Viona merasa heran dengan perubahan sikap suaminya yang bernama Bara. Yang awalnya perhatian dan romantis tapi kini dia berubah menjadi dingin dan cuek. Dia juga jarang menyentuhnya dengan alasan capek setelah seharian kerja di kantor. Di tengah- tengah kegundahan dan kegelisahan hatinya, sang adik ipar yang bernama Brian, pemuda tampan yang tampilannya selalu mempesona masuk ke dalam kehidupan viona dan mengisi hari- harinya yang hampa. Akankah hati Viona akan tergoda dengan adik ipar dan menjalin hubungan terlarang sengannya karena merasa diabaikan oleh sang suami....?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Ada saja gangguannya
Setelah selesai makan malam, Brian membawa Viona kembali ke apartementnya. Iya, Brian meminta Viona agar tinggal di apartemennya saja. Viona pun mengikuti saran Brian karena dia sendiri tidak tahu harus tinggal di mana lagi. Kembali pulang ke rumah Bara pun tidak akan mungkin karena dia sudah berencana akan bercerai dari Bara. Sedangkan pulang ke rumah orang tuanya pun dia tidak mau karena dia terlanjur kecewa dengan mereka karena mereka seolah berpihak pada Bara dan Karin yang sudah jelas - jelas mengkhianatinya.
"Brian, apa aku tidak merepotkanmu kalau aku terus tinggal di apartemenmu...?" tanya Viona yang sedang duduk di tempat tidur berhadapan dengan Brian.
"Tentu saja tidak, aku malah senang kalau kak Viona tinggal di sini..." jawab Brian sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga Viona.
Viona pun tersenyum pada Brian, dia merasa tenang ada Brian yang begitu perduli dengannnya. Tiba- tiba ponsel Brian berdering. Brian segera mengangkat panggilan dari sang mama.
"Aku angkat telpon dulu ya..." ucap Brian pada Viona. Viona pun mengangguk.
"Hallo mah..." ucap Brian.
"Brian kamu di mana...? Sejak kemarin mama lihat kau tidak pulang ke rumah...?" tanya nyonya Rita.
"Aku di apartemen Angga mah, ada apa...?" sahut Brian.
"Besok pagi kamu harus pulang, kakakmu Bara akan melangsungkan pernikahan dengan Karin. Seluruh keluarga harus kumpul...." ucap nyonya Rika.
"Iya mah, besok Aku pulang..." jawab Brian.
Sambungan telpon pun berakhir. Setelah selesai menerima telpon dari sang mama, Brian menatap wajah Viona dengan lekat. Ada perasaan tidak tega di hati Brian pada kakak iparnya itu. Viona pasti akan sedih mendengar kabar kalau sang suami akan menikah lagi dengan adiknya sendiri besok. Walaupun dia tahu kalau mereka memang akan menikah.
"Kenapa kamu melihatku seperti itu Brian...?" tanya Viona yang sedikit salah tingkah ditatap oleh Brian.
Brian hanya tersenyum tipis saja pada Viona.
"Tadi yang telpon kamu siapa...? Sepertinya kamu disuruh pulang...?" tanya Viona.
"Iya, tadi mama yang telpon..." jawab Brian.
"Tapi kenapa tadi kamu bilang kamu lagi ada di apartemen Angga, kemarin kamu bilang ini apartemen kamu...."tanya Viona.
"Iya, aku memang nggak ngasih tahu mereka kalau aku punya apartemen, di sini..." jawab Brian.
"Kenapa...? Apa jangan- jangan kamu beli apartemen ini pake uang korupsi di perusahaan...?" tanya Viona.
Bara pun tertawa sambil mencubit pelan hidung Viona.
"Ih...Brian..." rengek Viona.
"Kak..." ucap Brian.
"Hem..." jawab Viona.
"Kata mamah, kak Brian sama Karin akan menikah besok...." ucap Brian. Viona menatap wajah Brian.
"Oya..? Bagus lah memang seharusnya mereka segera menikah sebelum perut Karin membesar....'' sahut Viona sambil menundukkan kepala.
Brian jelas melihat ada kesedihan yang mendalam di hati kakak iparnya tersebut. Bagaimana Viona tidak sedih, dia sudah hampir tiga tahun menjadi istri Bara. Kehidupan mereka selama ini baik- baik saja walapun sang mertua terus saja bertanya kapan dia akan hamil. Tapi baik Viona maupun Bara tetap bersabar menantikan saat itu tiba. Iya walapun Viona tahu sang suami juga sangat menginginkan kehadiran anak.
