Anyelir adalah salah satu nama apartemen mewah yang terletak di sudut kota metropolitan. Suatu hari terjadi pembunuhan pada seorang wanita muda yang tinggal di apartemen anyelir 01. Pembunuhnya hanya meninggalkan setangkai bunga anyelir putih di atas tubuh bersimbah darah itu.
Lisa Amelia Sitarus harus pergi kesana untuk menyelidiki tragedi yang terjadi karena sudah terlanjur terikat kontrak dengan wanita misterius yang ia ditemui di alun-alun kota. Tapi, pada kenyataan nya ia harus terjebak dalam permainan kematian yang diciptakan oleh sang dalang. Ia juga berkerjasama dengan pewaris kerajaan bisnis The farrow grup, Rafan syahdan Farrow.
Apa yang terjadi di apartemen tersebut? Dan permainan apakah yang harus mereka selesaikan? Yuk, ikutin kisahnya disini.
*
Cerita ini murni ide dari author mohon jangan melakukan plagiat. Yuk! sama-sama menghargai dalam berkarya.
follow juga ig aku : @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Lisa mengetuk-ngetuk lantai menggunakan ujung sepatu, sepasang tangannya memeluk erat tubuhnya. Diluar matahari bersinar dengan enggan, cuaca cukup dingin. Lisa menunggu Rafan berbicara, katanya ada yang hendak dia katakan, tapi sampai beberapa menit keduanya hanya duduk diam.
"Apa yang akan kamu katakan?" Tanya Lisa tidak tahan lagi. Daripada membuang waktu untuk berdiam diri, bukankah lebih baik mencari tahu siapa dalangnya dan menangkapnya untuk menyelamatkan diri? Lisa belum ingin mati muda. Hidupnya memang berantakan, tapi, dia masih punya banyak waktu untuk memperbaikinya. Lisa masih ingin hidup lebih lama, melihat kedua adiknya berhasil. Kalau dia mati disini, tidak akan ada yang membiayai hidup Jerry dan Hanya, Lisa tidak mau itu terjadi.
" Ini sangat penting, aku tidak bisa mengatakan di depan Tiara dan Hugo."Kata Rafan. Untung saja Tiara dan Hugo pergi ke dapur untuk memeriksa apakah ada bahan makanan disana, kalau kedua orang itu masih disini entah berapa lama Rafan akan bungkam.
"kenapa? kamu mencurigai mereka?" Tanya Lisa pelan, hampir berbisik.
"Belum sampai pada tahap curiga. Hanya saja... "
Janied yang tadi pergi keluar masuk kembali, berjalan melewati sisi kanan Rafan hingga pria itu kembali mengatupkan mulut. Pria arogan itu hanya melirik sekilas kemudian berlalu pergi ke lantai dua.
"Hanya saja kenapa hanya kita berdua yang harus mencari tahu dalangnya? apa alasannya? Kenapa kita? dua orang yang baru pindah ke Anyelir? Aku memang mengenal mereka secara sekilas. Tapi, bahkan bisa dikatakan aku tidak tahu apa-apa tentang mereka saat tinggal disana. Apa yang mereka lakukan, pesta bulanan itu. Kita berdua tidak tahu apa-apa, sa."Kata Rafan.
Mendengar itu otak Lisa yang tadinya buntu seakan menemukan pintu rahasia dan berhasil membukanya. Lisa sama seperti Rafan hanya orang baru. Ia pindah kesana setelah Aruna dibunuh, begitu pun Rafan yang pindah kesana dengan tujuan ingin mencaritahu siapa orang yang sudah meneror nya.
"Kamu memiliki pikiran yang sama denganku bukan?" Tanya Rafan.
"Jadi, kesimpulannya siapapun yang menjadi dalang ini ingin kita mencaritahu apa yang disembunyikan di Anyelir dan dengan begitu kita akan tahu siapa dalangnya,"Ucap Lisa menyimpulkan.
Rafan menjentikkan dua jarinya," Tepat sekali. Saat ini kita harus bekerjasama untuk mencari tahunya. Sebaiknya kita mulai dari ruang bawah tanah."
" Tapi, kita tidak tahu dimana pintunya."
" Ruangan Clarissa, pintunya pasti ada disana."Kata Rafan yakin.
