Adisti sudah mengabdikan hidupnya pada sang suami. Namun, ternyata semua sia-sia. Kesetiaan yang selalu dia pegang teguh akhirnya dikhianati. Janji yang terucap begitu manis dari bibir Bryan—suaminya, ternyata hanya kepalsuan.
Yang lebih membuatnya terluka, orang-orang yang selama ini dia sayangi justru ikut dalam kebohongan sang suami.
Mampukah Adisti menjalani kehidupan rumah tangganya yang sudah tidak sehat dan penuh kepalsuan?
Ataukah memilih berpisah dan memulai hidupnya yang baru?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32. Pria dari masa lalu
Arsylla sedang duduk di sebuah restoran, menunggu seseorang yang sudah membuat janji dengannya. Namun, sudah setengah jam waktu terlewati tidak ada tanda-tanda orang itu akan datang. Hal tersebut tentu saja membuat dia kesal karena Arsylla sudah tidak sabar ingin bertemu dengan orang itu, orang yang sengaja dia hubungi tadi siang.
Suasana restoran mendadak hening, Arsylla yang penasaran pun mendongakkan kepala untuk melihat. Senyumnya seketika terbit saat menyadari siapa yang datang. Dia adalah Yasa, pria itu duduk di depan Arsylla dengan tatapan dingin, sementara asisten Yasa hanya diam berdiri di samping.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Arsylla dengan senyum yang dibuat semanis mungkin.
"Tidak perlu, katakan saja apa tujuanmu mengundangku ke sini?" tanyanya dengan nada dingin tanpa ingin berbasa-basi.
"Kenapa buru-buru? Masih banyak waktu, kita bisa menikmatinya dengan santai."
"Kalau kamu tidak ingin mengatakan tujuanmu, lebih baik aku sekarang pulang saja. Aku tidak ingin membuang waktuku dengan sia-sia. Waktuku sangatlah berharga," ucap pria yang bernama Yasa itu dan segera berdiri.
Namun, Arsylla lebih dulu mencegah. "Baiklah, aku akan mengatakan apa keinginanku," sahutnya dengan cepat dan itu membuat Yasa kembali duduk. "Apa kamu masih mengikuti kehidupan Adisti?"
Mendengar nama wanita yang dulu sangat dicintainya, sempat membuat Yasa menatap Arsylla dengan tajam, menunggu wanita itu melanjutkan kalimatnya. Dia akan sangat marah jika terjadi sesuatu yang buruk pada Adisti. Siapa pun orangnya harus berhadapan dengannya.
"Kenapa menatapku seperti itu? Aku hanya bertanya, apa kamu masih mengikuti perjalanan kehidupan Adisti atau sudah berhenti, sejak temanku itu memintamu untuk tidak mengganggunya?"
"Katakan saja dengan jelas, jangan berputar-putar," ucap Yasa dengan kesal terlihat wajahnya yang begitu memerah.
"Dulu aku sangat mencintaimu, apa pun aku lakukan untukmu asal kamu bisa menjadi milikku, tetapi saat aku sudah sampai di titik ini, kenapa sulit sekali untukmu bisa jatuh cinta padaku? Apa yang kurang dariku? Aku juga tidak kalah dari Adisti, apa pun yang wanita itu punya aku juga bisa memilikinya. Kenapa tidak sedikit pun kamu melihat ke arahku?" tanya Adisti dengan mata berkaca-kaca.
"Tanpa aku jelaskan pun kamu tentu tahu apa yang membedakan kamu dengan Adisti."
"Oh ya! Tapi aku tidak melihat kelebihan itu," sanggah Arsylla yang berusaha agar matanya kembali terang dan tidak menangis.
"Karena kamu terlalu sombong. Itu hanya satu alasan, belum yang lainnya. Jangan bilang kalau apa yang kamu lakukan ini bukan kekurangan karena aku melihatmu seperti itu. Belum lagi kekurangan-kekuranganmu yang lain, termasuk membohongi Adisti dengan membantu Bryan untuk mendapatkan cinta Adisti. Meskipun dengan kebohongan yang sudah kalian ciptakan."