Tapi beberapa bulan belakang sikap Bara mulai berubah dan dalam waktu singkat Viona memergoki Bara selingkuh dengan adik kandungnya sendiri sampai dia hamil. Dan sekarang dia harus mendengar kalau suaminya akan menikahi Karin. Hati siapa yang tidak akan hancur menerima semua ini.
"Kakak baik- baik aja...?" tanya Brian.
Viona mengangkat kepalanya menghadap Brian,kemudian dia mengangguk - anggukkan kepalanya tapi di sisi lain air matanya mengalir di kedua pipinya. Brian lalu mengusap air mata di pipi Viona.
"Brian..." ucao Viona.
"Ada apa kak...?" tanya Brian.
"Apa kau mau membantuku....?" tanya Viona.
"Bantu apa kak...?" tanya Brian.
"Aku ingin segera menggugat cerai mas Bara..." jawab Viona.
"Kakak sudah yakin ingin bercerai dari kak Bara...?" tanya Brian.
"I..iya Bara..." jawab Viona.
"Lalu alasan apa yang akan kak Viona katakan di pengadilan nanti ketika kakak ditanya kenapa kakak akan bercerai...?" tanya Brian.
"Tentu saja karena kakakmu berselingkuh Brian..." jawab Viona.
"Tapi apa kakak punya bukti perselingkuhan mereka...?" tanya Brian.
Viona menggelengkan kepalanya.
"Lalu bagaimana kalau aku tidak punya bukti perselingkuhan itu, apa yang harus aku lakukan Brian...?" tanya Viona cemas.
Brian menghela nafas.
"Nanti aku akan mencarikan pengacara untuk membantu kak Viona..." ucap Brian sambil memegang pundak Viona.
"Beneran Brian...?" tanya Viona. Brian pun mengangguk.
"Ya udah, sekarang kakak tidur ya, sudah malam..." ucap Brian. Viona pun mengangguk lalu merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Brian menyelimuti tubuh Viona. Lalu mengusap kepala Viona.
"Brian..." ucap Viona.
"Hem..." sahut Brian.
"Kau tidur di mana...?" tanya Viona.
"Aku, tidur di sofa...'' jawab Brian.
"Di sofa itu...?" tanya Viona sambil menunjuk sofa panjang di dekat tembok.
"Iya di situ, semalam aku juga tidur di situ kan... " jawab Brian.
"Apa badan tidak sakit tidur di situ...?" tanya Viona.
"Ya sakit sih, dikit, kenapa kak..? Apa kakak mau memijit badanku yang sakit..?" tanya Brian sambil menaikan alisnya.
"Ih kamu ini..." ucap Viona.
"Brian kamu tidur di tempat tidur saja..." ucap Viona sambil bangun lalu kembali duduk berhadapan dengan Brian.
"Jadi kak Viona ingin tidur bareng aku di tempat tidur ini...?" tanya Brian.
"Bu..bukan itu Brian. Mak..maksudku kau tidur di kasur trus aku yang tidur di sofa..." jawab Viona.
"Nggak mau ah, aku tidur di sofa aja..." sahut Brian.
"Tapi tadi kamu bilang badan kamu sakit..." ucap Viona.
"Nggak kok kak, itu cuma bohongan aja..." sahut Brian.
"Beneran nggak papa kamu tidur di sofa...?" tanya Viona merasa tidak enak hati. Brian menganggukkan kepalanya.
Brian lalu menatap Viona dengan begitu lekat. Viona pun membalas menatap Brian. Entah lah kenapa setiap kali Viona ditatap oleh Brian selalu saja ada rasa yang aneh di dalam hatinya. Brian mendekatkan wajahnya pada wajah Viona. Dada Viona merasa begitu berdebar ketika jarak wajahnya dengan wajah Brian hanya tinggal beberapa centi saja. Viona lalu memejamkan matanya dan sedikit membuka bibirnya.
"Ini ada bulu mata yang jatuh di pipi kakak. Pasti ada yang kangen sama kak Viona..." ucap Brian lalu mengambil bulu mata yang menempel di pipi Viona.
Viona pun membuka mata lalu memanyunkan bibirnya. Brian yang menyadari sikap Viona pun terkekeh.
"Kenapa kak...?" tanya Brian sambil tersenyum jahil.
"Nggak .. Nggak papa..." jawab Viona sambil memalingkan wajahnya.
"Kok kak Viona kayak kesal gitu...?" tanya Brian.
"Nggak biasa aja..." jawab Viona dan Brian pun kembali terkekeh.
"Kak..." ucap Brian.
