NovelToon NovelToon
Menghitung Langkah Cinta

Menghitung Langkah Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Berbaikan / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Mengubah Takdir / Idola sekolah
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Chaterine Nathania Simatupang

Follow my Instagram : @nataniacatherin_



Hai semua! dukung terus cerita yang akuu buat yaa, kalau kamu suka, like ya, kalau ada kesalahan dari cerita ku, berikan saran, agar kedepannya aku bisa bercerita dengan baik untuk novel terbaru ku..✨❤️



"Cinta dan Cemburu"

Kisah tentang Catherine yang harus menghadapi perasaan rumit antara cinta dan cemburu. Dalam perjalanan hubungan dengan Akbar, ia menemukan sisi lain dari dirinya dan orang yang dulu sering menyakitinya. Di tengah kedekatannya dengan Naufal, Akbar yang penuh kecemburuan mulai menunjukkan sisi gelapnya. Namun, meskipun penuh dengan rintangan, Catherine harus memilih antara cinta yang tulus dan hubungan yang penuh ketegangan. Akankah ia bisa menemukan kedamaian di antara perasaan yang bertarung?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chaterine Nathania Simatupang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keputusan Sulit

Satu minggu setelah percakapan singkat mereka, Akbar merasa kebingungannya semakin membebani pikirannya. Rasa bersalah dan penyesalan tentang apa yang sudah terjadi antara dia dan Catherine selalu menghantuinya. Meskipun sudah ada perasaan yang mulai berkembang dalam dirinya, Akbar tahu betul bahwa hubungan mereka tidak akan mudah diperbaiki setelah segala yang sudah terjadi.

Namun, suatu sore, setelah berhari-hari berpikir, Akbar memutuskan untuk berbicara dengan Catherine sekali lagi. Kali ini, dia datang dengan tujuan yang jelas: mengungkapkan perasaannya dan mencoba menjelaskan perubahan yang ada dalam dirinya. Dia tahu ini bukanlah hal yang mudah, tetapi dia merasa bahwa ini adalah langkah yang harus dia ambil.

Dia berjalan menuju tempat yang biasa mereka bertemu—taman di dekat sekolah. Udara sore itu terasa tenang, meskipun hatinya berdebar-debar. Akbar mencari-cari Catherine di antara kerumunan teman-teman sekolah yang sedang bersantai, akhirnya melihatnya duduk di bangku dengan wajah yang tenang. Ketika Catherine melihatnya, dia memberikan senyum tipis, tidak terlihat terkejut atau cemas.

"Cat," panggil Akbar, melangkah mendekat dengan hati yang penuh keraguan.

Catherine menoleh ke arahnya. "Ada apa, Akbar?" tanyanya, suaranya tenang meski ada sedikit kekhawatiran di baliknya.

Akbar duduk di sebelahnya, menarik napas dalam-dalam. "Aku... aku nggak bisa berhenti mikirin apa yang terjadi antara kita," katanya, mencoba memulai percakapan dengan hati-hati. "Aku sadar kalau dulu aku salah, dan aku nggak pernah nyangka kalau aku bakal merasa seperti ini... tapi aku mulai merasa kalau aku punya perasaan terhadap kamu."

Catherine terdiam sejenak, matanya sedikit terkejut, namun dia tetap menjaga ketenangannya. "Apa maksudmu?" tanyanya, tidak langsung menanggapi.

Akbar merasakan beban berat di dadanya, seolah setiap kata yang dia ucapkan membutuhkan keberanian yang luar biasa. "Aku... aku ingin kamu tahu, Cat," lanjut Akbar, "kalau aku menyesal atas apa yang terjadi. Aku tahu aku dulu nggak menghargai kamu. Aku sering membuat keputusan yang salah, dan itu bikin kamu terluka. Tapi sekarang, aku merasa aku sudah berubah. Aku mulai sadar banyak hal. Aku... aku benar-benar mulai merasa kalau aku punya perasaan lebih terhadap kamu, bukan cuma sebagai teman, tapi lebih dari itu."

Catherine menunduk, mencerna kata-kata Akbar dengan hati yang berat. Semua yang dia dengar mengingatkannya pada masa lalu yang penuh dengan kebingungannya sendiri. Perasaan bingung dan takut muncul kembali. Dia tak bisa begitu saja melupakan semua yang telah terjadi, dan saat ini, dia merasa sangat kuat dengan apa yang telah dia bangun sendiri.

"Akbar, kamu tahu aku nggak butuh pengakuan dari siapa pun," jawab Catherine dengan suara yang penuh ketegasan, matanya menatap langsung ke mata Akbar. "Apalagi dari orang yang pernah memperlakukan aku begitu."

Akbar terdiam, rasa sakit menyusup dalam hatinya. Dia tahu kata-kata Catherine penuh makna, dan dia merasa lebih banyak dosa yang dia bawa. Namun, dia juga tahu bahwa inilah saat yang harus dia hadapi.

