Genre: Drama, Mystery, Psychological, Romance, School, Supernatural, Time Loop
Haruto Keita hanyalah siswa SMA biasa. Tapi suatu hari, saat pulang sekolah, dia tiba-tiba kehilangan kesadaran dan mendapati dirinya kembali di kelas, satu jam sebelumnya. Sempat merasa bingung, Haruto akhirnya menyadari bahwa setiap kali dia membuat kesalahan, waktu akan mundur satu jam.
Setelah beberapa kali mengalami Time Loop, Haruto menemukan sebuah pola yang membuatnya berpikir kalau semua itu berhubungan dengan seorang gadis, namanya Fumiko Reina.
Siapa itu Fumiko Reina? Lalu, bagaimanakah nasib Haruto kedepannya?
Note:
- Cerita ini hanya fiksi, semua latar, tokoh, dan cerita murni karangan author belaka. Jika terdapat kesamaan pada karangan ini, maka itu hanya kebetulan yang tidak disengaja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nov Tomic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 — Ruangan Putih Part 2
Kami semua telah duduk di kursi, bersiap untuk melakukan diskusi. Tentu saja, Jikan hanya akan menyimak disini. Itu membuat suasananya jadi semakin canggung dan tegang.
Future Haruto ada di hadapanku, menatap dengan tajam. Tapi, kali ini ada sesuatu yang berbeda. Sepertinya tatapan itu bukan hanya penuh kemarahan, tapi juga ada rasa penyesalan yang cukup dalam.
Ah, canggung sekali. Kenapa bisa seperti ini?
Kami terdiam cukup lama, tidak tahu harus mulai dari mana. Ruangan putih yang penuh dengan waktu ini menjadi saksi dari kebisuan kami.
Aku bisa merasakan tekanan yang berat di dadaku, tetapi aku harus tetap tenang dan mencari cara untuk memahami apa yang terjadi.
"Maaf, Haruto."
"Eh?"
Akhirnya, Future Haruto membuka topik pembicaraan. Sembari meminta maaf, dia menundukkan kepalanya padaku. Tidak hanya itu, suaranya juga terdengar lebih lembut, penuh dengan rasa bersalah.
"Maaf karena telah memukulmu sebelumnya!"
"Kenapa kau minta maaf?"
Aku mengerutkan kening, sedikit terkejut dengan permintaan maafnya yang tiba-tiba.
Tidak ada lagi tatapan tajam yang dikeluarkan oleh Future Haruto. Dia mengangkat wajahnya, menatapku dengan mata yang penuh penyesalan.
"Aku... aku sebenarnya ingin membuat Jikan kesakitan dan membalas perbuatannya. Tapi, aku malah melampiaskan emosiku padamu. Sekali lagi, aku minta maaf!"
"Tidak masalah, aku sudah memaafkanmu.. Future Haruto. Jadi, bisakah kau jelaskan semuanya dari awal?"
"Hah, Future Haruto?"
"Maaf, seperti itulah aku menyebutmu agar tidak memusingkan."
"Hahaha.. sebutan yang bagus! Aku suka itu!"
Eh?! Yang benar saja! Aku terkejut karena Future Haruto ternyata bisa tertawa. Walaupun agak benci mengakuinya, tapi wajahnya tampak lebih cerah ketimbang diriku yang sekarang.
Kupikir diriku di masa depan ini hanyalah seseorang yang emosinal, tapi sepertinya aku sedikit salah paham. Future Haruto bukanlah orang yang mudah emosi, tetapi dia adalah seseorang yang bisa mengekspresikan dirinya dengan lebih baik.
Yah, sepertinya aku juga perlu belajar dari Future Haruto.
"Menarik sekali melihat kalian berdua akhirnya berbicara dengan tenang."
Jikan tiba-tiba angkat bicara, padahal sedari tadi dia hanya diam dan menyimak pembicaraan kami.
"Diam kau, Jikan! Aku bisa memukul kepalamu dengan mudah jika sedekat ini!"
"Apa kau yakin untuk memukulku, Haruto-kun? Aku akan sangat kesakitan jika kau melakukannya."
"Sialan kau, curang sekali memakai wujud Fumiko seperti itu!"
"Aku bebas melakukan apapun disini, jadi kau tidak berhak protes."
Oh, jadi seperti itu?
Dari berbagai interaksi yang sudah terjadi, aku menyimpulkan kalau hubungan antara Future Haruto dengan Jikan memang tidak begitu baik. Tapi, bukan itu yang aku pikirkan sekarang.
Benar sekali, saat ini aku memikirkan tentang Jikan yang tampak begitu tenang dan santai. Padahal sebelumnya, dia tampak begitu panik dan terkesan terburu-buru untuk bertukar kesadaran denganku.
Begini, biar kujelaskan sedikit tentang asumsiku. Anggap saja saat berbagi kesadaran, Jikan akan memusatkan kekuatannya di satu titik. Dia berperan sebagai parasit, yang berarti sudah jelas kalau dia juga membutuhkan inang.
Kekuatan Jikan tidak akan berfungsi beberapa saat jika kepala inangnya diserang. Oleh karena itu, dia terdengar sangat panik sebelumnya. Barulah setelah bertukar kesadaran, Jikan jadi tampak begitu tenang.
Aku baru menyadari itu saat Future Haruto berkata kalau dia akan memukul kepala Jikan. Terlebih lagi, Jikan juga berteriak dan menyuruhku untuk menunduk sebelumnya, karena dia tahu kepalaku sedang diincar oleh Future Haruto.
