NovelToon NovelToon
Adil Untuk Delima

Adil Untuk Delima

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Cinta setelah menikah / Aliansi Pernikahan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cinta Murni
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Umi Fia

Berkisah Delima, seorang janda yang menikah lagi dengan seorang pria hanya bermodalkan ingin kejelasan tentang kematian suaminya. Ia hanya mencari kebenaran saja, apa suaminya meninggal karena kecelakaan jatuh di tempat kerja atau memang sengaja mengakhiri hidupnya karena alasan pinjaman online?. Atau memang ada alasan lain dibalik itu semua.

Pernikahannya dengan seorang pria bernama Adil. Mampu membuka beberapa fakta yang sangat ingin diketahuinya. Namun disaat bersamaan kebahagiaan rumah tangganya bersama Adil terancam bubar karena kesalahpahaman.



Mampu kah Delima mempertahankannya atau justru menyerah dengan keadaannya?.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Fia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 2 Adil Untuk Delima

Duka kehilangan suami tercinta masih sangat mendalam. Tangis yang tak pernah berhenti, matanya selalu basah, hatinya masih menjerit selalu memanggil suaminya. Tanah kuburannya pun masih belum kering. Kini duka itu harus bertambah lagi saat Delima diminta datang oleh pihak perusahaan Azka setelah empat hari kepergian Azka. Dimana sekarang ia sedang melihat sebuah rekaman. Dimana dalam tayangan itu terlihat jelas suaminya meloncat dari jendela. Bukan jatuh karena kecelakaan seperti yang diceritakan teman-teman kerja Azka.

"Karena ini murni bunuh diri bukan kecelakaan seperti rumor yang beredar. Maka perusahaan tidak akan mengeluarkan kompensasi sepeser pun atas meninggalnya Azka. Kami hanya akan membayar uang lemburnya saja, yang dijanjikan perusahaan yaitu 10 kali lipat." Kata salah satu dari mereka yang mewakili perusahaan.

Tes tes tes

Air mata yang sejak tadi ditahannya kini berjatuhan tanpa kendali di depan dua orang yang memiliki jabatan penting di perusahaan. Satunya mengaku sebagai manager Azka dan satunya lagi mengaku sebagai direktur utama perusahaan.

Bukan hanya karena uang yang tidak jadi didapatkannya. Namun hatinya begitu sakit dengan tuduhan yang dialamatkan pada suaminya. Setahunya, tidak mungkin Azka bunuh diri kalau melihat sikap dan sifat Azka selama hidup. Tapi ia juga tidak bisa menyangkal apa yang ada pada layar monitor CCTV.

Benar lah suaminya sengaja mengakhiri hidupnya?.

"Bahkan yang kami tahu, Azka memiliki beberapa pinjaman online yang sudah jatuh tempo. Mungkin itu bisa kamu tanyakan langsung pada Debt Collector yang nanti menagih ke rumah."

Deg

Apalagi ini? Pinjaman online? Sejak kapan? Untuk apa? Kenapa dirinya tak tahu?.

Mata basah Delima menatap lekat kedua pria yang berpakaian formal dan rapi itu. Entah kenapa ia merasa akan terus berurusan dengan kedua orang ini. Yang telah menuduh suaminya. Karena ia merasa tidak percaya dengan keterangannya meski rekaman itu sangat terlihat jelas. Hatinya yang berbicara, insting seorang istri yang menuntunnya.

Kemudian salah satu dari mereka, menyodorkan amplop putih ke hadapan Delima.

"Itu adalah uang lembur Azka."

Dengan wajah datar, Delima mengambil amplop tersebut dan segera undur diri dari sana. Rasanya ia ingin mencabik-cabik kedua orang itu. Yang telah omong kosong padanya.

Delima segera menaiki motor yang biasa digunakan Azka. Ia tak kuasa berlama-lama di tempat kerja sang suami. Air matanya masih saja banyak dan mungkin tidak akan pernah kering untuk menangisinya.

Setelah hampir satu jam berkendara. Delima tiba di rumah. Tubuhnya langsung ambruk di depan pintu sambil menutup wajahnya. Ia menangis sejadi-jadinya dengan suara yang sangat pelan. Karena ia tidak ingin membuat semakin sedih ibu Yunita.

"Sudah, ikhlas kan saja kepergian Azka." Kata tetangga sebelah sambil menggendong bayi Delima. Perempuan itu datang karena mendengar suara motor yang berhenti di rumah Delima.

Delima bangkit dari posisinya. Ia mengusap air matanya yang masih deras mengalir. Merapikan rambut yang sudah sangat berantakan. Kemudian mereka duduk saling berhadapan di kursi yang kembali ke semua setelah acara tahlilan Azka.

"Apa mbak Arti percaya kalau Mas Azka terjerat pinjaman online?." Tanyanya ambil menangis. Tangannya sibuk menghapus air mata yang melewati pipinya.

"Tentu saja aku tidak percaya! Siapa yang mengatakan itu?" tanya mbak Arti marah. Sebab setahunya Azka tidak pernah berurusan dengan pinjaman online seperti yang dituduhkan. Bahkan yang ia tahu, Azka tidak pernah berhutang pada tetangga atau saudara.

