Pewaris Yang Sebenarnya

Pewaris Yang Sebenarnya

Kembali Dikhianati

Waktu itu, pukul 10 malam, di salah satu sudut sebuah kota, nampak seorang pria, menatap nanar ke satu arah.

Dari sorot matanya, tergambar jelas amarah yang makin membara serta rasa kecewa yang begitu besar, sampai dia menahan titik air yang hendak keluar dari sudut matanya.

"Rik."

Pria itu menoleh, menatap temannya yang duduk di jok belakang.

"Aku akan samperin mereka, Jo."

Pria yang akrab dipanggil Erik itu turun dari motor bututnya. Begitu juga temannya yang akrab dipanggil Jojo. Erik segera melangkah, menuju sebuah kafe yang sedari tadi dia perhatikan dan Jojo mengikutinya dari belakang.

"Jadi, ini yang kamu lakukan setiap pulang kerja," ucap Erik pada seorang wanita yang nampak asyik berbincang dengan seorang pria.

Wanita itu menoleh dan sudah pasti, dia langsung terkejut. "Erik?"

"Kenapa? Kaget? Aku tahu kamu ada di sini?" Erik melangkah, lalu duduk di kursi yang terletak di seberang meja wanita itu.

"Siapa dia, Ken?" tanya pria yang duduk bersama wanita itu.

"Bukan siapa-siapa," jawab si wanita nampak begitu tenang. "Kamu bisa pergi sejenak? Aku ingin ngobrol sebentar sama dia."

Pria itu mengangguk. Meski dari raut wajahnya terlihat sangat keberatan, tapi dia tahu apa yang sedang terjadi pada dua orang itu. Pria itupun menyingkir sejenak, duduk di tempat lain.

Mata Erik melebar, mendengar jawaban wanita tersebut. "Bukan siapa-siapa?" tanya Erik memastikan.

Rongga dadanya sangat bergemuruh. Ingin rasanya Erik meluapkan amarahnya saat itu juga. Namun dia berusaha menahannya karena merasa tidak enak jika melampiaskan emosinya.

"Terus, kamu ingin aku jawab apa? Kekasihku? Cih!" wanita itu malah melempar pertanyaan yang semakin membuat dada Erik begitu sesak.

"Jika kamu ingin aku menganggap kamu orang spesial, tunjukan kepadaku, apa yang spesial dari kamu?"

Erik terbungkam. Semua kata yang ingin dia luapkan, seakan berhenti di tengah tenggorokan. Hanya tatapan tajam penuh amarah, melihat sikap wanita yang dia cintai sepenuh hati, sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalahnya.

"Kamu mau marah, silahkan. Tapi bukankah kamu tahu, apa yang aku bicarakan itu fakta? Oke, di awal hubungan kita, memang, aku sangat mencintai kamu. Tapi semakin ke sini, aku sadar, aku harus memakai logikaku, Rik. Aku tidak bisa mengandalkanmu untuk meraih masa depan yang lebih baik. Kita terlalu banyak perbedaan, Rik. Lagian, kamu tahu sendiri, orang tuaku nggak pernah merestui hubungan kita. Aku sadar, ucapan mereka memang benar. Aku nggak mau hidup miskin, Rik."

Erik masih terbungkam. Dia memang miskin, tapi dia tidak menyangka, Niken, wanita yang di awal hubungan, mengatakan, akan menerima Erik apa adanya dan mau menemaninya berjuang dari nol, ternyata ujung-ujungnya sama saja seperti mantan Erik yang lainnya.

"Tapi setidaknya, aku sedang berjuang, Ken. Apa kamu tidak melihat perjuanganku?" Kali ini, Erik membuka suaranya.

"Hahaha..." tawa Niken terkesan sangat mengejek. "Hanya mengandalkan gajimu yang tidak seberapa dari seorang OB, mana kenyang?"

Niken mengangkat gelas kopi yang ada di hadapannya. "Apa kamu pernah, selama dua bulan kita jalan, membelikanku kopi ini? Nggak kan?"

Erik kembali terbungkam. Dia memang tidak bisa membantah ucapan Niken.

"Sorry, Rik, detik ini juga, kita putus. Anggap aja, kita tidak pernah saling kenal, mengerti?" Niken bangkit dan meninggalkan Erik yang masih terdiam. Erik hanya menatap Niken yang berlalu dengan kekasih barunya tanpa ada niat untuk mencegahnya.

"Rik," Jojo yang sedari tadi mengawasi dari tempat lain, langsung mendekati sahabatnya.

"Gimana? Kenapa kamu malah kebanyakan diam? Harusnya kamu maki dia dong?" Jojo malah kesal dengan sikap Erik yang dinilai kurang tegas.

"Buat apa?" Balas Erik sampai membuat sahabatnya terkejut.