Walaupun begitu, masih ada satu hal yang menggangguku. Bagaimana Future Haruto tahu kalau Jikan ada di alur waktu sekarang? Terlebih lagi, dia langsung menyerangku seolah-olah begitu yakin kalau Jikan bersarang di tubuhku.
Yah, apa boleh buat. Karena tidak bisa berpikir lagi, kurasa aku hanya akan mengikuti alurnya sekarang. Otakku sudah begitu panas untuk mencerna semua ini, jadi rasanya agak beresiko jika aku memaksakan diri.
"Jika kau mengganggu pembicaraan kami, apa kau punya penjelasan untuk semua ini, Jikan?"
Sembari bertanya, aku menoleh ke arah Jikan. Entah kenapa, dia terlihat begitu senang atas situasi ini.
"Tidak juga, aku hanya menunjukkan rasa senangku karena kalian telah akur. Tapi.. setelah kalian banyak bicara, barulah aku akan menunjukkan sesuatu pada kalian."
Jikan tersenyum tipis, merespon pertanyaanku. Astaga, aku yakin kalau dia begitu sengaja menunjukkan senyum anehnya itu.
"Harusnya kau tidak menyela kami, Jikan! Dan juga, bisa hentikan senyum bodohmu itu? Rasanya aku bisa memukulmu tanpa ragu jika terus seperti itu!"
Dengan nada kesal, Future Haruto membalas perkataan Jikan. Tampaknya, dia juga terganggu dengan senyum yang ditunjukkan oleh Jikan saat memakai wujud Fumiko.
Yah, Future Haruto adalah diriku sendiri di masa depan. Jadi, pemikiran kami pasti kurang lebih akan sama.
"Begitu, ya? Maafkan aku. Aku akan berhenti tersenyum."
"Baguslah. Padahal kau sendiri yang ingin kami berbicara, tapi kau malah menyela kami."
"Ya, maaf. Silahkan lanjutkan!"
Pada akhirnya, setelah konflik singkat, Jikan akan kembali menyimak pembicaraan antara aku dengan Future Haruto.
Kemudian, mataku bertemu dengan Future Haruto, yang sepertinya ingin membicarakan banyak hal denganku. Yah, sama halnya denganku, aku juga ingin seperti itu.
"Umm.. bagaimana aku harus memanggilmu? Haruto di masa kini? Atau mungkin, Haruto sekarang?"
"Yang mana pun itu, aku tidak keberatan."
"Baiklah, mungkin Haruto saja. Kau bisa memanggilku Future Haruto seperti tadi!"
"Aku mengerti."
Pembicaraan di antara kami mulai mencair. Baguslah, rasanya akan aneh jika aku tidak bisa berbicara dengan diriku sendiri.
"Jadi, Haruto. Kau sudah sampai mana?"
"Apa maksudmu?"
"Hubunganmu dengan Fumiko. Katakan saja dengan jujur!"
"Emm.. kami berpura-pura pacaran agar Fumiko berhenti dirundung."
"Eh?! Secepat itu? Yang benar saja!"
Ah, Future Haruto tampak begitu terkejut. Kupikir itu normal-normal saja, tapi ternyata tidak seperti yang kupikirkan.
"Apakah aku melakukan kesalahan? Jika iya, maka aku akan putus dengannya."
"Tidak, jangan lakukan itu. Semuanya sudah sangat bagus! Aku hanya terkejut karena kau begitu berani."
"Oh, begitu?"
"Dan juga.. ketika ada rumor, kurasa kau harus menghadapinya."
"Kenapa?"
"Melalui rumor itu, kau bisa belajar banyak hal. Kau tahu? Di alur waktuku sebelumnya, aku terlalu pengecut dan menepis semua rumor itu. Tebak saja hasilnya seperti apa? Tepat sekali, Fumiko Reina berakhir tragis."
"Eh, Tragis?! Maksudmu, dia bunuh diri?"
"Ya. Oleh karena itu.. Haruto, tolong terus bersama Fumiko hingga kau mati! Dia hanya seorang gadis yang lemah dan rapuh. Jadi, cintai dia dengan sepenuh hatimu!"
"Maaf, untuk saat ini aku tidak bisa mencintainya."
Mencintai Fumiko, ya? Untuk saat ini, sepertinya aku tidak bisa melakukannya. Itu karena aku tidak merasakan apapun, atau mungkin.. aku sudah merasakannya, tapi aku belum menyadari itu?
"Kenapa?! Dia mati tragis, loh! Terlebih lagi, dia masih perawan hingga akhir!"
"Hah?! Kau mempermasalahkan itu? Aku tidak menyangka kalau diriku di masa depan begitu bejat."
"Berisik, harusnya kita sama sa—"
"Baiklah, sudah cukup. Sekarang, aku akan menunjukkan sesuatu pada kalian berdua."
Ditengah pembicaraan kami yang mulai memanas, tiba-tiba Jikan memotong lagi.
TAK!
Jikan lalu menjentikkan jarinya, dan seketika meja di depan kami berubah. Dalam sekejap, meja itu memancarkan cahaya kuning dan kemudian membagi diri menjadi dua sudut pandang yang berbeda.
Eh?! Apa ini? Kenapa ada kelasku disini? Bagaimana dengan yang disana? Oh, sepertinya sama saja.
Ah, aku mengerti.
Di bagian meja yang menghadapku, aku bisa melihat sudut pandang Future Haruto saat dia mengalami Time Loop. Begitu juga sebaliknya, Future Haruto bisa melihat sudut pandangku selama semua kejadian ini berlangsung.
Jadi, pada intinya.. Jikan ingin aku dan Future Haruto melihat pengalaman kami masing-masing saat mengalami Time Loop.
Baiklah, akan kulihat semuanya dari sudut pandang Future Haruto!