Delvia tak pernah menyangka, semua kebaikan Dikta Diwangkara akan menjadi belenggu baginya. Pria yang telah menjadi adik iparnya itu justru menyimpan perasaan terlarang padanya. Delvia mencoba abai, namun Dikta semakin berani menunjukkan rasa cintanya. Suatu hari, Wira Diwangkara yang merupakan suami Delvia mengetahui perasaan adiknya pada sang istri. Perselisihan kakak beradik itupun tak terhindarkan. Namun karena suatu alasan, Dikta berpura-pura telah melupakan Delvia dan membayar seorang wanita untuk menjadi kekasihnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astuty Nuraeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecewa akan ekspetasi sendiri
Benar atau tidak, Delvia mencoba akan ucapan Sari mengenai Dikta mengawasinya semalaman. Meski mengetahui jika Dikta menyukainya, namun Delvia tak terlalu yakin Dikta akan melakukan hal sekonyol itu, rela tidur di dalam mobil demi mengawasinya dari luar butik.
Saat jam makan siang, Delvia menyempatkan pulang ke rumah mamanya. Selain karena ingin mengambil beberapa barang, Delvia juga takut kalau Maya mencemaskannya karena semalam dia tidak pulang. "Aku pulang mah," ucap Delvia seraya menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Maya yang saat itu berada di kamar segera keluar setelah mendengar suara putrinya. "Kenapa pulang kesini lagi?" tanyanya dengan tatapan yang tampak kecewa karena Delvia kembali pulang ke rumahnya.
"Kenapa?" ulang Delvia dengan perasaan getir. Apa yang ada di pikirannya ternyata salah karena Maya sama sekali tak mencemaskannya. Bahkan Maya tidak peduli dan tidak ingin tahu meski semalam dia menginap di butik. "Ada barang yang tertinggal," sambungnya.
"Jangan terlalu lama menginap di sini, taku..."
"Aku tidak akan menginap di sini lagi!" potong Delvia dengan tegas sebelum Maya merampungkan kalimatnya. Terkadang Delvia merasa pengorbanannya terkesan sia-sia dengan sikap Maya yang begitu kejam kepadanya dan Erika. Setelah mengambil barang yang tertinggal, Delvia segera meninggalkan rumah yang dia pikir menjadi satu-satunya tempat untuk pulang. Kini Delvia sadar jika dia benar-benar tidak memiliki tempat untuk kembali. Sampai Wira kembali, Delvia memutuskan untuk tinggal di butik. Untuk saat ini butik menjadi tempat ternyaman meski keamanannya tidak terlalu terjamin.
Langit mulai gelap saat satu persatu karyawan Mayuri Attire meninggalkan tempat kerja mereka. Kini hanya tersisa Sari dan Mayuri, keduanya sedang merampungkan desain baju seragam untuk client.
"Akhirnya selesai juga," ucap Sari seraya merenggangkan otot tangannya yang kaku karena seharian berjibaku dengan pekerjaan.
Delvia tersenyum, lalu menepuk pundak Sari. "Kerja bagus. Maaf ya, di hari pertamamu sudah harus lembur!"
"Tidak perlu minta maaf, semua ini kan bagian dari tugasku. Lagi pula aku menyukai pekerjaanku dan aku suka bekerja denganmu," jawab Sari penuh semangat.
"Aku juga senang bisa bekerja sama denganmu Sar," ungkap Delvia jujur. Kepribadian Sari yang ceria seolah melunarkan kebahagiaan padanya. "Sudah malam, kamu harus pulang. Besok jangan telat ya!"
"Siap bos," Sari mengemasi beberapa barangnya dan bersiap untuk pulang. Namun dia sedikit curiga karena Delvia sama sekali tak berbenah meski pekerjaan mereka telah selesai. "Kamu tidak pulang?" tanyanya memastikan.
"Nanti, ada beberapa hal yang harus aku kerjakan," jawab Delvia bohong, dia tidak mungkin mengaku jika sementara waktu dia akan tinggal di butik.