"Buat apa?" Jojo mengulang pertanyaan Erik. "Kamu bilang buat apa, Rik? Astaga!" Jojo semakin tak percaya dengan sikap sahabatnya.

Erik pun tersenyum. "Sudahlah, mending kita pulang," Erik bangkit dari duduknya dan melangkah, meninggalkan sahabatnya dalam terbalut dalam rasa heran.

"Tadi aja kaya orang mau ngamuk. Giliran udah di depan mata, malah diam kaya pengecut," gerutu Jojo, lalu dia segera menyusul sahabatnya.

Emosi, tentu, Erik sangat emosi. Namun, Erik sadar, saat ini dia sedang tidak beruntung. Erik selalu mendapatkan wanita yang hanya manis diawal saja.

"Kita nongkrong dulu?" tanya Jojo, satu-satunya sahabat yang selalu berada di sisi Erik dalam keadaan apapun.

Mungkin karena memiliki nasib yang sama, dua pria itu seakan saling mengerti kesusahan masing-masing. Mereka memang belum lama menjadi teman dekat. Kedekatan mereka berawal karena Erik menolong Jojo dari insiden pembulian di tempat kerja.

"Nggak lah, males aku."

"Baiklah."

Kali ini giliran Jojo yang memegang kendali motornya.

####

Keesokan harinya, seperti biasa, Jojo dan Erik bersiap untuk menjalankan tugasnya sebagai office boy. Mereka sudah mendapat jadwal, bagian kantor mana yang harus mereka bersihkan.

"Erik," panggil kepala bagian yang mengurusi para pekerja kebersihan.

"Iya, Tuan," jawab Erik patuh.

"Karena ini pertama kalinya kamu mendapat tugas membersihkan ruangan presdir, saya harap kamu melakukannya dengan baik."

"Baik, Tuan, saya akan berusaha menjalankan tugas saya sebaik mungkin."

"Oke, saya pegang kata katamu," ucap pria berusia 40 tahun tersebut.

"Baik, Tuan, kalau begitu, saya permisi."

Erik pun bergegas pergi dengan segala peralatan yang akan dia gunakan. Erik tak peduli dengan beberapa rekan kerjanya, yang memandang sinis kepadanya. Dia berlalu begitu saja, meski dia tahu, sedang ditatap penuh kebencian oleh orang-orang itu.

"Kita harus secepatnya bergerak, Bos. Biar tu anak tahu, siapa kita sebenarnya."

"Tenang saja. Hari ini, juga kita bergerak, kalian tahu kan, apa yang harus kalian lakukan?"

"Tahu, dong!"

"Sip! Ya udah, mari kita lakukan sekarang, selagi kantor masih sepi."

Ketiga orang itu serentak tertawa sembari terus menatap kepergian Erik.

Tak butuh waktu lama, Erik kini sudah berada di lantai paling tinggi gedung tempat kerjanya. Dengan dada berdebar lebih kencang, Erik memasuki satu-satunya ruang kerja yang ada di lantai tersebut.

"Wahh!"

Kagum, itulah ekpresi yang keluar dari wajah Erik, kala sudah berada di dalam ruangan pemilik perusahaan.

"Ruang kerja yang keren," gumamnya.

Erik tahu, sang pemilik perusahaan biasa berada di kantor sekitar pukul delapan. Sedangkan pekerjaannya harus selesai pukul tujuh lebih tiga puluh menit. Erik segera menjalankan tugasnya sembari memperhatikan setiap detail ruang tersebut.

"Loh, ini kan?" ucap Erik kala dia sedang membersihkan meja kerja sang presdir. matanya menangkap sebuah cincin. "Kenapa, bentuknya sama seperti punyaku?"

Erik pun segera mengeluarkan kalung yang dia gunakan. "Tu kan sama persis?"

Erik mengambil cincin tersebut dan membandingkannya dengan cincin yang berada di kalungnya.

"Apa yang kamu lakukan di sana! Hah!"

Tiba-tiba sebuah suara menggelegar, membuat Erik terperanjat.

Terpopuler

Comments

Yurika23

Yurika23

mampir ya Thor...