"Saya tahu," jawab Akbar dengan lembut, menunduk. "Aku cuma... aku cuma ingin kamu tahu kalau aku benar-benar menyesal, dan aku siap berubah. Aku nggak minta kamu langsung maafin aku atau balik ke aku, tapi aku cuma mau kamu tahu kalau aku menyesal, Cat. Aku siap berubah, kalau kamu mau."

Catherine terdiam, mencoba memikirkan segala sesuatu dengan tenang. Dia tahu bahwa kata-kata Akbar saat ini lebih tulus daripada sebelumnya, tapi dia juga tidak bisa mengabaikan perasaan terluka yang masih ada dalam dirinya.

"Akbar," Catherine akhirnya berbicara setelah beberapa detik yang terasa panjang. "Aku sudah banyak belajar tentang diri aku sendiri. Aku sudah belajar untuk mencintai diriku sendiri, dan itu jauh lebih penting dari apapun. Jadi aku nggak akan bergantung pada siapa pun untuk membuat aku merasa lebih baik, bahkan kalau itu kamu. Aku nggak akan kembali ke masa lalu hanya karena kamu ingin aku melakukannya."

Akbar merasa hatinya teriris mendengar kata-kata Catherine, tetapi ada bagian dari dirinya yang juga merasa lega. Meskipun dia belum mendapatkan jawaban yang dia harapkan, dia tahu bahwa ini adalah langkah pertama yang perlu diambil—untuk menerima kenyataan dan berusaha menjadi orang yang lebih baik, baik untuk Catherine maupun untuk dirinya sendiri.

Catherine menatap Akbar dengan tenang, matanya lebih lembut daripada sebelumnya. "Kamu boleh berubah, Akbar, itu hakmu. Aku nggak melarang itu. Tapi aku nggak bisa mengubah perasaan aku. Aku nggak ingin kembali ke masa lalu, dan aku nggak mau terjebak dalam kebingungan itu lagi."

Akbar terdiam, mencoba menyerap setiap kata yang keluar dari mulut Catherine. Dia tahu bahwa perubahan yang dia inginkan tidak bisa datang dalam sekejap. Ini akan membutuhkan waktu, dan mungkin kesempatan itu sudah lewat. Tapi dia juga tahu bahwa ini adalah pembelajaran untuknya. Ini adalah tentang menjadi seseorang yang lebih baik, meskipun itu berarti melepaskan perasaan yang masih ada.

"Terima kasih, Cat," kata Akbar akhirnya, meskipun hatinya berat. "Aku nggak akan ganggu kamu lagi. Aku cuma pengen kamu tahu kalau aku benar-benar menghargai kamu, lebih dari yang aku tunjukkan dulu."

Catherine tersenyum tipis. "Aku nggak butuh penghargaanmu, Akbar. Aku cuma butuh menghargai diri aku sendiri."

Akbar tersenyum, meskipun ada kesedihan yang mendalam di hatinya. Dia tahu bahwa perjalanan ini belum berakhir, baik untuk dirinya maupun Catherine. Mungkin tidak ada jalan kembali ke masa lalu, tapi di sinilah mereka berdiri sekarang, dengan kenyataan yang baru. Masing-masing harus mencari jalannya sendiri, dengan cara mereka masing-masing.

Catherine merasa agak gugup ketika melihat Akbar mendekat, meskipun tidak ada yang salah dengan kedekatan mereka sebelumnya. Namun, kali ini ada yang berbeda. Ada senyum malu yang tidak bisa dia sembunyikan. Saat Akbar menyapa dengan ceria, Catherine merasa jantungnya berdetak lebih cepat. Meski dia berusaha terlihat tenang, ada perasaan aneh yang mulai tumbuh di dalam dirinya.

Di sisi lain, Naufal yang duduk di samping Catherine, menyadari ketegangan itu. Dia tidak mengungkapkannya, tapi bisa melihat bahwa ada sesuatu yang berbeda dengan sikap Catherine. "Kamu oke?" tanya Naufal, sedikit khawatir.

Catherine hanya tersenyum kecil dan mengangguk, mencoba meyakinkan dirinya sendiri. "Ya, cuma agak aneh aja," jawabnya pelan.

Sementara itu, Akbar, Adam, dan Surya yang duduk di meja sebelah, tampak asyik berbicara tentang hal-hal yang ringan. Akbar sering mencuri pandang ke arah Catherine, meskipun tidak ada yang tahu pasti apa yang ada di pikirannya. Dia merasa ada sesuatu yang harus diungkapkan, tetapi tidak tahu bagaimana caranya.

Catherine terus berusaha fokus pada percakapan dengan Naufal, meskipun ada perasaan aneh yang semakin kuat setiap kali Akbar meliriknya. Dia tidak bisa menyangkal bahwa dia merasa sedikit tersipu, walaupun perasaan itu belum sepenuhnya dia pahami.

Di satu sisi, Catherine merasa nyaman dengan Naufal yang selalu ada untuknya, selalu membuatnya merasa aman dan tenang. Namun, di sisi lain, ketertarikan Akbar yang mulai tampak jelas membuatnya sedikit bingung. "Apa yang sebenarnya dia rasakan?" pikirnya dalam hati, berusaha mencari jawaban dari sikap Akbar yang semakin mendekat.

