Danu Alfaendra, pria matang yang sudah berusia 30 tahun itu tidak terima jika adik tirinya harus menikah terlebih dahulu, sehingga selama dua tahun lamanya dia mengencani banyak wanita, dimulai ada yang berprofesi menjadi dokter, model, pengacara, dan berbagai macam profesi lainnya. Namun, tak ada yang membuatnya jatuh cinta.
Para wanita selalu memanggilnya playboy cap nanggung, karena Danu tidak berani meniduri para wanitanya, mungkin karena Danu ingin memberikan keperjakaannya untuk wanita yang dia cintai suatu saat nanti.
Danu adalah seorang pria pekerja keras, dia memiliki keahlian sebagai hacker dan bergabung dengan seorang detektif di The Darkness, selain itu dia juga pemilik salah satu restoran mewah di ibu kota.
Namun, malam itu tiba-tiba keperjakaannya direnggut oleh seorang wanita karena pengaruh obat perangsang. Haruskah dia meminta pertanggungjawaban dari wanita itu? Karena wanita itu adalah adik tirinya. Atau lebih baik dia mencari wanita lain sebagai belahan jiwanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Tangan Danu turun ke bawah, menyelinap masuk ke dalam kain yang teramat tipis berwarna merah, sehingga Danu dapat merasakan bagaimana lembutnya ketika dia menyentuh sesuatu yang dinamakan surga dunia bagi seorang pria.
Mata Maura terbelalak merasakan jemari Danu menyentuh miliknya, sehingga dia sedikit tersadar dengan status mereka adalah saudara tiri, terlebih dia sebentar lagi akan menikah dengan Ernando. Pikirannya berperang, dia ingin menolak akan tetapi dia merasakan tubuhnya berdesir hebat ketika jemari Danu bergerak lembut, memaju mundurkan jemarinya, bahkan memainkan bagian yang paling sensitif dibawah sana.
"Kak... jangan!"
Maura ingin memprotes, tapi gerakan jemari dibawah sana membuatnya gila, bahkan suara Maura tak terdengar sebagai suara penolakan, suara Maura begitu indah mendayu-dayu.
"Ahh... kak... berhenti..."
Maura mengencangkan pegangannya pada lengan Danu saat merasakan jemari Danu semakin gencar bergerak dibawah sana, nafas wanita itu tersengal-sengal terdengar begitu indah dan sangat seksi, membuat gairah Danu semakin tak terkendali.
Danu memainkan lidahnya di dada Maura, menjilatinya kemudian menghisapnya dengan kuat, tubuh Maura melengkung ke atas merasakan sensasi teramat aneh yang Maura rasakan malam ini, apa yang dilakukan Danu pada dada dan area intinya begitu menggelitiknya tapi menciptakan sensasi nikmat yang belum pernah dia rasakan.
"Ahhh kak... Dan..nhu..."
Danu tersenyum smrik, walaupun Maura sedang mabuk tapi wanita itu tidak salah memanggil namanya. Ya, pria yang sedang bersamanya malam ini adalah Danu, kakak tirinya. Bukan Ernando, calon suaminya.
Danu sudah tidak bisa menahan diri lagi, dia akan gila malam ini jika terus menahan hasrat yang dia rasakan kepada Maura, yang sudah dia tahan sebisa mungkin, tapi malam ini dia tak mampu lagi untuk membendungnya, malam ini pertahanannya benar-benar runtuh, sehingga dia benar-benar lupa dengan statusnya sebagai saudara tiri Maura. Dia sangat menginginkan wanita itu menjadi milik nya malam ini, memuja semua keindahan tubuh wanita tersebut.
Tubuh Maura menggelinjang hebat, seakan merasakan ada yang mendesak ingin tumpah dibawah perutnya, dia semakin kuat mencengkram lengan Danu yang masih gencar menggerakkan jemarinya dibawah perutnya. Gerakan jemari Danu sungguh membuat Maura menggila.
Danu menjilat pu ting dengan dengan liukan berkali-kali, dan mengitarinya dengan lidah. Padahal dia bukanlah seorang pemain, tapi hanya mengikuti nalurinya sebagai seorang pria untuk memuaskan lawan mainnya malam ini.
Des-ahan Muara terdengar semakin sering, nafas yang memberat dan dadanya naik turun. Tubuh Maura bagaikan tersengat listrik, merasakan ada yang tumpah dibawah perutnya.
"Keluarkan, Maura!" bisik Danu.
Suara pria itu begitu seksi, membuat Maura berteriak semakin menjadi-jadi, dia mencengkeram seprai dengan kuat merasakan sensasi yang luar biasa ketika miliknya kini telah benar-benar basah. Dia telah mencapai kepuasannya.
"Ahhh... ahhh.... ahhh!"
Maura memeluk erat kepala Danu yang kini sedang melahap dengan rakus buah melonnya. Semua sentuhan yang Danu lakukan kepada tubuhnya membuat Maura mendes-ah dan mendes-ah lagi.
Sejenak mereka berdua melupakan status mereka sebagai saudara tiri malam ini, hasrat dan gairah telah merobohkan akal sehat mereka, yang mereka dambakan adalah memandu kasih saling berbagi peluh keringat diatas ranjang dengan penuh cinta.
Bahkan kini mereka saling menautkan bibir, sementara tangan Danu berkelana memuja disetiap lekuk keindahan tubuh wanita yang akhir-akhir ini telah membuatnya susah tidur dan tidak berselera makan, karena hanya Maura dan Maura yang ada di dalam pikirannya.