Lisa melirik kearah pintu yang menjadi penghubung antara ruang tengah dan dapur, tidak ada tanda-tanda Tiara ataupun Hugo muncul disana, ia pun segera beranjak pergi bersama Rafan. Tujuan mereka sekarang adalah masuk kedalam ruangan Clarissa, mengikuti firasat Rafan yang mengatakan jalan menuju bawah tanah ada disana.
Keduanya bergerak cepat tanpa ketahuan oleh siapapun. Lisa membuka pintu sedikit, sebagai seorang pria jantan Rafan masuk lebih dulu. Damn! Mayat Clarissa masih ada disana, hanya saja beberapa bagian pada tubuh gadis itu sudah hilang atau mungkin di pindahkan ke tempat lain.
Jika dilihat lebih dekat, maka akan terlihat jelas kedua mata Clarissa hanya menyisakan rongga kosong, bunga Anyelir yang kemarin masih segar, sekarang sudah agak layu.
"Raf,"Lisa tanpa sadar menarik ujung baju Rafan, matanya meredup takut, "kamu yakin pintunya ada disini?"Bisiknya, tidak berani bersuara keras, takut mayat Clarissa terganggu dan marah kemudian mengejar mereka, padahal ia tahu itu tidak mungkin, tapi, tetap saja ia takut.
"Ya, satu-satunya ruangan yang dikatakan dalam rekaman tadi adalah ruangan ini. Aku yakin, dia menyuruh kita untuk datang kesini bukan hanya untuk melihat Clarissa, tapi untuk sesuatu yang lain. Dan menurutku, pintu menuju bawah tanah lah yang dimaksud."Jelas Rafan, dia bergerak cepat mengelilingi ruangan yang tidak terlalu besar itu, kamar mandi pun tidak luput darinya.
"Rekaman apa?"Tanya Lisa mengikuti Rafan.
Rafan melongokkan kepala kedalam bak mandi, air disana tersisa setengah, tidak menemukan apa yang dicari Rafan keluar kembali," Suara dari pengeras suara itu adalah rekaman."
"Darimana kamu tahu?"
" Karena orangnya ada diantara kita,"Rafan berdiri di dekat tempat tidur, berpikir keras dimana sebenarnya pintu itu?
" Sebaiknya kita cari di ruangan lain, Raf. Barangkali kita salah, kita sudah memeriksa setiap sudut ruangan ini dan tidak menemukan apa-apa."Kata Lisa.
Rafan tidak menjawab, ia memutar otak dengan cepat, lalu setelah diam agak lama mata Rafan membola. Dengan cepat Rafan berjongkok, memeriksa kolong tempat tidur.
Rafan tersenyum, dia melihatnya, disana ada lubang yang cukup untuk satu orang.
"Ada disini, sa. Aku akan masuk," Kata Rafan,
"Rafan, dibawah sana pasti gelap." Lisa merotasi kan matanya ke sekeliling ruangan, melihat ada beberapa lilin diatas kepala tempat tidur, dia bergerak kesana dan mengambilnya lalu memberikan pada Rafan setelah menyalakan menggunkan korek api.
Sedikit aneh sebenarnya kenapa ada lilin dan korek disini. Seolah memang sengaja disiapkan untuk siapapun yang akan pergi ke bawah tanah.
"Tetap di belakangku, jangan bergerak sendirian." Kata Rafan mulai turun kebawah, cahaya dari lilin yang tidak seberapa tidak mampu mencakupi sampai ke bawah sana, jadi Rafan belum bisa melihat seperti apa di bawahnya. Dia bergerak dengan hati-hati.
Lisa mengikuti dari belakang dengan sekujur tubuh merinding. Bagaimna tidak merinding, jika diatas nya sekarang ada mayat Clarissa.
Tepat setelah Rafan dan Lisa menghilang masuk kebawah tanah, Prisha muncul di ambang pintu. Wanita cantik itu melangkah anggun ke dekat tempat tidur, diperhatikan dengan seksama wajah cantik Clarissa yang terlihat seram dengan rongga mata kosong.
" Kenapa kamu berakhir seperti ini, Rissa? Apakah mereka yang melakukannya?"
...***...
Like, komen dan subscribe yaa..