima bekerja di PT Santoso Group. Di hari pertamanya bekerja dia dikagetkan dengan seorang bocah berusia 3 tahun yang memanggilnya " Bunda".
" Dunda.. Dunda.. Kendla mau pipis. " seorang bocah laki-laki menarik celana kerjanya saat Sia berdiri di lobi kantor.
Maureen Calisya Putri ( 23 )
Sungguh mengejutkan ternyata bocah yang memanggilku Bunda adalah anak dari pemilik perusahaan tempatku bekerja.
Raditya Diko Santoso ( 30 )
Kamu hanya akan menjadi ibu sambung untuk anakku karena dia menginginkannya.
Bagaimana perjalanan kisah mereka disaat salah satu diantara mereka melanggar perjanjian yang sudah disepakati?
Akankah terus bersama atau memilih untuk berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anggi Dwi Febriana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bubur Ayam
Pagi ini di hari Sabtu, Sya masih berada dibalik selimutnya, entah kenapa dia merasa sangat lelah. Sebenarnya tadi pagi waktu shubuh Sya sudah bangun karena alarm ponselnya berbunyi, namun Sya memutuskan untuk melanjutkan tidurnya karena dia sedang berhalangan jadi tidak bisa sholat.
Sebenarnya Sya ingin melanjutkan tidurnya sampai siang, namun apa daya saat ini perutnya sudah berbunyi menandakan jika Sya harus cepat-cepat mengisinya kalau tidak mau cacing diperutnya semakin aktif untuk demo.
" Sabar kenapa sih, aku tuh masih mau tidur. Tunggu bentar lagi." Ujar Sya berbicara sendiri dengan cacing-cacing di perutnya.
Bukannya berhenti, cacing-cacing di perutnya justru semakin mengeluarkan bunyi semakin keras.
" Iya Iya, ini aku bangun. Ayo kita cari makan. " Sya bangkit dari kasurnya yang memang tergeletak dilantai tanpa adanya ranjang. Sempit rasanya jika kamarnya yang memang sudah kecil harus diberi ranjang yang pastinya akan memakan tempat yang tidak sedikit.
Perapot dikamar Sya memang tidak banyak, dia hanya membeli beberapa barang yang dia butuhkan. Seperti kompor gas satu tungku dan magicom untuk memasak nasi, ya walaupun Sya sangat jarang masak karena tidak ada waktu, biasanya dia masak hanya saat weekend dan libur kerja, karean itu Sya lebih banyak membeli makan diluar. Ada juga kulkas ukuran sedang untuk menyimpan makanan agar tidak cepat basi, dan sofa untuk duduk jika ada tamu yang datang. Dan jangan lupakan kamar mandi berukuran 1×1 meter, kecil tapi bersih karena Sya rajin menyikat kamar mandi setelah dipakai. Tidak ada AC disini, hanya ada kipas angin kecil yang ada didekat kasurnya. Memang ukuran kamar kosannya tidak terlalu besar, tapi setidaknya Sya cukup nyaman tinggal disini. Tetangga yang baik dan juga Ibu kos yang perhatian sudah cukup menjadi alasan Sya betah disini.
Sya melihat jam di dinding, sudah pukul 8 lebih dan dia belum sarapan. Pantas saja cacing-cacing di perutnya ini sudah demo dengan tidak sabaran. Sya ingat jika dia terakhir makan kemarin malam saat bersama Pak Radit dan juga Kendra.
Sya bangun dari tidurnya langsung ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok gigi. Setelahnya dia mengganti pakaian tidurnya yang hanya kaos tipis dan celana boxer dengan kaos yang lebih tebal dan celana training panjang, tidak lupa memakai cardigan dan mengingat rambut panjangnya. Sya keluar dari kamar dan melihat Mba Titik tetangga kamar sebelahnya yang juga keluar dari kamar membawa baju cucian.
" Selamat pagi Mbak Titik, pagi-pagi udah nyuci baju aja nih." Sapa Sya kepada tetangganya tersebut.
" Pagi juga Sya, iya ini, udah 3 hari aku nggak nyuci baju. Mau di laundry tapi sayang uangnya, jadi mumpung libur aku cuci sendiri aja. Kamu kok tumben libur begini udah bangun. Bukannya tadi malam kamu pulang malam ya, abis lembur? " Tanya Mbak Titik kepada Sya.
" Maunya sih tidur lagi Mbak, tapi ya gimana cacing-cacing aku udah demo. Nih denger nggak Mbak suaranya." Ujar Sya tertawa.
" Kamu ini ada-ada aja. Udah ah Mbak mau naik dulu jemur baju." Ya jemuran anak kos memang ada di lantai dua, tepatnya di atap kamar.
