"Itu pernyataan, Leya Maura Nugrah!"
"Loh kamu tau nama asli leya dari mana?!" kaget wanita itu.
"Apa yang saya tidak tau?"
"Sombong." ketus Leya kesal, gadis itu rasanya ingin membuang pria di hadapannya ini kelaut saja! benar benar membuat nya naik darah.
"Besok besok gak usah temui Leya!"
"Kalau saya mau ketemu?"
"Kamu nyebelin, Tuan Damian Aarav Niell!"
"Saya menyukai panggilan itu, Leya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Animous, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pulang ke desa
Hari ini mereka bertiga berangkat ke desa, sekarang baru sekitar jam 6 pagi namun mereka sangat bersemangat.
Di jalan tidak ada kesunyian karna lagu lagu yang mereka nyanyikan, Leya cukup beruntung menemukan teman baik seperti teman nya sekarang.
Leya sampai lupa untuk mengabari Damian jika dia sudah berangkat. Leya mengirim sebuah pesan agar Damian tidak mencarinya.
Setelah beberapa waktu melewati jalan jalan sepi, akhirnya mereka sampai. Di sambut dengan sebuah pancang yang tertera "Desa Teratai"
"Jir, emang bener kata Leya. Udara di sini adem." sahut Ria mulai membuka kaca jendela mobil nya.
Mereka terus masuk hingga berhenti tepat di depan rumah Leya, ibu Leya bingung mobil siapa itu. Namun wanita tua itu langsung menetaskan air matanya dan berlari memeluk anak gadis nya itu.
"Leya kenapa gak kabarin ibu." ucap nya memeluk Leya erat
"Maap Leya sibuk, bagaimana keadaan ibu?" tanya Leya tersenyum lembut.
"Ibu baik baik aja, apa lagi melihat Leya seperti ini bahkan menjadi sudah sangat baikk." ucap ibu nya tersenyum ramah
"Halo Tante." sapa Ria dan Ama langsung menyalami ibu Leya
"Kalian teman Leya ya? masuk dulu, ibu siapin minum." ucap sang ibu ramah, mereka menurut dan masuk ke dalam. Rumah Leya sangat sederhana berbanding balik dengan tempat tinggal nya di kota.
Mereka melihat sekeliling, dan sedikit heran melihat beberapa gadis seumuran nya membawa bakul berisi baju.
"Leya, orang itu mau nyuci ya? Tapi kok dia keluar dari rumah nya."
"Oh di sini emang biasa nyuci di sungai, lagian air nya bagus."
Mereka menganggukkan kepalanya paham, Leya menyusul ibu nya kebelakang yang sedang menyiapkan beberapa makanan dan minuman.
"Ibu, apa ada ayah ke sini?" tanya Leya tiba-tiba.
"Leya sudah menemui nya?"
"Sudah, dia sudah memiliki istri dan anak."
Sang ibu tersenyum lalu memeluk Leya erat."Sudah, jangan ganggu kebahagiaan nya. Mungkin itu adalah pilihan nya dalam mencari kebahagiaan."
"Lalu kebahagiaan Leya gimana? Emang ibu kira Leya gak butuh kasih sayang ayah? Ayah nya Ama baik sekali sama dia, ayah nya melakukan apa pun untuk anak nya. Leya sedikit iri." ucap Leya menatap ibu nya tak percaya.
"Leya, ayah mu memang ke sini kemarin. Ibu sudah memohon untuk kembali bersama kita, tapi dia tidak bisa Leya! Lalu apa yang harus ibu lakukan?" sang ibu menangis membuat Leya merasa bersalah.
"Ibu, kita lupakan dia. Leya tidak butuh ayah, Leya cuma butuh ibu. Bertiga sama nenek Leya juga sudah sangat cukup. Kita jangan pikirkan dia lagi ya?" ucap Leya pelan
Ibu dan anak itu berpelukan, Leya sedikit tenang mengetahui ibunya baik baik saja. Leya juga sakit trss mengetahui ibu nya memohon pada pria itu untuk tetap menetap, Leya benar benar jijik sekarang. Leya tidak akan pernah menganggap nya untuk hari hari selanjutnya.
Leya kembali menemui teman nya dan membawa satu nampan air dingin.
"Peka banget sih Lo, gue lagi butuh yang dingin dingin emang nih." sahut Ria langsung mengambil minuman itu.
"Gak sopan deh Lo." ketus Ama. Sedangkan Ria hanya cengengesan tidak jelas.
"Leya mandi dulu ya. Kalian makan aja dulu." ucap Leya langsung pergi.
