Kinan hanyalah gadis biasa, dirinya mengadu nasib pergi ke kota bersama temannya setelah mendapatkan informasi kalau ada yang membutuhkan pekerjaan sebagai asisten rumah tangga, demi kebutuhan dan juga ingin mengurangi beban keluarga Kinan akhirnya pergi ke kota jakarta, Di sana Kinan harus berhadapan dengan Daniel pria tampan yang bahkan tidak pernah terpikirkan dalam hidupnya. Mampukah Kinan bertahan di jakarta atau memilih pulang dan melanjutkan sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon II, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak Bisa Memilih Takdir
Pagi-pagi buta, Kinan meninggalkan kamar setelah izin kepada Daniel yang masih membungkus diri dengan selimut, seperti yang kita tau puncak Bogor berada di dataran tinggi membuat udara terasa lebih dingin, Hal yang tidak bisa di temukan di kota.
Kinan dan Sinta berjalan-jalan bersama, hanya berdua tanpa ada orang lain, tepatnya pukul 05:40 mereka meninggalkan Vila, Melewati jalan berkelok dan sedikit menanjak. Sinta mengambil beberapa Poto dengan Kinan, Jelas keduanya begitu menikmati waktu berdua tanpa ada yang menganggu.
Di tepi jalan yang mana di kelilingi perkebunan sayur mayur, Keduanya duduk di atas bangku milik salah seorang petani yang kebetulan ada di bibir jalan. Kinan duduk sembari mengatur napas. Berjalan lumayan menguras tenaga. Sinta sendiri nampak santai karena dirinya sudah biasa. Mungkin juga Kinan tengah hamil jadi tubuhnya gampang lelah.
"Kaya di kampung kita ya Sin."
Sinta mengangguk setuju. Keduanya diam sejenak untuk menikmati pemandangan di depan mata, hamparan sayur yang belum siap petik menghampar sejauh mata memandang.
"Kamu kemarin katanya mau ajak keliling vila, tapi ga nongol." Sinta menoleh ke arah Kinan yang mana cengengesan.
"Maaf, A Daniel minta di kerokin." Kinan berdalih, tidak mungkin kan memberi tahu Sinta kalau Daniel mengajaknya berolahraga pagi.
"Oh," Sinta kembali menatap ponselnya. "Udah mau jam 6, yuk kita ke vila," Sinta memasukkan ponselnya dan siap bangkit tapi Kinan bersuara.
"A Daniel sama Sarah udah balikan."
Sinta mengerutkan kening tak percaya. Duduk kembali sembari mengusap bahu Kinan..
"Aku udah bilang ke A Daniel kalau bayi ini lahir, aku akan pergi ga mau ganggu hubungan mereka -
"Tapi kamu sekarang istrinya."
Kinan menatap Sinta, mengangguk membawa derai air mata. "Aku tau, Aku berperan sebagai istri sudah, aku memberikan hak dia, aku mau menerima pernikahan ini dan sejauh ini kami baik-baik saja, bahkan aku merasa kalau A Daniel sangat sayang sama aku, Tapi aku bisa apa Sin, Sarah terlalu berharga untuk A Daniel."
Kinan menangis tanpa suara, tubuhnya bergetar hebat menandakan luka di hatinya begitu dalam. "Aku cinta sama A Daniel, Sin, aku cinta sama dia,"
Sinta menarik Kinan untuk ia peluk, tak ada kata darinya, Sinta membiarkan Kinan menangis tanpa ingin memintanya untuk berhenti.
Aku tau Kinan kamu ga akan bisa menolak Den Daniel. Tapi di sisi lain den Daniel dan Sarah mereka bersama jauh sebelum kamu datang dan menjadi istrinya. Aku hanya berharap kamu bisa kembali melanjutkan hidup jika suatu hari nanti benar Den Daniel memilih Sarah.
"Den Daniel memilih Sarah itu pun tidak salah, kamu dan dia seperti bumi dan langit, Sarah matang secara usia, sedangkan kamu baru 17 tahun, dia mempunyai segalanya, sedangkan kamu? Hanya gadis dari kampung seperti aku," Sinta mengangkat tubuh Kinan memintanya untuk duduk tegap.
"Kenyataan itu harus kamu ketahui, ga salah kalau kamu cinta sama Den Daniel, dia suami kamu, tugas kamu sekarang atur perasaan kamu Kinan,"
Kinan sesenggukan berusaha menarik napas dan menenangkan diri. Sinta membantu Kinan sampai bisa tenang menunggu beberapa saat sampai mereka kembali ke vila.
.
Daniel baru saja keluar kamar mandi dengan handuk yang melilit asik di pinggangnya. Mencari Kinan yang mana ia baru ingat Kinan tadi pagi pamit untuk berjalan-jalan bersama Sinta. Mengingat itu Daniel lantas mencari baju dan melirik jam dinding nampak jam menunjukkan pukul 08:15 menit. segera Daniel keluar kamar.
