Bagaimana jadinya jika siswi teladan dan sangat berprestasi di sekolah ternyata seorang pembunuh bayaran?
Dia rela menjadi seorang pembunuh bayaran demi mengungkap siapa pelaku dibalik kematian kedua orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siastra Adalyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Hari Yang Tenang
Tapi terlepas dari pilihan senjata, aku juga perlu melatih fisikku. Kekuatan dan ketahanan fisik adalah fondasi utama yang tidak bisa diabaikan dalam setiap pertarungan. Besok aku akan mulai latihan lagi dengan Om Issac, aku harus jadi lebih kuat dari sekarang.
Aku harus mempersiapkan diriku, tidak hanya secara mental tetapi juga fisik. Kekuatan, ketahanan dan kecerdasan adalah kunci untuk memastikan bahwa aku siap menghadapi apa pun yang akan datang. Kali ini, aku harus benar-benar fokus dan memastikan bahwa setiap gerakan dan latihan yang kami lakukan membuat ku jadi lebih kuat dari sebelumnya.
Aku menutup kembali koper yang berisi senjata tadi dan menyimpannya di bawah tempat tidur, memastikan semuanya tersimpan dengan aman.
Aku mengeluarkan ponsel dari saku almamater dan mengirim pesan pada kak Devan bahwa aku sudah membawa semua keperluan yang aku butuhkan kemari.
Isi pesan :
"Kak, aku sudah membawa-barang yang ku butuhkan ke mansion. Jangan khawatir, aku pasti akan baik-baik saja disini. Jangan lupa kabari aku jika kau akan berkunjung kemari "
Setelah pesan terkirim, aku menatap layar ponsel sejenak, menunggu respons darinya. Kak Devan selalu memperhatikan setiap detail, dan aku tahu dia pasti khawatir.
Setelah semuanya dirasa sudah selesai, aku menganti seragamku dengan baju santai dan celana jeans. Karena aku berencana untuk membeli beberapa barang ke mall sekalian refreshing sebelum kembali memulai latihan yang berat besok, aku merasa butuh sedikit hiburan. Aku mengambil jaket kulit berwarna hitam yang tergantung di dalam lemari, lalu mengenakan tas selempang yang berisi dompet dan ponsel.
Begitu turun ke bawah, aku melihat Bi Marry yang sedang menyapu halaman. Senyum lebar langsung menghiasi wajahnya saat melihatku.
"Nona mau pergi kemana?" tanya Bi Marry berhenti menyapu.
"Aku mau jalan-jalan sebentar, makan malam nya biar aku yang belikan. Jadi Bi Marry tidak perlu masak untuk makan malam nanti" Jawabku sambil tersenyum.
"Ah, terima kasih, Nona! Anda memang yang terbaik," kata Bi Marry, wajahnya berseri-seri.
"Jaga diri anda baik-baik, Nona Agacia. Semoga jalan-jalannya menyenangkan!" Bi Marry melanjutkan menyapu, dan aku melangkah masuk ke dalam mobil.
Setelah menyalakan mesin, aku mengatur playlist lagu kesukaanku. Perjalanan menuju mall terasa ringan dan menyenangkan. Cuaca cerah membuat suasana hati semakin baik. Ketika sedang menyetir, aku tiba-tiba teringat dengan obrolan Om Issac dan tante Betty soal Gavi.
"Kira-kira dia orang seperti apa ya? Apa dia mau membantu kami?" Ucapku sambil menyetir.
.
.
.
Setibanya di mall, aku merasakan semangat baru. Aku mulai menjelajahi toko-toko, merencanakan apa saja yang ingin kubeli. Pertama-tama, aku menuju toko baju. Aku mulai melihat-lihat koleksi pakaian yang tersusun rapi. Setelah beberapa saat mencari, aku memilih beberapa potong pakaian untuk dicoba dan memutuskan untuk membeli beberapa baju dan sarung tangan berwarna hitam.
Dengan tas berisi belanjaan, aku melanjutkan langkah ke toko buku. Karena ada buku yang ingin ku beli, yaitu buku "The Anatomy Of Acupoint".
Buku edisi terbatas yang berisi penjelasan tentang akupuntur, serta ilustrasi rinci mengenai titik-titik vital. Ketika aku akhirnya menemukan rak yang tepat, rasanya seperti menemukan harta karun. Aku segera meraih buku itu, namun secara tiba-tiba ada seorang laki-laki yang berhenti di sebelahku dan mencoba mengambil buku itu juga.
"Oh, maaf!" serunya dengan senyum. "Aku juga mencari buku ini! Aku sangat tertarik dengan akupuntur dan ingin belajar lebih banyak tentang hal itu"
"Tapi aku duluan yang mendapatkannya, akan ku bayar sekarang" Ucapku sambil berjalan ke arah kasir dan meninggalkan laki-laki tersebut.
Aku bisa merasakan tatapannya di belakangku, entah kenapa, aku merasa sedikit bersalah, walaupun sudah aku duluan yang mengambil buku ini.
Setelah membayar, aku melirik kembali ke arah rak, dan melihatnya masih berdiri di sana, tampak ragu.
Aku menahan napas sejenak. Lalu kembali mendekatinya. "Hei, ini." Ujarku sambil mengarahkan buku tadi ke arahnya.
"Aku sudah membelinya, tapi sepertinya kau sangat menginginkan buku ini"
Wajahnya langsung sumringah, dan dia tampak senang. "Serius?! " tanyanya dengan suara penuh harap.
"Ya," jawabku.
"Terimakasih banyak! Berapa harganya? Aku akan membayarnya padamu" Ucap laki-laki tersebut sembari mengeluarkan dompet.
"Tidak perlu, aku sudah tidak membutuhkannya. Buku itu untukmu saja" Aku berbalik dan berjalan keluar dari toko buku tersebut.
“Terima kasih sekali lagi,” ucapnya sambil tersenyum. "Aku benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalas kebaikanmu."
Aku hanya mengangguk dan mencoba tersenyum.
Setelah puas jalan-jalan dan belanja, aku pergi mencari beberapa makanan untuk makan malam. Langit mulai gelap, dan lampu-lampu kota perlahan menyala. Aku berjalan melewati beberapa kafe dan restoran, mencoba memutuskan tempat mana yang akan ku datangi.
Langkahku melambat ketika aku mendekati sebuah restoran di sudut jalan, suasananya terasa nyaman dan hangat. Dari jendela, terlihat beberapa orang yang sedang makan sambil berbincang santai.
Akhirnya aku memutuskan untuk masuk. Ini sepertinya tempat yang pas untuk menutup hari dengan makanan enak dan suasana yang tenang.
"Andai saat-saat tenang seperti ini bisa berlangsung lebih lama" gumamku sambil tersenyum pahit
Aku tahu, ini hanya sementara. Namun, meski hanya untuk beberapa saat, aku ingin merasa seolah semuanya berjalan normal tanpa harus khawatir tentang apapun.
Tak berselang lama pelayan pun datang, menyajikan makananku dengan senyum sopan. Aku mengangguk tanpa banyak bicara, lalu langsung menyantap hidangan yang ada di depanku. Sambil menyantap, aku memperhatikan sekeliling. Suasana restoran yang hangat membuat ku merasa nyaman.
Sebelum pulang, aku tak lupa juga untuk memesan beberapa makanan untuk makan malam Bi Marry & Paman Herland.
.
.
.
.
.
Bersambung....
Panjangin lah thorr/Whimper/