NovelToon NovelToon
My Fantasy Came True

My Fantasy Came True

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Time Travel / Identitas Tersembunyi / Dunia Lain / Kaya Raya / Romansa
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Leticia Arawinda

aku sangat terkejut saat terbangun dari tidurku, semuanya tampak asing. Ruangan yang besar, kasur yang sangat luas serta perabotan yang mewah terlihat tampak nyata.
aku mengira semua ini adalah mimpi yang selalu aku bayangkan sehingga aku pun tertawa dengan khayalanku yang semakin gila sampai bermimpi sangat indah.
namun setelah beberapa saat aku merasa aneh karena semua itu benar-benar tampak nyata.
aku pun bergegas bangun dari kasur yang luas itu.
"kyaa!!" teriakku sangat kencang saat aku menatap cermin yang besar di kamar itu.
wajah yang tampak asing namun bukan diriku tapi aku sadar bahwa itu adalah aku.
semuanya sangat membingungkan.
aku pun mencubit pipiku dan terasa sakit sehingga aku tahu itu bukanlah mimpi.
"wajah siapa ini? bukankah ini sangat cantik seperti putri kerajaan" gumamku merasa kagum.

apakah semua ini benar nyata atau memang hanya sebuah mimpi indah?

🌸🌸🌸
nantikan kisah selanjutnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leticia Arawinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24

“Sayang.. mmhh” Ivander menatapku dengan tatapan yang dalam. “Mmph.. iya suamiku” jawabku dengan nafas yang terengah-engah selepas ciuman yang bergairah.

Ivander menyentuh wajahku dan tersenyum kemudian dia mulai menciumiku kembali dari kening turun ke bawah dan kini berada di leherku. Rasa geli sangat membuatku semakin aneh saat dia menyentuhnya di sana dan menghisapnya.

“Mmhh.. suamiku” aku menyentuh kepalanya dan mencoba menahannya agar tidak terlalu lama menyentuh leherku namun Ivander tidak berhenti menyentuhnya.

Dia pun semakin hanyut akan hasratnya. Ivander mulai menggerakkan bibirnya turun ke bawah ke tulang selangka dan menciumnya. “Ah” desahku semakin tergelitik. Tangannya kini beralih ke dadaku. Dia menyentuhnya dengan tangannya yang besar dan memainkannya dengan jarinya.

“Mmhh..” aku menjadi semakin tidak bisa mengendalikan ekspresiku. Dia perlahan menyentuh dadaku dengan mulutnya dan kini melumatnya hingga terasa sangat hangat saat tersentuh oleh lidahnya.

Ivander sesekali melihat ke arahku dengan tatapan yang menggoda. Aku semakin berhasrat karena tatapannya itu di saat mulutnya masih berada di atas dadaku dan tangannya masih meremasnya.

Aku sama sekali tidak menduga akan seperti apa rasanya dan kini aku tidak bisa menjelaskannya. Setiap sentuhannya dan gerak bibir dan lidahnya menghanyutkan ku ke dalam hasrat yang semakin besar.

Ivander tak mengatakan apapun namun dia tidak berhenti menyentuhku. Dia semakin bergerak ke bawah dan menciumiku dari atas hingga ke bawah perutku.

“Mmhh.. istriku.. rasanya aku tidak pernah merasa cukup. Aku ingin lebih dari ini ” ucapnya berhenti sejenak dan menatapku penuh harap. “Hngh.. iya, lakukan saja suamiku” jawabku sudah tidak memikirkan apapun.

Dia menyeringai dan kembali menyentuh tubuhku. Kini dia semakin intens menyentuhku hingga ke area paling sensitif dariku. “Jangan suamiku” ucapku saat terkejut. Ivander menyentuhnya dengan mulutnya. Tanganku bahkan menyentuh kepalanya dan tak bisa menghentikannya meski aku sudah berusaha mengatakannya.

Sensasi yang semakin aneh namun aku merasa nikmat saat ia menyentuhnya. Ivander berhenti dan menunjukkan wajahnya dengan seringai di wajahnya. Dia menarik tubuhnya dan kini dalam posisi bertumpu pada lututnya dan menyentuh kedua lututku. Dia melebarkan pahaku dan mulai semakin mendekatkan dirinya. “Sayang.. aku akan memulainya dengan pelan” ucapnya sangat meyakinkan.

Ada sesuatu di bawah sana yang berusaha masuk dalam diriku. “Ugh!” Ivander berusaha melakukannya dengan perlahan.

Aku tidak bisa menahan rasa sakit yang aneh namun bercampur dengan rasa nikmat saat miliknya sudah berada di dalamku. “Ahh..” desahku tak tertahankan.

Aku mencengkeram punggungnya, pikiranku kosong dan semakin menginginkannya lebih dari itu. “Haa.. sayang” kataku dengan nafas yang terengah-engah. Ivander mencium bibirku saat aku merasakan sakit. Aku bahkan tidak pernah membayangkan betapa besar miliknya dan kini sudah berada di dalamku.