"Eh Leya pegi, handphone nya bunyi bunyi tuh." sahut Ria
"Bawa sini coba, siapa tau penting."
Ria mengambilnya, mereka melihat nama Damian di sana. Bisa bisa Damian akan marah jika tidak di angkat, akhirnya mereka mengangkat nya.
"Halo Leya! Kamu sangat pandai sekarang ya." ucap Damian dengan suara yang sudah seperti akan marah.
"Eee halo, ini kita teman Leya. Kita baru aja sampe, Leya nya lagi mandi." jawab Ama gugup.
"Bilangin, jika dia sudah selesai mandi telpon saya!" tekan Damian langsung mematikan telpon sepihak.
Ama dan Ria bergidik ngeri mendengar perkataan Damian, menurutnya Leya cukup hebat bisa bertahan dengan pria seperti Damian itu. Ah mereka tidak bisa membayangkan nya, terlihat sekali pria itu cuek dan terlihat arogan.
"Ma keluar cus." ajak Ria merasa bosan.
"Gue ngikut." ucap Ama langsung setuju
Mereka berdua pergi tidak tau kemana, di sini menurut mereka udaranya lumayan segar di banding di kota, pemandangan yang adem juga membuat nya merasa nyaman dan betah. Ini pertama kali mereka merasa berada di tempat seperti ini
"Ria, ada sungai di sana!" teriak Ama heboh. Mereka berdua langsung berlari dan bermain di dalam air.
Sedangkan di sisi lain Leya sudah selesai mandi, tapi dia harus keliling mencari teman nya itu, tetangga nya berkata jika teman Leya berjalan ke arah danau, dengan cepat Leya bergegas menyusuli teman nya.
"Kalian kok gak bilang bilang mau ke sini" ucap Leya yang tiba tiba berada di belakang mereka.
"Lo kagetin aja sih, eh kok lo ke sini si mampus dah!" panik Ria.
"Kenapa?" tanya Leya bingung.
"Itu si Mian aa Damian yaa, dia tadi telpon terus kalau Lo udah selesai mandi Lo telpon dia." jelas Ria gelagapan.
"Kok gak bilang?!" panik Leya langsung berlari kembali ke rumah, habislah dia akan di marah oleh pria itu. Bagaimana jika Leya tidak di izinkan untuk pergi lagi
Dengan cepat Leya menghubungi Damian, panggilan pertama tidak di angkat oleh pria itu, kedua dan ketiga masih sama. Leya pikir Damian sudah marah, jadi dia berusaha untuk terus menelpon pria itu.
Sedangkan di sisi lain Damian sedang meeting dan handphone nya terus bergetar. Dia menatap Remon, seakan paham Remon mengambil alih untuk meeting kali ini.
Damian keluar dan melihat ternyata Leya yang sudah berulang kali menghubungi nya, merasa khawatir Damian langsung mengangkat nya.
"Halo, kamu baik baik saja?" tanya Damian panik.
"Eeh Leya ganggu ya?" tanya Leya pelan.
"Jadi kamu nelpon nelpon saya berkali-kali apa kalau bukan menganggu, Leya?" sarkas Damian.
"Leya takut, kamu marah karna Leya gak angkat tadi."
"Gakpapa, tadi saya ada meeting. Tapi kamu sangat menganggu jadi saya keluar sekarang"
"Waduh, Leya salah ya." beo gadis itu pelan.
"Sudahlah, kapan kamu pulang?" tanya Damian pada intinya.
"Loh, Leya baru aja sampe dah di tanya kapan pulang! Jelas jelas ini Leya sudah pulang ke rumah umah asli leya!" ketus Leya.
"Maksud saya, kembali."
"Sekali lagi tanya itu, Leya gak akan telpon kamu!" kesal Leya langsung mematikan telpon sepihak.
Leya kembali menemui teman teman nya, mereka berdua sedikit murung membuat Leya heran.
"Kenapa?" tanya Leya pelan.
"Huaaaaaaaa, papa gue udah izin tapi gak boleh seminggu! Kita cuma boleh izin 3 hariiii." teriak Ama frustasi.
"Gue teramat sedih, capek gue ke sini belum ilang tapi dah dapat kabar begitu." ucap Ria tersedu-sedu
Leya sedikit curiga pada Damian, apa pria itu yang membuat masalah menjadi seperti ini. Tapi tidak mungkin, bisa jadi karna mereka sudah kelas 12 jadi tidak boleh banyak libur. Tapi, papa Ama adalah orang penting di sana mengapa masih tidak bisa?. Fix ini adalah kelakuan Damian.
Batin Leya terus bertanya tanya, membuat gadis itu pusing.