" Ya udah aku cari makan dulu ya Mbak, Mbak Titik mau nitip juga enggak? " Tanya Sya.
" Enggak, aku udah sarapan nasi uduk di depan tadi. Udah sana sarapan dulu." Jawab Mbak Titik seraya mengangkat jemurannya. Mbak Titik merupakan gadis asal Garut, dia saat ini kerja disalah satu perusahaan sebagai asisten manager. Sudah 2 tahun Mbak Titik kerja disana dan juga ngekos ditempat ini.
" Aku duluan ya Mbak, daahh." Sya memutuskan untuk berjalan kaki sambil mengitari jalanan kompleks.
" Bubu Ayam Mang Jaja masih ada nggak ya." Ujar Sya bergumam.
Bubur Ayam Mang Jaja merupakan salah satu Bubur Ayam terenak disini menurut Sya. Ditambah porsinya yang banyak dan pelayana yang ramah membuat bubur Mang Jaja ini cepat habis.
Dari kosannya, Sya hanya perlu berjalan sekitar 5 menit ke arah jalan raya untuk membeli Bubur Ayam ini.
" Buburnya masih ada Mang." Tanya Sya kepada Mang Jaja begitu sampai disana. Ada sekitar 5 orang disana, itu berarti Sya harus mengantri.
" Masih Neng Sya, seperti biasa ya? " Tanya Mang Jaja. Mang Jaja sudah hafal dengan pesanan Sya yaitu bubur ayam tanpa daun bawang di tambah 2 tusuk sate telur puyuh dan 1 tusuk sate usus.
" Iya Mang, seperti biasa." Jawab Sya tersenyum.
" Kalau gitu silahkan duduk dulu neng, ditunggu sebentar lagi ya." Ujar Mang Jaja kemudian melanjutkan membuat pesanan untuk pembeli yang lain.
Sya langsung duduk dikursi plastik yang memang sudah disediakan. Setelah melihat-lihat sekeliling, Sya memutuskan untuk memainkan ponselnya dan berselancar di dunia maya sembari menunggu Bubur Ayamnya dibuatkan.
Terlalu fokus dengan ponselnya, Sya sampai tidak sadar jika ada sebuah mobil yang berhenti tidak jauh dari dirinya.
Tiba-tiba...
" Dunda.... " Terdengar suara panggil dari bocah kecil yang sepertinya tidak asing ditelinga Sya.
" Kaya kenal sama suara itu." Ujar Sya dalam hati. Sya menolehkan kepalanya ke arah sumber suara.
Terlihat didepannya ada bocah laki-laki yang digandeng oleh laki-laki dewasa. Kendra dan Pak Radit.
" Kenapa mereka bisa ada disini." Gumam Sya lirih.
" Dunda... " Sekali lagi Kendra memanggilnya.
Sya hanya membalasnya dengan tersenyum dan melambaikan tangannya ke arah Kendra.
" Kendra kok bisa ada disini? " Tanya Sya begitu Kendra dan Pak Radit sudah ada dihadapannya.
" Bisa dong, kan Kendla diantelin Ayah kesini." Jawab Kendra polos.
Sya menatap Radit untuk meminta penjelasan dari laki-laki itu.
" Tadi malam Kendra terbangun dan jadi rewel karena tidak menemukan kamu bersamanya. Jadi saya bujuk buat bertemu kamu lagi hari ini. Dan akhirnya tadi pagi Kendra menagih janji saya. Jadilah saya bawa Kendra ke tempat kamu." Jawab Radit datar.
" Kendra kenapa tadi malam rewel? Bukannya kemarin udah bobok ya." Ujar Sya mengelus rambut Kendra yang saat ini sedang duduk di pangkuannya.
" Kendla kan kangen Dunda, tapi pas Kendla bangun Dunda sudah tidak ada." Jawab Kendra tersenyum.
" Kendra sudah sarapan? Mau bubur ayam nggak? " Tanya Sya kepada Kendra.
" Kendra sudah sarapan sereal dan segelas susu. Saya yang dari tadi belum sarapan." Jawab Radit datar.
" Ya udah bapak tinggal pesan aja tuh mumpung belum habis." Jawab Sya sebal. Yang ditanya siapa yang jawab siapa.
" Kamu aja pesenin, saya tunggu disini. Inget, jangan pake daun bawang, tambah juga sate telur puyuh 2." Jawab Radit memerintah.
Sya beranjak dari duduknya dengan wajah cemberut menahan rasa kesal.
selalu ngalamin itu, karena nama asli saya juga panjang banget 😂
kali ini Lo salah sya, gimana kalau keadaannya di balik?
mengingat sifatnya diawal bagaikan freezer 😂