"Aku juga enggak percaya, mbak." Delima menggeleng. Lalu menyusut hidungnya yang tersumbat. Ia mengambil anaknya yang masih tidur dalam gendongan mbak Arti. Memeluknya sangat erat seolah sedang memeluk Azka.

Mbak Arti pulang setelah membantu Delima membuat makanan. Mbak Arti sangat prihatin dengan nasib Delima dan ibu Yunita. Wanita pesakitan itu tidak mau makan kalau bukan Delima yang memaksa.

Delima menaruh anak laki-lakinya di atas kasur. Ia juga ikut duduk di sana. Menatap photo pernikahannya dengan Azka. Wajah tampan dan senyum bahagia Azka terukir di sana. Ada bebarapa photo juga saat dirinya hamil, karena Azka sangat suka setiap momen memiliki satu photo yang bisa dilihatnya sebagai kenang-kenangan. Lagi-lagi air matanya jatuh, padahal Delima sangat ingin tegar mengikhlaskan Azka. Namun ternyata itu sangat susah sekali.

Delima kedatangan tamu saat sore hari, ada bebarapa teman wanita dan laki-laki Azka. Mereka membawa beberapa kebutuhan anak dan ibu mertua.

Kesempatan itu digunakan Delima untuk bertanya langsung pada orang yang melihat kejadian dimana suaminya kecelakaan. Tentu saja sebelumnya ia sangat berterima kasih dengan buah tangan mereka yang diberikan padanya.

Ternyata mereka juga memberikan itu bukan tanpa alasan. Mereka sudah mendengar kabar Azka yang tidak mendapatkan uang kompensasi namun dengan alasan yang tidak mereka ketahui. Dan ingin bertanya langsung pada Delima.

"Selain kamu dan beberapa orang karyawan apa ada orang luar yang melihat Azka terjatuh?." Tanya Delima pada Fandi. Ia akan mengambil tindakan setelah mengumpulkan bukti sebelum kembali mendatangi kantor Azka. Ia ingin membersihkan nama suaminya yang meninggal karena kecelakaan bukan bunuh diri.

"Kalau enggak salah ada, yang jualan ketoprak dan nasi goreng di ujung jalan. Tapi memang mereka enggak melihat jelas." Jawab Fandi.

"Tidak apa-apa, aku akan coba mendatanginya. Aku akan bertanya langsung nanti pada mereka."

Selain itu juga Delima mendapatkan informasi kalau Azka tidak memiliki hutang pada siapapun yang ada di kantor. Jadi tidak mungkin kalau Azka sampai memiliki hutang pada pinjaman online atau sejenisnya. Itu cukup membuat lega hati Delima. Walau sebenarnya ia sangat percaya dengan Azka.

Teman-teman Azka sudah pulang saat menjelang malam, ia segera mengurus ibu mertuanya yang hanya bisa menangis dan menangis. Masih menangisi kepergian anak satu-satunya. Apalagi kalau sampai ibu Yunita tahu penyebab meninggalkan Azka. Itu akan semakin menghancurkan hatinya.

Keesokan paginya Delima mendatangi kedua penjual yang dikatakan Fandi. Mereka melihat kejadian tersebut namun tidak tahu apa Azka terjatuh atau menjatuhkan diri. Itu cukup membuat Delima kesulitan untuk membawa mereka menghadap kedua petinggi perusahaan. Jalannya hanya satu, teman-teman Azka yang bisa benar-benar sanggup memberikan keterangan dengan benar.

Tanpa berlama-lama, siang itu juga Delima mendatangi kantor Azka setelah gagal menemukan kejelasan dari tukang ketoprak dan tukang nasi goreng. Delima sudah janjian untuk bertemu dengan Fandi dan beberapa orang di sana. Ternyata sangat tidak mudah ingin bertemu dengan kedua orang dengan posisi jabatan setinggi itu. Harus ada janji yang telah dibuat atau orang penting mana yang harus bertemu dengan mereka. Namun untungnya dengan menyebut namanya saja, Delima dapat diterima oleh kedua orang itu.

"Maaf sebelumnya, tapi di sini saya hanya ingin meluruskan mengenai kematian suami saya yang benar-benar kecelakaan bukan bunuh diri." Kata Delima langsung pada poin pentingnya.

"Teman-teman dari Azka ini yang melihatnya langsung." Kata Delima lagi tanpa rasa takut akan tatapan tidak ramah salah satu dari orang penting itu.

"Apa benar apa yang dikatakan ibu Delima ini?." Tanya orang yang memasang wajah tidak ramah.

Fandi dan keempat temannya saling pandang lalu mereka serempak menjawab.

"Tidak, Pak Davis."

"Memang benar, Azka meninggal bunuh diri karena terjerat pinjaman online." Fandi mengatakan itu dengan lantang tanpa keraguan.

Delima mengepalkan kedua tangan yang berada di atas pangkuannya. Hatinya bergejolak hebat. Matanya kembali memanas. Ada apa dengan mereka yang tadinya berada dipihaknya kini justru berada dipihak perusahan?. Kenapa mereka jadi balik ikut menuduh Azka dengan sangat keji?.

Bersambung

1
Esti Purwanti Sajidin
aduhlah ikut deg2 an jg jadi nya
Teti Hayati
Mulai tegang...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!