Ini adalah lanjutan dari seven R Anak genius bagi yang sudah membaca novel sebelum nya pasti tau dong siapa mereka?
Kejeniusan mereka sudah sudah diketahui dunia. Mereka pun menjadi incaran para mafia yang menginginkan otak mereka.
Bisakah sikembar menghadapi Semuanya?
Cerita ini juga diselingi kisah cinta mereka.
Penasaran ikuti yuk...
Seperti biasa cerita ini hanya khayalan semata alias fiksi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengganggu
.
.
.
"Cieee, disuapin sama ayang," goda Keyla, Nadine tersadar seketika ia menjadi kikuk.
"Aku bisa sendiri," ucap Nadine gugup, wajahnya merona karena malu.
"Kak ada nasi gak disini? Soalnya kalau tidak makan nasi aku gak bakal kenyang," tanya Prita.
"Ada, kalau nasi goreng mau?" tanya Raffa, Prita mengangguk.
"Ada lagi yang mau pesan nasi goreng?" tanya Raffa.
Cahaya melirik kearah Ram, seketika Ram mengerti dan langsung memesan nasi goreng seafood untuk mereka juga. Pelayan itu pun mengangguk bahkan mereka rela berlama-lama melayani cowok super tampan didepannya.
"Sekedar mengagumi gak apa-apa kali ya," batin pelayan itu.
Tidak berapa lama pesanan mereka pun siap, Prita nampak berbinar melihat nasi goreng didepannya. Belum pernah ia makan seenak ini, kemudian Prita makan dengan begitu lahap.
Setelah selesai makan Ray membayar semua makanan mereka, biasanya Ram yang selalu lebih cepat kalau soal membayar makanan tersebut.
Setelah itu mereka pun menuju kelantai atas, saat menaiki eskalator Prita berpegangan erat ketangan Raffa, maklum saja Prita baru kali ini naik eskalator. Wajarlah kalau ia sedikit takut. Yang lain mengerti dan tidak ingin mengejek satu sama lain.
"Mau nonton film apa?" tanya Ram pada Cahaya.
"Film romantis," jawab Cahaya, yang lain setuju terutama cewek cewek.
"Aku beli tiket dulu, kalian beli popcorn dan minuman," perintah Ram.
Roy membeli popcorn sedangkan Ren membeli minuman, antrian cukup panjang membuat mereka harus sabar untuk menunggu giliran. kemudian ada tiga cewek menghampiri mereka yang sedang duduk menunggu orang yang membeli tiket, minuman dan popcorn.
"Lo Aisyah kan? Tanya cewek itu.
Aisyah mendongak karena posisinya duduk dan cewek itu berdiri.
"Iya namaku Aisyah, ada apa ya?" tanya Aisyah.
PLAAK... satu tamparan mendarat dipipi Aisyah, karena Aisyah tidak siap dan juga tidak menduga akan mendapat tamparan, Aisyah bangkit dari duduknya dan heran dengan cewek itu yang tiba tiba menamparnya padahal kenal juga tidak.
"Ada apa ini?" tanya Rakha yang kebetulan ada disitu bersama cewek cewek, hanya saja ia duduk sedikit menjauh, sedangkan para cewek terkejut melihat Aisyah ditampar.
"Sudah biar aku selesaikan sendiri," ucap Aisyah, sehingga Rakha kembali duduk.
"Ada apa ya? Kenapa kamu tiba-tiba menamparku?" tanya Aisyah masih sopan.
"Kamu telah merampas kekasihku, dan sekarang dia telah memutuskan aku," ucap cewek itu setengah berteriak hingga orang orang yang ada disitu menoleh kearah mereka.
"Siapa kekasihmu? Seingatku aku tidak kenal dengan kekasihmu?" tanya Aisyah.
"Huh tidak kenal kamu bilang, setiap kali dia selalu menyebut namamu bahkan dia selalu mengabaikanku," teriak cewek itu.
"Oh ya, itu salah kamu sendiri tidak bisa menjaga cowok seperti dia." ucap Aisyah.
Cewek itu mengayunkan tangannya kembali untuk menampar Aisyah tapi dengan cepat Aisyah menangkap tangan itu.
"Tadi aku khilaf sehingga kau bisa menamparku, sekarang aku tidak khilaf lagi. Sekarang aku ajari kamu menampar yang benar," ucap Aisyah.
PLAAK... PLAAK... PLAAK... PLAAK, empat kali tamparan bolak-balik diwajah cewek itu hingga cewek itu tersungkur, kedua temannya sudah kabur takut terkena sasaran karena mereka merasa tidak punya urusan dengan Aisyah. Aisyah menjambak rambut cewek itu hingga cewek itu mendongak sambil meringis. Cewek itu menangis tapi Aisyah tidak peduli. Aisyah menyeret cewek itu kekursi dan membenturkan kepala cewek itu hingga berdarah. Cewek itu meminta ampun, sambil menangis ia tidak menduga akan mendapat balasan seperti ini.