2024-12-15

0

Nur Yanti

Nur Yanti

mantap

2024-12-14

0

tiaraalwiofficial

tiaraalwiofficial

toooooooop

2024-12-06

0

lihat semua
Episodes
1 Kembali Dikhianati
2 Hari Yang Sial
3 Sikap Tak Biasa
4 Mencari Informasi
5 Sebuah Fakta
6 Cerita Masa Silam
7 Hinaan Yang Sering Datang
8 Niat Erik
9 Sebuah Bukti
10 Dua Anak Yang Lain?
11 Penjelasan Castilo
12 Jam Makan Siang
13 Kebersamaan Yang Dirindukan
14 Gempar
15 Ketika Malam Menjelang
16 Membungkam Dengan Elegan
17 Setelah Kejadian
18 Hari Berikutnya
19 Hari Yang Di Nanti
20 Ketika Acara Dimulai
21 Ketika Acara Berlangsung
22 Mengungkap Rahasia
23 Kejutan
24 Acara Santai
25 Sikap Yang Berbeda
26 Melepas Penat
27 Sebuah Gosip
28 Satu Lawan Dua
29 Rasa Kecewa Dan Sesal
30 Konspirasi
31 Melepas Penat
32 Dihadang Mantan
33 Tak Berkutik
34 Sebuah Cerita
35 Masa Lalu Erik
36 Persiapan Ke Kantor
37 Kakek Yang Meresahkan
38 Tuntutan Karir
39 Tidak Ada Bedanya
40 Teka Teki Naura
41 Masih Gaduh
42 Keceplosan
43 Keputusan Mutlak
44 Menjelang Petang
45 Godaan
46 Di Kediaman Alex
47 Masih Di Rumah Alex
48 Kembali Ke Kantor
49 Insiden?
50 Mungkinkah?
51 Rasa Curiga
52 Mengungkap Fakta
53 Terinsipirasi
54 Nasib Mereka
55 Masih Di Kediaman Erik
56 Semua Menginginkan Erik
57 Libur Kerja
58 Menikmati Hari Libur
59 Aksi Penggoda
60 Modus
61 Dalam Perjalanan Pendekatan
62 Kencan Tanpa Ikatan
63 Diganggu Lagi
64 Menggali Informasi
65 Masih Menikmati Waktu Berdua
66 Viral Lagi
67 Sebuah Keputusan
68 Rasa Penasaran
69 Kembali Ke Kantor
70 Konferensi Pers
71 Naura Yang Sebenarnya
72 Tak terduga
73 Sebuah Siasat
74 Kecurigaan Namira
75 Yang Sebenarnya
76 Berpacu dengan Pengganggu
77 Mengecoh Pengganggu
78 Lolos Dari Pengganggu
79 Adu Sandiwara
80 Masih Adu Sandiwara
81 Misi Berikutnya
82 Genting
83 Jalan Keluar
84 Menangkap Target
85 Akhir Dari Perjuangan
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Kembali Dikhianati
2
Hari Yang Sial
3
Sikap Tak Biasa
4
Mencari Informasi
5
Sebuah Fakta
6
Cerita Masa Silam
7
Hinaan Yang Sering Datang
8
Niat Erik
9
Sebuah Bukti
10
Dua Anak Yang Lain?
11
Penjelasan Castilo
12
Jam Makan Siang
13
Kebersamaan Yang Dirindukan
14
Gempar
15
Ketika Malam Menjelang
16
Membungkam Dengan Elegan
17
Setelah Kejadian
18
Hari Berikutnya
19
Hari Yang Di Nanti
20
Ketika Acara Dimulai
21
Ketika Acara Berlangsung
22
Mengungkap Rahasia
23
Kejutan
24
Acara Santai
25
Sikap Yang Berbeda
26
Melepas Penat
27
Sebuah Gosip
28
Satu Lawan Dua
29
Rasa Kecewa Dan Sesal
30
Konspirasi
31
Melepas Penat
32
Dihadang Mantan
33
Tak Berkutik
34
Sebuah Cerita
35
Masa Lalu Erik
36
Persiapan Ke Kantor
37
Kakek Yang Meresahkan
38
Tuntutan Karir
39
Tidak Ada Bedanya
40
Teka Teki Naura
41
Masih Gaduh
42
Keceplosan
43
Keputusan Mutlak
44
Menjelang Petang
45
Godaan
46
Di Kediaman Alex
47
Masih Di Rumah Alex
48
Kembali Ke Kantor
49
Insiden?
50
Mungkinkah?
51
Rasa Curiga
52
Mengungkap Fakta
53
Terinsipirasi
54
Nasib Mereka
55
Masih Di Kediaman Erik
56
Semua Menginginkan Erik
57
Libur Kerja
58
Menikmati Hari Libur
59
Aksi Penggoda
60
Modus
61
Dalam Perjalanan Pendekatan
62
Kencan Tanpa Ikatan
63
Diganggu Lagi
64
Menggali Informasi
65
Masih Menikmati Waktu Berdua
66
Viral Lagi
67
Sebuah Keputusan
68
Rasa Penasaran
69
Kembali Ke Kantor
70
Konferensi Pers
71
Naura Yang Sebenarnya
72
Tak terduga
73
Sebuah Siasat
74
Kecurigaan Namira
75
Yang Sebenarnya
76
Berpacu dengan Pengganggu
77
Mengecoh Pengganggu
78
Lolos Dari Pengganggu
79
Adu Sandiwara
80
Masih Adu Sandiwara
81
Misi Berikutnya
82
Genting
83
Jalan Keluar
84
Menangkap Target
85
Akhir Dari Perjuangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!