Vivian putri suksena, adalah mahasiswi universitas Pratama jurusan sastra bahasa Indonesia, dia bercita-cita menjadi seorang penuliss
Sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang lelaki yang sedang tertidur bersandar di bawah pohon… ternyata lelaki itu bernama Damar Adinatha yudha, dia adalah mahasiswa favorit dan terkenal di kampusnyaa
Damar memiliki sebuah rahasia tentang kehidupan nya
Dan pria berambut pirang, Lorenzo Adya pratama. ayahnya adalah pemilik universitas pratama di mana vivian kuliah, ibunya pemilik yayasan di belanda dia adalah senior vivian, Lorenzo tertarik dengan Vivian yg polos dan sifat vivian yang tegas dan tidak mudah di tindass
Damar memiliki kisah keluarga sangat yang sangat tabu, Vivian memiliki sebuah trauma dalam keluarganya sehingga mengharuskan dirinya untuk pergi mengejar cita-cita dan mimpinya
Lorenzo penerus keluarga pratama, yang tidak luput dari kegelisahan masa kecilnya
Kisah Cinta setiga pun terjadi,,, penasaran?
ikuti kisah selanjutnya yaa!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PURO, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
Di ruang operasi para perawat, Dokter, Dan suster semuanya tampak sibuk mempersiapkan operasi ayahnya..
Dia mendengar dari desas desus para dokter dan perawat yang saat ini ikut menangani operasi ayahnya, bahwa ada dokter spesialis jantung yang khusus dibawa dari luar negeri..
Operasi ini cukup mendebarkan karena melibatkan beberapa dokter profesional di bidangnya. Dokter bayu, yang saat ini sedang memberikan dokumen kesediaan operasi pun, seperti menjelaskan operasinya akan berjalan seperti apa, dan bagaimana keadaannya nanti setelah operasi selesai..
Vania tidak memikirkan hal lain, dia hanya fokus dengan operasi ayahnya dan berdoa agar semuanya baik-baik saya..
Dia dan ibunya tampak duduk bersandar di kursi depan ruang operasi, dia menatap jam dinding yang berada di atas pintu ruang operasi. Jam menunjukkan pukul 15.00 dini hari sekarang sudah pukul 23.00. namun masih belum ada kabar apapun, bahkan belum ada dokter yang keluar dari ruang operasi.
Vania mulai merasa khawatir, begitupula dengan ibunya, mereka sudah cukup lama menunggu namun masih belum ada kabar apapun dari dalam, dokter yang sangat sibuk bolak-balik ke ruang operasi membuatnya jadi semakin cemas. Namun dia tetap mencoba menenangkan dirinya mengingat ibunya saat ini masih dalam keadaan yang sangat buruk.
Ibunya tidak mau makan sedari tadi, tidak tidur dan tidak bisa beristirahat. Dia menunggu dengan sabar, sampai ada kabar selanjutnya.. dia tidak ingin saat dia tertidur malah ada hal buruk terjadi, sehingga membuat nya terus terjaga dan enggan untuk beristirahat..
Sama halnya dengan ibunya, Vania tak henti-hentinya bedoa dan berharap keajaiban..
~~Beberapa saat kemudian dokter keluar dari ruang operasi…
Vania yang tengah duduk spontan saja berdiri dan berlari menghampiri dokter, wajahnya tampak lelah karna tidak bisa beristirahat.. fikiran nya kacau dan penuh dengan kekhawatiran.
“Dokter bagaimana keadaan ayahku..”
Dokter tampak melepaskan masker yang ada di wajahnya dan menghela nafasnya.. Ratih ibu dari Vania pun ikut beranjak dari tempat duduknya dan berjalan ke arah dokter.
“Bagaimana keadaan suami saya dokter..” Tampak berlinang air mata, kantung matanya yang tampak kendur seperti menjadi bendungan dari airmatanya, terlihat lelah bahkan tidak beristirahat sedikitpun..
“Syukurlah keadaan tuan Rudi sudah baik-baik saja, tadi keadaannya memang sempat kritis karna dokter jantung di rumah sakit ini baru menemui kasus seperti ini, tampaknya ada komplikasi di jantung dan saluran lainnya, tapi syukurlah karna ada beberapa dokter profesional yang membantu kami, operasi ini berjalan dengan lancar. Kalau tidak ada mereka saya pun cukup putus asa, karna keadaannya sudah semakin memburuk..”