Arsylla terdiam, tidak menyangka jika selama ini Yasa ternyata biasa mengetahui kelicikannya, tetapi kenapa pria itu tidak mengatakan kepada Adisti? Apa itu hanya sebuah kebohongan agar dirinya merasa takut.
"Kenapa? Kamu ragu kalau aku tahu? Aku sengaja tidak ingin menceritakan yang sebenarnya pada Adisti karena aku tidak mau dia kecewa terhadapmu. Kamu adalah sahabat yang paling dia percaya karena itu aku tidak ingin melukai perasaan Adisti. Aku yakin suatu hari nanti dia juga akan tahu kebenarannya sendiri. Namun, pada akhirnya aku salah karena Adisti tidak pernah tahu sampai detik ini, benar begitu, kan?"
Arsylla tertawa sinis, menatap pria yang ada di depannya. "Dia memang tidak pernah tahu mengenai hal itu, tapi Tuhan begitu baik padanya, hingga tahu kecuranganku yang lain."
"Maksudnya?" tanya Yasa dengan kening yang mengkerut. Apa pun tentang Adisti memang selalu membuatnya penasaran.
"Dia tahu bahwa aku mengkhianatinya dan sekarang pernikahannya dengan Bryan juga sedang di ambang kehancuran."
Yasa begitu terkejut mendengar berita itu. Sudah lama dia tidak mendengar berita tentang Adisti, karena wanita itu sendiri yang meminta dirinya agar tidak terlalu ikut campur dalam urusan kehidupannya. Pria itu juga menarik semua orang yang selama ini dia kirim untuk mengawasi Adisti. Namun, ternyata keputusannya salah. Terjadi sesuatu yang besar dalam hidup wanita itu dan Yasa sama sekali tidak tahu.
Dia pikir selama ini pernikahan Adisti dan Bryan baik-baik saja dan terlihat begitu bahagia. Tidak menyangka akan seperti ini. Jika Yasa tahu akhirnya akan begini, dia tidak akan pernah berhenti untuk mengawasi kehidupan Adisti. Pria itu akan selalu berada di samping wanita pujaan hatinya. Meskipun hanya kemarahan yang didapat, Yasa tidak peduli.
Kini menyesal juga tidak ada gunanya. Sekarang yang penting adalah bagaimana membuat semuanya kembali baik-baik saja. Akan pria itu lakukan apa pun agar bisa membuat Adisti kembali bahagia. Kali ini harus dirinya yang berada di sisi wanita itu. Dia tidak akan membiarkan siapa pun mendahuluinya seperti terdahulu.
"Apa ceritamu bisa dipercaya? Jangan-jangan kamu hanya berkata bohong dan mengarang cerita agar aku terlihat jelek di mata Adisti."
"Aku tidak seburuk itu. Aku memang dari dulu tidak menyukai Adisti, tapi apa yang aku katakan ini memang benar dan kamu tahu 'kan tidak ada yang gratis di dunia ini."
Yasa tersenyum mengejek, ternyata dari dulu Arsylla tidak pernah berubah. Apa pun yang dilakukan harus ada imbalannya. Berapa pun yang dimiliki wanita itu, tidak pernah ada rasa syukur yang terucap dari bibirnya.
"Aku akan memberimu berapa pun yang kamu mau, tapi jelaskan semuanya dengan detail apa yang terjadi pada Adisti."
"Sayangnya aku butuh yang jangka lama. Aku ingin kamu memberiku pekerjaan. Tentunya dengan gaji yang tinggi."
"Baiklah, biar nanti asistenku yang akan mengurus semuanya."