"Bilang dengan kekasihmu itu untuk datang kepadaku biar aku hajar sekalian," ucap Aisyah, wajahnya yang tadi lembut dan anggun kini berubah menjadi bengis.
"Sudah, sudah," Nadine menenangkan Aisyah sambil memeluknya, Aisyah sedikit lebih tenang ia paling benci disebut perebut kekasih atau suami orang.
Sedangkan wanita itu sudah dilarikan kerumah sakit oleh petugas keamanan. orang orang yang ada disitu tidak menyalahkan Aisyah karena mereka melihat kejadian yang sebenarnya dari awal.
"Ada apa hmmm!" tanya Ren.
"Tadi ada pengganggu," jawab Nadine.
"Kamu gak apa-apa?" tanya Ren sambil mengusap pipi Aisyah yang memerah.
"Tidak, ini sudah biasa anggap saja latihan," jawab Aisyah santai. Yang lain hanya terdiam melihat Aisyah yang bar bar.
"Aku harus belajar karate biar bisa jaga diri," batin Prita.
"Tiketnya sudah dapat, yuk masuk sebentar lagi filmnya mulai," ucap Ram sambil membagikan tiket tersebut. Mereka dapat tempat duduk ditengah tengah dan saling berdekatan.
Sepuluh menit kemudian film pun diputar, awal awal film sudah memperlihatkan adegan dewasa, para cewek cewek menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan tapi sesekali mengintip dicelah celah jari mereka.
"Mengapa mukanya ditutup?" tanya Ren pada Aisyah.
"Malu," ucap Aisyah tanpa berani menoleh.
Lalu Ren merangkul Aisyah dan membawanya ke pelukannya. Aisyah tidak menolak hanya pasrah saja sambil menyembunyikan wajahnya didada bidangnya.
Melihat Ren merangkul Aisyah, Ram juga tidak mau kalah, akhirnya semua ikut ikutan hanya Ray dan Nadine yang jual mahal, malu malu mau.
"Hah rugi banget aku tidak dapat memeluknya," batin Ray.
"Kenapa sih dia diam saja, aku juga mau dipeluk tapi dia tidak mau berinisiatif duluan, masa sih harus cewek yang meluk duluan," batin Nadine.
Ray menoleh ke Nadine ternyata Nadine juga menoleh hingga pandangan mereka bertemu, meskipun suasana ruangan itu remang remang tapi masih bisa untuk bertatapan dari jarak dekat. Perlahan Ray merangkul pundak Nadine dan membawanya kedalam dekapannya sambil berbisik.
"Kamu tidak iri melihat mereka?" tanya Ray berbisik ditelinga Nadine, tubuh Nadine seketika meremang karena hembusan nafas Ray menyentuh daun telinganya.
"perasaan apa ini, kenapa tubuhku seperti tersengat listrik," batin Nadine.
"ngapain juga iri, apa enaknya sih pelukan," jawab Nadine ketus, padahal ia sendiri masih dalam pelukan Ray.
"Mengapa pelukannya terasa sangat nyaman?" Batin Nadine.
"Beginikah rasanya memeluk cewek, kalau begini terus rasanya aku tidak ingin filmnya berakhir," batin Ray.
Sedangkan orang orang yang disamping kiri kanan depan belakang mereka terasa gerah melihat pasangan tersebut.
"Panas panas panas," teriak orang di sebelah mereka, hingga orang itu dikeluarkan dari bioskop tersebut oleh petugas.
Sedangkan ketujuh pasangan itu malah semakin erat saja saling berangkulan seakan tidak peduli dengan sekitar mereka.
Hampir dua jam film pun berakhir, dengan cerita romantis happy ending. Membuat para penonton merasa puas karena filmnya bagus.
"Kita kemana lagi?" tanya Ray.
Ram berbisik pada Ray, "ajak cewekmu belanja,"
Ray seketika mengangguk, akhirnya mereka berpisah dengan pasangan masing-masing. Saat ditoko pakaian mereka bertemu lagi, hingga terdengarlah kehebohan suara para cewek cewek yang sedang berbelanja.
"Begini ya rasanya punya cowok tajir plus royal? bisik Adira pada Cahaya.
"Sudah nikmati saja, kalau cowok seperti ini berarti dia lebih peduli pada orang lain dan juga pada orang yang disayangi," jawab Cahaya.
Tapi mereka belanja hanya seperlunya saja, mereka juga tidak ingin memanfaatkan cowok seperti mereka.
.
.
.