Di saat jam istirahat ke 2, Catherine duduk bersama Naufal di taman sekolah, sambil berbincang santai. Mereka berdua sudah menjadi sahabat yang dekat sejak lama, dan Naufal selalu ada untuk mendukung Catherine, baik dalam suka maupun duka. Mereka sedang menikmati kebersamaan, terutama setelah hari-hari penuh ujian yang penuh tekanan.

Tiba-tiba, Akbar muncul di depan mereka dengan senyum lebar, membuat keduanya sedikit terkejut. Akbar, yang belakangan ini sering kali muncul di sekitar Catherine, kini terlihat lebih berani mendekat. "Hei, Cat! Lagi nongkrong sama Naufal ya?" katanya sambil melirik dengan gurauan.

Naufal yang selalu santai membalas dengan tawa ringan, "Ya, kita lagi ngobrol-ngobrol. Ada perlu apa, Akbar?"

Akbar cuma tertawa kecil, tampaknya tidak merasa canggung. "Nggak ada apa-apa kok, cuma mau ngajak ngobrol sebentar."

Catherine merasa sedikit canggung, namun dia berusaha tetap tenang. "Oh, iya. Ada apa, Akbar?" tanyanya.

Akbar mendekat sedikit, seolah tidak ingin terpisah terlalu jauh dari Catherine. "Sama Surya dan Adam, kami lagi ngobrol tentang hal-hal seru. Kalian tahu kan, nggak ada yang bisa lebih seru daripada ngobrol dengan teman-teman kita yang baik, terutama kalau kita bisa saling bercanda," Akbar berkata dengan nada bercanda, sambil melihat ke arah Surya dan Adam yang tampak tertawa di kejauhan.

Catherine merasa sedikit tidak nyaman. Meskipun Akbar terlihat baik-baik saja, ada sesuatu yang membuatnya merasa tidak enak. Keberadaan Naufal di dekatnya memberi sedikit rasa aman, tapi dia tahu Akbar mulai lebih sering datang dan mencoba berbicara dengannya, bahkan di saat-saat yang tampaknya tidak perlu.

Naufal, yang tampaknya melihat ketegangan di antara mereka, ikut campur dengan cara yang lucu. "Yah, Akbar, kamu terlalu sering nongkrong sama kita. Jangan sampai lupa sama teman-teman lain, ya!" katanya dengan senyuman lebar, sambil menepuk bahu Akbar.

Akbar tertawa, tampaknya sedikit melonggarkan suasana. "Hehe, iya, Naufal. Aku cuma iseng aja kok. Lagian, nggak ada salahnya kan kalau kita punya lebih banyak teman?"

Namun, Catherine merasa seperti ada sesuatu yang lebih dari sekadar pertemanan biasa. Seiring berjalannya waktu, dia mulai menyadari bahwa Akbar mungkin merasa lebih dari sekadar sekadar teman biasa, meskipun tidak ada yang secara eksplisit mengungkapkan perasaan itu.

Sementara itu, Surya dan Adam, yang sejak tadi mendengarkan percakapan mereka, terus tertawa bersama dengan geli. Mereka sering kali menggoda Akbar, meskipun mereka tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi antara Akbar dan Catherine. Surya, dengan sikap usilnya, sesekali menggoda Akbar dengan komentar lucu, membuat suasana semakin riuh.

Catherine hanya diam dan tertawa kecil. Ada ketakutan yang muncul dalam dirinya, ketakutan bahwa Akbar mungkin mulai melihatnya dengan cara yang berbeda, tapi dia masih bingung dengan perasaannya sendiri.

1
Catherine Nathania Simatupang
ralat ca, bab 10 jangan fokus ke flashback nya, kamu skip lanjut ke 11 itu sambungan dari bab 10, flashback bumbu"an itu, biar makin berwarna novel nya, di isi novel itu kayanya geh theresia ngatur privasi Akbar, ku buat lah flashback, biar ga jadi pertanyaan (emng theresia ngaturnya gimana) gitu, biar paham ya sayang ku💓
Catherine Nathania Simatupang: *katanya
total 1 replies
Catherine Nathania Simatupang
Hallo, aca, terimakasih atas kritikannya, kedepannya aku perbaiki ya, terimakasih 🙏
aca
ini mah bingung mana flasback mana episode selanjutnya
Catherine Nathania Simatupang
jih kemana aja kau🗿
Nadine Amelia
Cerita nya sangat bagus bgtt... ada byk pengajaran atau amanat yg di dapatkan dalam setiap bab serta alur cerita nya sangat menegangkan dan membuat para pembaca sangat penasaran. Great jobb utk authormya. Saya harap ke depannya novel ini dapat di terbitkan yaa ❤️❤️
Nadine Amelia
Wihh mantapp uyy hajar terus si theresia sampai malu dia 😆👏
Catherine Nathania Simatupang
brutal bae lu jen
Catherine Nathania Simatupang
akbar mauan🗿
Catherine Nathania Simatupang
mulai dah
Catherine Nathania Simatupang
Akbar geer dah:v
Catherine Nathania Simatupang
brutal uy
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!