Akhirnya Arsylla pun menceritakan apa saja yang terjadi pada sahabatnya itu. Meskipun sebenarnya dalam hati yang paling dalam dia tidak ingin bercerita. Namun, semua terpaksa demi keluarganya. Ingin berkata bohong pada Yasa juga semua percuma, pasti pria itu akan mencari tahu yang sebenarnya dan saat itu tiba maka hidupnya tidak akan baik-baik saja jadi, lebih baik dia menceritakan semuanya.
Mengenai nanti bagaimana cara memisahkan Yasa dengan Adisti wanita itu bisa mengaturnya, yang penting saat ini keuangannya bisa kembali seperti dulu. Arsylla tidak ingin keluarganya tahu apa yang terjadi pada dirinya. Biarlah dirinya yang bekerja keras di sini asal keluarganya baik-baik saja.
"Apa ceritamu bisa dipercaya?"
"Kamu pria yang hebat, pasti mudah untukmu mencari tahu," sahut Arsylla yang cukup dimengerti oleh Yasa. Mereka cukup mengenal satu sama lain dari dulu jadi, pria itu cukup mengerti maksud mantan sahabatnya.
"Baiklah, nanti asistenku akan menghubungimu dan memberitahu kapan kamu bisa bekerja. Aku harus pergi, masih ada pekerjaan yang harus aku lakukan." Yasa berdiri, bersiap untuk pergi.
"Jangan lupa bayar makanan yang ada di meja, kamu tahu sendiri bagaimana kejamnya Adisti. Dia sudah membuatku tidak memiliki apa pun," ucap Arsylla sebelum pria itu pergi.
Yasa tersenyum devil, ternyata wanita pujaan hatinya tidak pernah berubah. Adisti akan membuat siapa pun benar-benar hancur jika berani bermain-main dengannya. Pria itu memberi kode pada asistennya agar membayar makanan yang ada di meja. Kalau perlu Arsylla juga bisa membawanya pulang, sementara Yasa sendiri sudah meninggalkan restoran dan berjalan menuju mobilnya.
Dia akan menunggu asistennya sampai selesai. Di dalam mobil Yasa memandangi foto Adisti saat mereka masih berteman dulu.
"Sudah lama kita tidak bertemu, sekarang bagaimana keadaanmu? Apa benar yang dikatakan Arsylla kalau kamu sudah berpisah dengan Bryan? Andai saja kamu tidak pernah melarangku untuk mengawasimu, pasti semua ini tidak akan terjadi, tapi aku senang kalau kamu baik-baik saja. Bahkan sekarang lebih hebat.
Rio—asisten Yasa—berdehem agar atasannya itu tahu bahwa dirinya sudah masuk ke mobil. Namun, sepertinya Yasa sama sekali tidak peduli dan terus memandangi ponselnya, membuat Rio menggelengkan kepala dan melajukan mobilnya menuju perusahaan. Asisten itu sangat tahu seberapa besar cinta Yasa pada Adisti karena dulu, dirinya juga yang selalu menerima perintah atasannya untuk mengurus segala keperluan Adisti, bahkan dari hal yang sangat kecil sekalipun. Terkadang dia juga kesal karena Yasa seperti laki-laki yang bod*h karena sebegitunya jatuh cinta. Padahal wanita itu sudah jelas-jelas memilih orang lain.
"Rio, segera kirim bunga mawar putih ke rumah Adisti. Pastikan keadaannya baik-baik saja," ucap Yasa tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Tuan, apa Anda percaya begitu saja dengan kata-kata Nona Arsylla? Bagaimana kalau dia berbohong?"
"Aku sudah sangat mengenalnya. Dia tidak akan berbohong untuk hal semacam ini, dia sangat tahu bagaimana aku akan bertindak jika dia sampai kedapatan berbohong."
Tidak ada kata-kata lagi yang keluar dari mulut Rio, nyatanya Yasa lebih mengenal Arsylla daripada dirinya. Lagi pula pekerjaannya hanya menuruti perintah atasannya saja.