Viona pun menoleh ke arah Brian , dalam sekejap bibir Viona menyentuh bibir Brian yang sontak mengejutkan mereka berdua. Bibir mereka saling menempel satu sama lain. Viona merasakan hangatnya sapuan bibir Brian pada bibirnya. Tangan Brian tiba- tiba melingkar di pinggang Viona dan bergerak sedikit meremas hingga membuat Viona terkejut dan bibir Viona sedikit terbuka.
Brian tidak mau menyia- nyiakan kesempatan emas itu, Viona merasakan lidah Brian membelit lidahnya. Tanpa disadari Viona membalas c*uman Brian dengan lembut. Lidah mereka saling membelit satu sama lain. Viona melenguh ketika bibirnya dicecap oleh Brian. Tentu saja karena Viona begitu menikmati sensasi itu.
Tangan Brian bergerak ke arah dua benda kenyal milik Viona dan memberikan remasan lembut di sana. Viona memiringkan kepalanya membiarkan c*uman mereka semakin dalam. Begitupun dengan tangan Brian yang tak berhenti meremas dua benda milik Viona. Viona membusungkan dadanya sambil memejamkan mata karena begitu menikmati sentuhan itu. Viona merasa sungguh gila kenapa dia begitu menikmati sentuhan dari Brian.
Namun tiba- tiba ponsel Brian berdering. Viona kaget dan segera mendorong dada Brian melepaskan semua kenikmatan yang sedang mereka berdua rasakan.
"Bri..Brian ponselmu bunyi. Angkatlah siapa tahu ada itu telpon penting..." ucap Viona.
Brian terlihat kesal. Namun dia tetap mengambil ponsel yang ada di sebelahnya.
"Angga...? Ngapain dia telpon malam- malam begini...?" ucap Brian.
"Halo..." ucap Brian.
" Brian, aku tadi ketemu sama Bianca di mall, kata dia pak Bara mau menikah dengan Karin besok siang. Benar begitu...? Kok bisa sih...? Ini gimana ceritanya...? Kan pak Bara punya istri kenapa dia menikah lagi..? Udah gitu yang dinikahi adik iparnya sendiri. Gila apa itu..? Apa yang sebenarnya terjadi sih..? Ayo ceritakan padaku, trus gimana nasib bu Viona..? Duh pasti dia sedih sekali kan...? Gila memang pak Bara, punya istri secantik bu Viona malah menikah lagi. Coba kalau bu Viona itu istriku, tiap hari pasti aku kurung di dalam kamar terus nggak bakalan aku lepasin..." ucap Angga yang tiba- tiba tidak berhenti nyerocos.
"Hei... Jadi kamu malam- malam menelponku hanya karena ingin menanyakan masalah soal itu...? Menggangguku saja kamu ini... Sudah kamu nggak usah kepo, lebih baik kamu tidur, besok banyak kerjaan yang harus kamu selesaikan...!" sahut Brian lalu mematikan sambungan telpon secara sepihak.
Viona yang tidak tahu dengan apa yang mereka bicarakan pun hanya memperhatikan wajah Brian yang terlihat kesal itu.
"Bri..Brian a..ada apa...?" tanya Viona.
"Itu tadi asistenku si Angga mengganggu saja..." jawab Brian yang terlihat bete.
"Ya udah, kamu tidur gih sana, udah malam. Besok kamu harus kerja kan...?" ucap Viona.
"Tapi kak, kita belum...."
"Udah sana tidur, aku juga udah ngantuk..." ucap Viona sambil masuk ke dalam selimut.
Brian menghela nafas dengan kasar, dia kesal sekali pada Angga yang menganggu kesenangannya. Brian lalu berjalan dengan gontai sambil membawa bantal ke arah sofa. Dia merebahkan tubuhnya dengan kasar di sana dan mencoba memejamkan matanya.
Viona lalu mengintip Bara yang terlihat gelisah di atas sofa. Viona terkekeh pelan walaupun sebenarnya dia kasihan melihat keadaan Brian. Pasti Brian merasa tersiksa sekali sekarang. Tak lama Viona mendengar suara pintu kamar mandi di buka. Viona kembali membuka sedikit selimutnya . Ternyata Brian masuk ke dalam kamar mandi.
Sekitar sepuluh menit berada di kamar mandi Brian pun keluar. Dia kembali menuju sofa dan membaringkan tubuhnya di sana. Kali ini dia sudah tidak gelisah lagi. Tak lama kemudian dia pun tertidur.
Bersambung...
sukur-sukur kalau kamu hamil anak laki2 yg diinginkan mereka 😏😌
Wah kayaknya Viona hamil nih...