Di area santai dan dapur terdengar hangat dengan suara semua keluarga bahkan ada suara Kinan dan Sinta yang mana sibuk di dapur membantu bibi pengurus vila mempersiapkan sarapan..
"Pagi Daniel," Pak Arman melambaikan tangan ketika Daniel terlihat.
"Pagi Om." Daniel membalas sapaan lalu duduk, di area santai yang mana menyatu dengan dapur mereka berkumpul. Bu Tari dan bunda Tata berbicara serius entah membicarakan apa, Sedangkan pak Teo dan Pak Arman juga nampak sibuk dengan cangkir masing-masing sembari membaca koran. Di dekat mereka ada Tamara dan Dea, keduanya asik memakan pisang goreng.
"Kinan, Den Daniel tuh." Sinta melirik Daniel yang baru datang.
Kinan menoleh di saat tangannya sibuk dengan wajan. "Tolong Sin,"
Kinan segera membawa piring seng berisikan pisang goreng, Meletakkannya di meja.
"Pagi A," Sapa Kinan, Daniel tersenyum manis melihat Kinan yang begitu cantik dengan baju daster, mengingat Kinan masih sangat muda untuk memakai daster.
"Pisang goreng A, masih panas tapi." Kinan menuangkan teh hangat ke cangkir dan Daniel mengambilnya dari tangan Kinan.
"Terimakasih," Ingin sekali Daniel mencium bibir Kinan hanya saja keluarganya tengah berkumpul tidak memungkinkan untuk mendaratkan ciuman.
"Mau kemana?" Daniel menarik tangan Kinan pasalnya sang istri sepertinya akan pergi.
"Mau ke dapur." Kinan menunjuk area dapur, Daniel melirik di mana Sinta dan bibi pengurus vila tengah sibuk.
"Sini, temenin aku." Daniel menepuk sofa di sampingnya.
Sinta yang melihat itu mengangguk memberi isyarat kepada Kinan untuk tidak ke dapur, harus ingat dirinya bukan asisten rumah tangga lagi melainkan Nona Muda Baskara.
Kinan mengangguk dan duduk menemani Daniel.
"Mbak Kinan mau lagi." Dea, si cikal membawa piring kosong menyodorkannya meminta Kinan untuk memberi beberapa potongan pisang goreng.
Kinan segera memberikan apa yang di inginkan Dea. "Makan yang banyak ya."
"Terimakasih mbak Kinan." Dea segera kembali ke tempat membawa piring berisikan pisang goreng membuat Tamara tertawa girang.
"Kak, Jadi liat progres resto?" Kali ini Bu Tari mengakhiri pembicaraan dengan bunda Tata.
"Jadi Bun," Sahut Daniel setelah menyeruput cangkir berisi teh hangat lalu menyambar sepotong pisang goreng. "Nanti kita ke sana liat bareng-bareng."
"Ayo, setelah itu kita pergi kemana lagi sebelum pulang?" Bunda Tata bergantian melirik anggota keluarga.
"Petik buah yuk Bun?" Dea mengambil inisiatif dengan mulut penuh pisang goreng.
"Bosen Kak," Bunda Tata mengingat betul kalau pergi petik buah seperti ke kebun strawberry dirinya selalu merasa capek. Selalu gusar pasalnya baju anak-anak kotor terkena cipratan sari buah strawberry.
"Ke mana dong?" Kata Dea lagi. Memikirkan beberapa wahana yang ada di puncak yang sebenarnya hampir semua rekreasi mereka sambangi.
Daniel melirik Kinan yang sibuk mendengarkan celotehan Dea dan Tamara.
"Kamu mau ke mana?"
Kinan menggelengkan kepala tak tau. "Kinan mah ngikut aja ke mana ge."
"Kira-kira ada ga tempat yang belum pernah kamu datengin?" Lagi Daniel bertanya. Dirinya seolah tau kalau Kinan pasti tidak pernah pergi ke tempat rekreasi manapun.
Mengingat rengekan kala di mana kedua adiknya ingin pergi ke kebun bintang Kinan jadi murung.
"Mau ke mana? ayo, aku kabulin."
Kinan berbinar, "Kinan kalau mau ke kebun bintang boleh?"
"Boleh, kita ke kebun bintang." Teriak Daniel, membuat semua orang menatapnya.
"Kinan pengen ke kebun bintang." Teriak Daniel lagi.
Semua mengangguk setuju begitu juga Dea dan Tamara.
"Ayo siapa-siapa." Seru Daniel semangat.
"Sarapan dulu A." Kinan menarik Daniel untuk kembali duduk.
Sarapan di mulai. Sinta ikut serta bersama keluarga karena bunda Tata tidak ingin membuang waktu. Pasalnya langit mulai berawan. Sinta termasuk orang yang Makannya lama.
Pukul 1 siang kedua mobil meninggalkan Vila. Bergegas menuju lokasi pembangunan restoran baru, Daniel begitu bangga memperlihatkan bangunan dua lantai itu kepada semua keluarga dan Kinan. Kinan terpaku ketika Daniel di puji semua anggota keluarga dengan keberhasilannya.
