Tidak ada gadis yang mau menikah dengan lelaki beristri, apalagi dalam keterpaksaan ibu tiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Arip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11 Tak tertarik.
"Sebenarnya saya tidak tahu akan kecantikannya, karena penilaian seseorang beda beda Pak Daniel."
Ucapan Varel membuat Daniel mengusap pelan dagunya," Mm, benar juga perkataanmu."
"Saya melihat gadis itu berbeda dari yang lain," Varel membuat Daniel mengerutkan dahi, saat ada perkataan berbeda.
"Maksud kamu?" tanya Daniel, merasa penasaran akan perkataan sang asisten.
"Anda mungkin tak akan menduga, jika gadis yang akan anda nikahi memakai Syar'i dengan cadar menutupi bibir dan hidung, tubuhnya tertutup rapat, dan hanya satu lelaki yang beruntung, menjadi suaminya, bisa melihat kecantikan dan keseksian tubuh gadis itu!" jelas Varel, membuat Daniel tersenyum kecil.
"Waw, menarik. Jujur saja saya kurang tertarik dengan wanita model begitu," cetus Daniel, berusaha untuk duduk mengatur posisi badannya.
Dari dulu tipe wanita idaman Daniel bertubuh langsing, buah dada menonjol, dan berpakain seksi.
Varel mulai berpamitan pada Daniel, ia ingin beristirahat, memulihkan pikirannya yang berantakan.
"Saya permisi pulang dulu ya, Pak."
Daniel mempersilahkan sang asisten untuk pulang, hingga rasa sepi itu menyelimuti hatinya lagi.
Ia menatap langit langit di ruanganya, memikirkan perkataan Varel yang menurutnya pembodohan.
"Semua lelaki pasti ingin memiliki istri yang cantik dan seksi. Agar di pertontonkan pada orang orang bahwa keberuntungan laki laki adalah seorang wanita cantik yang mempelihatkan keseksian dari bagian tubuh istrinya." Gumam hati Daniel.
Ia mencoba untuk tertidur kembali, menikmati betapa sakitnya bekas luka pada kepalanya.
********
"Sudah, cukup."
"Aku sudah lelah."
Wulan turun dari ranjang tempat tidur, ia menutupi tubuhnya dengan selimut, terlihat keringat dingin bercucuran. Bekas peperangan antara dirinya dengan sosok pria bertato.
Lelaki itu tersenyum kecil, mendekat dan mencium pundak Wulan.
"Apa kamu menikmatinya?"
"Tentu."
"Tapi, kenapa tiba tiba lemah seperti ini!"
"Aku kesal dengan suamiku, dia terus menuntut agar aku menjadi seorang irt, dan mengandung seorang anak."
Wulan mempelihatkan bibir tebalnya, mengerutkan atas bawah bibirnya, tanda dirinya sedang kesal. Pria bertato mencoba membujuk sang kekasih hati, menarik dagu Wulan dan berkata." Kamu jangan terlalu memikirkan hal itu lagi, biarkan saja Daniel berkata apa? Yang terpenting sekarang kamu pada pendirian kamu sendiri."
Wulan menatap ke arah Pria bertato itu, ia tak segera mencium bibir tipis sang Pria dan melepaskan begitu saja." Memang kamu lelaki terbaikku. Baru tiga bulan kita bertemu dilokasi permotretan kamu sudah membuat hatiku tenang."
Pelukan hangat dilayangkan Wulan untuk kekasihnya itu.
Sebagai seorang istri. Apa dia tidak memikirkan kata Dosa, karena sudah berselingkuh dibelakang Daniel, lelaki yang selama ini sudah setia menemaninya.
"Oh ya, sayang. Aku butuh uang untuk pengobatan adikku. Apa kamu bisa membantuku." Pria bertato dengan julukan nama sebagai Angga, berusaha merayu sang kekasih.
Wulan yang memang sudah jatuh hati pada Pria bertato itu, kini mengambil tas. Mengeluarkan uang dalam isi tasnya.
"Kamu butuh berapa?" tanya Wulan, dengan begitu angkuhnya memperlihatkan lembaran uang dihadapan kekasihnya.
Tentulah Angga melihat pemandangan itu membuat hatinya ingin cepat menerima uang lembaran berwarna merah yang kini berada di tangan Wulan.
"Sayang, aku butuh uang sepuluh juta saja untuk pengobatan adikku."
Mendengar hal itu, Wulan menghitung lembaran uang pada tangannya, ia langsung memberikan pada sang kekasih hati yang selalu mendukung keinginannya.