Vania menghela nafas lega, syukurlah semua hal telah berjalan dengan baik.. seperti yang dia harapkan..
“Baik dokter terimakasih banyak telah membantu.. saya sangat-sangat berterimakasih anda telah membantu ayah saya..”
Vania meneteskan air matanya, semuanya tumpah menjadi satu..
Dokter menatap wajah Vania seolah ragu ingin mengatakan sesuatu,,, Vania yang menyadari hal itu pun menjadi penasaran..
“Maaf dokter, apakah ada yang ingin anda katakan pada saya?...”
Dokter bayu tampak bingbang, seolah ada hal yang mengganjal di hatinya dan Sulit dia katakan… namun setelah beberapa saat akhirnya dia membuka mulutnya,,, sebelum itu dia sempat menghela nafas panjang…
“Nona.. yang paling penting berterimakasih lah kepada tuan Adinatha, jujur saja Tuan Adinatha melarang saya untuk mengatakan hal ini kepada anda. Tuan Adinatha lah yang menjamin semua biaya operasi ini. Tapi bukan hanya itu saja, dia sangat totalitas membantu anda, Saat itu saya mengatakan mungkin akan sulit menanganinya.
DiKarenakan memang keterbatasan tenaga medis profesional spesialis jantung di rumah sakit ini, dan ada beberapa alat yang belum memadai untuk menjalankan operasi karna penyakit ayah anda terbilang cukup langka, namun tuan Adinatha bahkan menghubungi pihak rumah sakit luar negeri untuk menjalankan operasi ini, dan biaya nya pasti sangat mahal. Saya berharap anda tidak memberitahu tuan Adinatha bahwa saya yang memberi tahu anda tentang hal ini. Saya telah berjanji padanya untuk menyembunyikan hal ini dari anda “ Ucap dokter itu.
~~”Tuan Adinatha…” Batinnya..
Vania tampak tertegun, mengapa tuan Adinatha mau membantu nya untuk operasi ini, padahal siang tadi Vania telah mengatakan hal itu kepadanya….
“Baik dokter saya akan mengingatnya dengan baik, terimakasih banyak atas bantuannya dokter. Dan terimakasih banyak untuk informasi yang anda beritahukan kepada saya”
Vania menunduk seakan mengucapkan rasa terimakasihnya,,, dokter bayu yang melihat hal itu akhirnya tersenyum dan menunduk.. setelah itu berjalan pergi meninggalkan Vania..
Setelah operasinya selesai pasien di pindahkan ke ruang utama, kondisinya masih belum sadarkan diri karna efek obat bius…
Ratih tampak memegang tangan suaminya dengan erat, sambil berderai air mata dan terus memanjatkan doa, untuk kesembuhan suaminya..
Vania yang masih duduk di Sofa, melihat jendela yang berada di samping ruangan pasien,,, ini ruangan khusus dimana kamu bahkan bisa melihat pemandangan yang indah dari sini..
Ini adalah rumah sakit, namun tampak seperti hotel, dia kemudian termenung.. apa yang akan dia katakan kepada Adinatha, apa yang harus dia lakukan saat bertemu dengannya nanti..
Batinnya seakan tidak tenang,,, Fikiran nya menjadi kacau… Adinatha telah membuat Vania berhutang budi padanya..
~~
Tidak berapa lama,,, tangan yang kaku itu mulai bergerak, matanya mulai berkedip..
“Vania… liat ayahmu..” Ucap ratih yang berteriak.
Vania yang sedang termenung langsung tersadar dan berlari kecil ke arahnya..
Dia memegang tangan ayahnya yang mulai terasa hangat, matanya berkedip dan perlahan membuka matanya..
“Va..nia…” Ucap ayahnya dengan kondisi yang masih melemah
“Iyaaa,, ayah ini akuu.. ayah syukurlah ayah telah siuman..”
Vania menangis berderai airmata nya bagaikan sungai yang mengalir,, ini semua tampak seperti keajaiban. Akhirnya ayahnya sadar setelah sekian lama kritis.