“Istriku, kamu benar-benar membuatku gila. Aku sangat senang kamu memanggilku, sayang” katanya dengan hasrat yang memburu. Ivander mulai menggerakkan tubuhnya dengan ritme yang pelan. Dia bergerak maju mundur dengan intens.

Tatapannya menjadi semakin gelap akan hasrat. Ekspresinya tak pernah kulihat sebelumnya. Tubuhnya semakin menempel dan terasa semakin panas. Dia memperhatikan diriku dengan bersikap hati-hati.

“Sayang.. aku akan bergerak lebih cepat.. mmhh” bisiknya dengan suara yang rendah dan semakin berat. “Haa.. iya” jawabku.

Pikiranku kosong namun aku menikmati setiap gerakan dan hentakkan darinya yang membuatku merasakan kenikmatan yang belum pernah kurasakan. Dia bergerak semakin cepat dan keras hingga aku merasa miliknya semakin dalam.

Ivander semakin putus asa dengan semakin meningkatkan kecepatannya hingga akhirnya kami pun mencapai pelepasan bersama dan merasakan puncak kenikmatan yang tak pernah kurasakan selama ini dalam hidupku.

Tubuhnya gemetar dan terjatuh di atasku dengan nafas yang terengah-engah. “Haa.. istriku, terimakasih” ucapnya sambil menyentuh wajahku. Dia bersandar di dadaku dan menatapku. Ivander beranjak dan mencium keningku kemudian iya mendekap ku kembali dengan melingkarkan lengannya padaku. Tangannya mengelus kepalaku dan memberikan kehangatan penuh kasih sayang.

“Mmhh.. suamiku, aku tidak tahu bahwa rasanya seperti ini. Aku sepertinya suka dengan hal ini” kataku merasa senang. Aku tersenyum dalam dekapannya dan masih merasakan sentuhan kulitnya. Ivander memperlakukanku dengan sangat baik sehingga aku semakin nyaman berada di dekatnya. “Aku senang mendengarnya istriku. Aku sangat mencintaimu dan selalu ingin menyentuhmu. Aku tidak akan pernah merasa cukup padamu. Bolehkah kita melakukannya lagi?” pintanya dengan suara yang rendah.

Dia masih sedikit gemetar setelah pelepasannya namun sudah menjadi lebih rileks. Aku pun merasakan hal yang sama meski aku tidak akan menyangka akan melakukannya lagi beberapa kali dengannya di malam pertamaku berhubungan seperti itu.

Aku merasakan sentuhan Ivander tidak kasar dan memahami apa yang di sukai oleh tubuh ini sehingga aku tidak bisa menolaknya saat dia ingin melakukannya lagi dan lagi.

Aku merasa semakin tidak bisa lepas darinya setelah aku memberikan apa yang belum pernah kuberikan pada siapapun meski Ivander melakukannya karena tubuh ini adalah istrinya. Sejenak saat aku melihat dia sedang tidur di sampingku karena lelah setelah melakukannya beberapa kali, aku merasakan perasaan bersalah.

Bagaimana kalau Ivander tahu bahwa aku berbeda dengan istrinya. Caraku memperlakukannya, responku bahkan gerak dari tubuh ini. Aku takut dia akan kecewa jika tahu dalam tubuh ini bukan jiwa istrinya. Ketakutan yang semakin besar justru terasa saat aku sudah sepenuhnya mempercayainya dan menyerahkan apapun pada diriku.

Aku menyentuh keningnya dan menyeka rambut yang hampir menutupi matanya. Aku sangat suka menatap wajahnya yang sangat tampan dan terlihat tenang saat tidur karena aku selalu melihatnya dengan ekspresi yang serius dan tak kenal rasa lelah dalam melakukan apapun.

“Ivander, aku mencintaimu. Cup” aku mencium keningnya dan kembali mendekapnya. Kami pun tidur bersama setelah sudah melewati malam yang panjang bersama.

Di bali selimut yang hangat, kami masih memeluk satu sama lain dan merasakan kehangatan tubuh dan merasakan nafas hangatnya berhembus ke kulitku. Aku menyukai semua yang ada pada dirinya dan semua yang dia lakukan padaku.

Namun aku tidak ingat akan luka di pundaknya. Aku terlalu menikmati setiap sentuhannya namun aku tidak memperhatikannya lebih dari biasanya.

Aku merasa sedikit egois pada semua hal namun Ivander seperti tidak merasakan sakit apapun pada lukanya dan justru sangat senang bisa melakukannya.

Aku berfikir dan bertanya-tanya dalam benakku sebelum aku benar-benar tidur dengan lelap. “Ivander, apa dia akan tetap mencintaiku?”

“Mmhh..” Ivander mendekatkan ku dan mendekap ku semakin erat. Dia seperti tidak ingin jauh dariku meski hanya sebentar. Aku pun merasa semakin nyaman dalam pelukannya.

Aku merasa malam itu Ivander sudah melepaskan segala apa yang ia tahan dan tak bisa ia lakukan lebih dari satu tahun dan terlihat sangat bersemangat meski ia berhasil menahan dirinya agar tidak terlalu menunjukkan keinginannya dan bersikap lebih dari ini.

1
Riss Si Author
semangat ya
Riss Si Author
ini keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!