"Ini."
Angga mengambil dengan penuh semangat, ia menggerak gerakan uang itu, betapa beruntungnya. Menjadi seorang pengangguran dan setiap saat mempunyai uang dengan gampangnya.
"Terima kasih ya sayang." Angga mencium kening sang kekasih.
"Tenang saja, aku pasti akan membantu kamu. Karena suamiku kamu tahu sendiriakan dia seorang CEO." balas Wulan dengan sombongnya.
**********
Membuka mata di pagi hari, adalah sesuatu yang sangat di nantikkan Daniel. Apalagi ketika menghirup udara segar perasaan Daniel begitu tenang.
Sang asisten ternyata sudah datang kembali, Daniel yang melihat kegigihan Varel bekerja membuat ia berniat untuk menaikan gajinya.
"Pak Daniel ada yang mau bertemu dengan anda, " ucap Varel.
"Siapa?" tanya Daniel, dimana Varel membuka pintu ruangan, terlihat keluarga Pak Gunawan datang menjenguk sang CEO.
"Pak Gunawan, anda datang ke sini?" tanya Daniel, lelaki tua itu kini bersalaman dengan calon menantunya.
"Bagaimana keadaan anda?" tanya Pak Gunawan, menampilkan senyum ramahnya.
"Keadaan saya baik baik saja pak," balas Daniel melirik ke arah wanit bercadar dan pakaian Syar'inya.
Pak Gunawan yang mengerti akan tatapan Daniel, kini menyuruh Sarla mendekat dan memperkenalkan diri, memang Pak Gunawan belum memperlihatkan anaknya kepada sang CEO.
Sarla menantap lelaki dewasa dan sudah beristri itu sedikit risih, apalagi tatapan matanya yang tajam tanpa berkedip sedikit pun saat m melihat Sarla.
Daniel mulai menyodorkan tangan, namun tak di anggap oleh Sarla, ia hanya bersalaman dengan menempelkan kedua tangannya saja, sedikit menyingkir dan berkata." Maaf sebelumnya, kita bukan muhrim."
Siapa sangka Varel yang mendengar perkataan itu, membuat hatinya semakin tergoncang, perasaan cinta berusaha ia pendam, tapi ketika melihat tutur kata sang pujaan hati, membuat hawa napsu dan keinginan bergelut.
Daniel melihat wanita yang akan ia nikahi, dari ujung kaki hingga ujung kepala," oh ya. Nama kamu siapa. "
Sarla malas sekali menjawab, ia menggerutu kesal pada hatinya." Dasar pria aneh, sudah di kasih tahu, pake nanya lagi, kaya tidak ada topik pembicaraan saja."
Pak Gunawan melihat anaknya tak menjawab perkataan CEO Daniel, membuat lelaki tua itu mencubit lengan Sarla.
"Aw, papah ini." cetus Sarla mengusap lengannya merasakan betapa sakitnya cubitan Pak Gunawan.
Kedua mata sang papa, memberi kode agar menjawab.
"Nama saya Sarla, Pak."
"Mm, kenapa kamu memakai pakaian seperti ini?"
Sarla terkejut dengan pertanyaan bodoh sang CEO, bukannya wanita sudah diwajibkan memakai hijab dan menutup aurat. Dan yang disunatkan hanyalah cadar bisa di pakai atau tidak.
Sarla menggelengkan kepala dan menjawab." Hijab bukannya kewajiban, memangnya anda tidak tahu pak?"
Mengerutkan dahi, Daniel masih tak mengerti, Sarla melihat wajah calon suaminya kini menggerutu kesal," kenapa sih ni orang, pura pura nggak tahu, apa memang tidak tahu."
"Saya tidak setuju dengan perkataan kamu ini. Karena melihat wanita memakai pakaian seperti kamu ini membuat kedua mata saya tak tertarik, oh ya Pak Gunawan, saya lebih suka dengan wanita seksi," jawab Daniel, membuat Sarla kesal, masih ada lelaki di dunia ini menyepelekan namanya aurat.
Pak Gunawan, terdiam terpaku, ia tak bisa menjawab dan menentang pakaian anaknya. Yang sudah ia ajarkan dari kecil.
"Pak Gunawan anda paham perkataan saya, atau jangan jangan anda mau membatalkan kerja sama kita, " ucap Daniel membuat sebuah kebingbangan pada hati Pak Gunawan.
Bagaimana ini?