Ratih terburu-buru keluar dan memanggil-manggil dokter…
“Dokter cepat kemari…”
Dengan sigap Dokter berlari dan mulai memeriksa keadaannya nya, mengecek denyut jantungnya..
Vania dan Ratih masih menunggu kabar dari dokter.. karena ayahnya telah siuman perlahan rasa kekhawatiran nya sedikit menghilang..
“Syukurlah keadaan tuan Rudi sudah membaik, denyut jantungnya juga sudah normal kembali.. hanya perlu beristirahat sebentar untuk pemulihan, badannya masih sedikit kaku karna telah lama berbaring. Setelah istirahat yang cukup tuan Rudi sudah boleh pulang..”
Ucap dokter yang membuat Vania senang wajahnya tampak berbinar-binar, dan mulai menghampiri ayahnya..
“Ayah…”
Vania menggenggam erat tangan ayahnya itu, dan menaruhnya di pipinya.. tangannya yang dingin sudah mulai hangat, keadaannya sudah mulai membaik..
Dia meneteskan airmatanya merasa sangat bersyukur dan bahagia..
Walaupun kondisi ayahnya baru siuman dari masa kritis nya, dia terlihat sangat bersemangat.. mengobrol dengannya dan istrinya seakan telah menebus waktu yang telah terbuang karna dirinya yang sakit..
Semuanya tampak bahagia dan penuh dengan haru, sampai akhirnya..
“Vania, ibu tadi mendengar pembicaraan mu dengan dokter bayu, katanya yang membiayai operasi ini adalah tuan Adinatha. Ibu sangat bersyukur dan bahagia ternyata masih ada seorang dermawan yang tampa pamrih menolong kita yang sedang dalam kesusahan ini..”
Vania hanya menunduk, jantungnya berdegup kencang, Adinatha telah membuat perasaannya kacau saat ini..
“Vania,, ibu ingin bertemu dengan orang itu, tuan Adinatha.. ibu ingin berterimakasih padanya, mau bagaimanapun dia telah menyelamatkan nyawa ayahmu, dan dia yang telah menanggung semua biaya operasi ayahmu, ini sama saja dengan kita berhutang budi nyawa padanya..”
~~Deggg…
Detak jantung Vania semakin tidak beraturan, apa yang harus dia katakan pada ibunya.. tapi untuk saat ini lebih baik dia tidak membahas hal yang tidak perlu. Ayahnya baru saja siuman, dan ibunya terlihat lelah, dia takut mengatakan hal-hal tidak terlalu penting malah akan membuat ibunya jadi tidak bisa beristirahat karna memikirkan nya..
“Ibu istirahat saja,, nanti aku yang akan mengucapkan rasa terimakasih kepada tuan Adinatha, karna telah membantu kita..”
Ibunya tampak memegang tangan Vania dengan erat seraya menggelengkan kepalanya..
“Tidak Vania tidak bisa seperti itu,,, Mata di balas mata, Gigi di balas gigi.. apalagi dia telah membantu ayahmu, ini hutang nyawa kalau bukan karna dia mungkin kita bisa saja sudah kehilangan ayahmu.. Ibu tidak bisa memberikan apapun padanya tapi setidaknya ucapan rasa terimakasih harus ibu ucapkan sendiri kepadanya…
Kalau saja ada sesuatu yang berharga yang bisa ibu berikan kepadanya sebagai bentuk rasa terimakasih ibu,,, sesuatu yang berharga yang sebanding dengan nyawa ayahmu, pasti sudah ibu berikan. Ayahmu begitu berharga untukku Vania, aku harus secepatnya berterima kasih padanya..”..
~~~Deggg…
~~Jantung Vania kembali bergejolak, “Nyawa di bayar nyawa”... Hal berharga yang sebanding dengan nyawa ayahku yang berharga”..
“Apakah aku harus menerima permintaan nya..?...”
~~~ Aku ingin memiliki seorang anak…
Ucapan tuan Adinatha terngiang-ngiang kembali di telinga Vania..
~“Sesuatu yang berharga yang sebanding dengan nyawa ayahku, adalah sebuah nyawa…” Ucap Vania yang bergumam di jendela kamar pasien…
\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*\*