Setelah selesai melihat pembangunan restoran yang masih 50 persen itu Mobil kembali melaju menuju kebun bintang yang mana memakan waktu sekitar 30 menit dari restoran baru Daniel.
Setibanya di sana. Mereka langsung menikmati pemandangan di mana hewan-hewan buas berkeliaran. Kinan begitu bahagia karena bisa datang ketempat yang selama ini hanya bisa di lihatnya di tv.
"Nanti kita ajak keluarga di kampung." Bisik Daniel.
Kinan menoleh membawa anggukan. "Kinan seneng bisa ke tempat ini."
"Nanti kita ke Bali, kalau Aa ada waktu kita pergi ya."
Kinan mengangguk lagi dengan wajah berbinar. Keduanya terus berbincang sampai rute terakhir.
Waktunya pulang pun tiba. Daniel terheran ketika mobil bunda Tata berhenti di lobi area keluar kebun binatang.
Pak Arman menghampiri mobil.
"Kenapa?" Tanya Pak Teo..
"Kak, kita duluan aja, Daniel sama Kinan masih mau di vila ga papa, Daniel juga tadi bilang masih ada yang harus di urus di resto,"
Bu Tari melirik Daniel dan Kinan yang ada di bangku belakang.
"Kinan mau ikut pulang." Kinan merengek. Pikirannya takut kalau harus berdua di vila bersama Daniel apalagi mereka sudah berbaikan.
Daniel melirik Kinan dengan wajah mesum.
"Ya udah Daniel ke vila aja sama Kinan, biar sekalian kan mumpung masih di sini. Biar nanti ga bolak-balik." Seru Daniel semangat.
"Bunda, kinan-
"Ya udah Bunda sama ayah ikut Tante Tata aja. Kamu sama Kinan pulang besok."
"Udah Kinan pulang besok. Masa aku sendirian di vila." Daniel tersenyum penuh arti membuat Kinan merinding melihatnya.
Terpaksa Kinan melepaskan kepergian kedua mertuanya untuk pindah ke mobil Bunda Tata meninggalkan dirinya berdua di dalam mobil bersama Daniel.
Mobil bunda Tata melaju di ikuti mobil Daniel sampai di mana mereka harus berpisah, Mobil Daniel kembali ke vila. sedangkan mobil bunda Tata terus berkutat di jalan.
Beberapa menit menuju lokasi Vila, hujan tiba-tiba turun begitu lebatnya Daniel hati-hati membawa mobilnya pasalnya jalanan begitu licin..
"A, hati-hati," Kinan terlihat ketakutan. sekuat tenaga menggenggam sabuk pengaman dan terus berdoa.
"Aa bisa, kamu tenang." Daniel bersuara lembut agar Kinan bisa lebih tenang. Tapi demi apapun dia juga takut karena jalan terasa licin tebalnya kabut menambah kerisauan di hati Daniel.
Lamanya membawa mobil Daniel tak bisa lagi menguasai medan jalan. Sampai mobil yang tengah menanjak mundur secara mendadak..
"Ya Allah Aa," Kinan panik.
"Ya Allah, ya Allah." Mobil terus mundur, Daniel menghidupkan klakson berharap ada yang mendengar. berhasil, Beberapa orang yang ada di sekitar jalan berlari mendekati mobil Daniel yang terus mundur.
"Aa!" Kinan berteriak.
"Batu.. Bawa batu.. " Terdengar beberapa warga berlari membawa batu berusaha mengganjal ban mobil. Akan tetapi semua terasa sia-sia mobil terperosok ke pemukiman warga dan berhenti membentur tiang listrik.
Duarrrr....
Kinan meraung kesakitan ketika mobil membentur tiang listrik. Kepala dan perutnya terasa sakit.
Daniel mengerang keras kepalanya pun tak luput dari rasa sakit. Berusaha melindungi Kinan tapi tak bisa. Benturan begitu cepat membuatnya tak bisa melindungi Kinan.
Warga segera mendekati mobil, membawa Kinan dan Daniel untuk di beri pertolongan.
.
Di tempat lain, Mobil yang di Kendari Pak Arman sibuk di jalan tol, berkecimpung dengan derasnya hujan, Entah kenapa mereka yang ada di dalam mobil merasa ada sesuatu yang aneh. Bu Tari tak hentinya berzikir berusaha menghilangkan perasaan di hati.
Anak-anak asik terlelap bersama Sinta, ketiganya merasa nyaman dengan cuaca di luar.
"Arman, ke rest area aja dulu, nanti kalau hujannya sudah reda baru lanjut lagi." Pak Teo memberi inisiatif pasalnya hujan makin lebat..
Pak Arman mengangguk setuju. Dirinya segera menghidupkan Sen mobil sembari membanting arah stir. Tak melihat ke belakang mobil lain menerobos amat kencang..
"Armannnn" Pak Teo berteriak.
Duarrrrr..... Tabrakan tak terhindarkan....