"Ya sudah, aku pulang dulu ya. Jangan terlalu malam pulangnya. Oh ya, jangan lupa kunci pintunya dari dalam."
"Iya iya. Cepat sana pulang, hati-hati di jalan ya!"
Kini Delvia benar-benar sendiri, di ruangan yang cukup luas itu dia kembali merasa kesepian. Tidak ada waktu untuk mengeluh, lebih baik waktunya dia gunakan untuk merampungkan pekerjaan yang lain. Namun karena lapar, konsentrasi Delvia jadi terpecah. Sepertinya Delvia harus keluar membeli makanan dan beberapa snack untuk menemaninya lembur.
Delvia baru saja keluar dari butik saat seorang kurir pesan antar datang ke butiknya. Delvia menatap kurir itu penuh tanya, mungkinkah karena terlalu lapar sampai Delvia lupa telah memesan makanan secara online.
"Delvia Mayuri?" pertanyaan kurir itu menyadarkan lamunan Delvia.
"Ya."
"Pesanan anda," kurir itu menyerahkan papper bag berisi makanan.
"Tapi saya tidak memesannya mas," Delvia menolak pesanan tersebut.
"Tapi di sini tertulis nama anda," jawab kurir seraya memeriksa nama pemesan beserta alamat.
Ting...
Di saat yang sama, Delvia menerima pesan masuk. Lagi-lagi pesan dari Dikta. "Di dekat rumah sakit ada restoran jepang yang baru buka. Kali ini Bagas yang membelikannya!"
"Ah, teman saya yang memesan rupanya. Terima kasih," Delvia akhirnya menerima makanan tersebut setelah menerima pesan dari Dikta.
Delvia menghela nafas panjang, dia menatap beberapa kotak makanan berisi Sushi, dan lagi-lagi makanan yang datang adalah menu favoritnya. Delvia meraih ponselnya, dia berniat mengirim pesan kepada Dikta. "Boleh minta nomor mas Bagas, aku ingin mengucapkan terima kasih padanya!"
"Tentu!"
Tak lama kemudian Dikta mengirim nomor Bagas. Dan untuk memastikan jika makanan tersebut Bagas yang membelikannya, Delvia langsung menghubungi Bagas untuk konfirmasi.
"Hallo, Bagas di sini," ucap Bagas begitu panggilan tersambung.
"Hallo mas Bagas, ini Delvia," sahut Delvia.
"Oh, Mbak Delvia," suara Bagas terdengar kaget, mungkin karena tiba-tiba Delvia menghubunginya. "Ada apa ya mbak?"
"Terima kasih kiriman makanannya mas, maaf jadi merepotkan!"
"Kiri... Auww," Ucapan Bagas terpotong lalu pria itu mengaduh kesakitan.
"Ada apa mas?" tanya Delvia cemas.
"Ah tidak ada apa-apa. Tadi ada semut yang menggigit pinggangku," kilah Bagas.
"Semut?" batin Delvia ragu. Kira-kira semut sebesar apa yang gigitannya membuat seorang pria dewasa mengaduh kesakitan.
Dan semut yang Bagas maksud adalah Dikta Diwangkara. Mereka sedang bersama saat Delvia tiba-tiba menghubungi Bagas. Setelah panggilan Delvia berakhir, Bagas menatap sahabatnya menuntut sebuah penjelasan. "Jelaskan semua ini Dikta Diwangkara?"
"Aku mengirim makanan atas namamu," jelas Dikta sesingkat mungkin. Setelah memberi penjelasan singkat, Dikta beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Bagas tanpa pamit.
"Kamu mau kemana?" tanya Bagas sambil berteriak.
"Camping!"
"Camping? Dimana?"
"Di dalam mobil!"
Ry dukung Dikta tunggu jandanya Delvi
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada buat Dy
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Dikta yg sll ada bersamanya bkn suaminya
Lagian suaminya sibuk selingkuh sesama jenis
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Suami mana peduli
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Devi di datangi pelakor yg merebut ayah nya lagi
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
jangan sampai Dikta terjerat oleh Hera
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan
Om Ocong Vs Mbak Kunti ngasih iklan