NovelToon NovelToon
Nikah Sama Anak SMA

Nikah Sama Anak SMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Nikahmuda / CEO / Cinta setelah menikah / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:28.2k
Nilai: 5
Nama Author: Qumaira Muhamad

bagaimana jadinya jika Haga pria yang luruh selalu direcoki sama Zizi yang suka bawel.

Haga adalah pria yang lurus yang terpaksa menerima perjodohan dengan anak sahabat ayahnya yang namanya Zizi.

Gadis itu tidak sesuai dengan wajahnya yang cantik. sikapnya yang bar bar dan tingkahnya yang membuat orang sakit kepala membuat hidup Haga berubah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qumaira Muhamad, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku seneng kamu cemburu sama aku

Nisa mengantar Haga sesuai dengan rumah yang ia tau yaitu di rumah mewah kedua orang tua Haga. Nisa mengantarnya sampai di luar gerbang. Setelah Haga keluar dari mobil Nisa menancapkan gas meninggalkan Haga berdiri di sana.

Melihat mobil Nisa sudah menghilang, lelaki muda yang berusia dua puluh tiga tahun itu menghentikan taksi kemudian menunjukkan ke alamat restoran miliknya.

"Sore boss. Tumben lama gak kesini." Itu adalah Didit yang menyapa. Haga tersenyum tipis kemudian pergi ke dalam ruangannya yang berada di lantai dua. Ada banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan sebelum ia bekerja di perusahaan besar Permana.

Hingga larut malam barulah pria itu selesai mengerjakan pekerjaannya. Dan besok pagi ia harus bersiap pergi ke kantor. Haga merenggangkan otot otot kakunya kemudian melihat jam didinding yang menunjukkan pukul satu dini hari. Tidak mungkin dirinya memutuskan pulang ke rumah jadi lebih baik ia menginap di restoran dari pada menyetir dalam keadaan mengantuk.

Saat pagi mulai menyapa, lelaki muda itu bangun. Membersihkan dirinya dan mengenakan setelan jas yang berada di dalam lemari penyimpanan. Ada beberapa setelan jas yang ia miliki dan ia akan mengenakannya di saat saat tertentu. Sementara restoran akan buka sekitar jam 8 pagi. Maka ia pun menyiapkan sarapan pagi nya sendiri. Dan ia akan pergi ke kantor tepat jam tujuh pagi.

Sedangkan di posisi Zizi. Gadis itu sendirian berada di rumah itu. Ia berpikir jika saat ini lelaki muda yang ia anggap suami itu berada di restoran setelah menghabiskan waktunya bersama Nisa. Zizi memakan sarapannya dengan roti selai seadanya karna memang dirinya tidak bisa memasak. Sebagai seorang wanita dan seorang istri, ia merupakan orang yang payah. Zizi membenci dirinya yang seperti itu. Mungkin karna kelemahannya itulah membuat suaminya itu tidak betah dirumah.

Zizi menunduk tanpa sadar air matanya menetes satu persatu di pipinya. Entah sejak kapan ia menjadi melow seperti ini. Padahal sebelumnya, dia tidak seperti ini. Haga tidak perduli padanya juga gak akan masalah. Tapi sekarang, entah kenapa terasa berbeda. Setiap kali melihat Haga bersama wanita lain membuat secuil hatinya yang paling dalam tidak terima. Apakah ia sudah merasakan perasaan terhadap lelaki itu. Atau hanya karna sudah terbiasa bersama sehingga perasaan iri itu muncul. Zizi tidak tau apa yang sedang ia rasakan. Yang ia tau saat ini ia merasa sedih.

"Ini adalah putra saya yang akan menggantikan saya menjadi ceo disini." ujar Permana melakukan meeting pagi ini.

Banyak di antara para pemegang saham saling berpandangan. Mereka memang kecewa dengan Permana akan kinerjanya. Tapi tak menyangka kalau kursi ceo itu akan digantikan oleh putranya.

"Apa maksudnya ini pak Permana. Anda mengelabui kami semua dengan memberikan kursi ceo pada putra anda ini. Kami tidak yakin dengan kinerja putra pak Permana ini." Ujar Pak Dermawan salah satu pemegang saham paling tua.

Di antara para pemegang saham lainnya pun ikut merasa ragu. Suasana di dalam ruangan menjadi ricuh karna mereka saling berbicara. Mereka jelas tidak senang. Bagaimana kedepannya jika perusahaan besar ini di pegang oleh pemuda yang bahkan belum lulus dari pendidikannya. Jika perusahaan ini mundur, maka uang mereka juga akan ikut hilang dan perusahaan akan mundur secara permanen. Dan para pemegang saham itu tidak bisa lagi menghasilkan uang. Bagaimana nasib mereka selanjutnya, dan bagaimana mereka bisa menghidupi keluarga mereka nantinya. Itulah yang sedang mereka bicarakan dan pikirkan. Tentu saja semua itu tak ingin mereka kehilangan uang mereka lalu hidup miskin. Ada rasa ketakutan tersendiri jika perusahaan ini mengalami kemunduran.

Permana tersenyum tipis. Lalu memutar video yang menampilkan kinerja putranya meski saat ini masih melanjutkan kuliahnya S2 di dalam negeri.

"Saya tau pak Dermawan pasti tidak akan setuju. Maka saya sudah menyiapkan persiapan yang lebih matang. Meskipun putra saya masih belum lulus. Tapi dia memiliki pengalaman yang cukup luas. Dari usahanya yang diperlihatkan di dalam video. Anda bisa melihat bagaimana kinerja putra saya. Dia adalah seorang ceo sebuah restoran dan cafe dan sekarang sudah menyebar hingga keluar kota. Dan anda para bapak bapak bisa menyuplai semua restoran itu saya yakin jika anda datang ke sana anda akan kagum dengan kinerjanya. Maka jangan lihat dari sampulnya kalau dia adalah daun muda tapi lihat hasilnya yang pasti akan memuaskan anda ke depannya dan perusahaan ini akan melebar hingga ke seluruh dunia." Ujar Permana bangga sambil menerangkan video yang di putar secara urut sejak pertama di bangun hingga merambah ke seluruh kota lalu menyebar hingga keluar kota. Semua ditampilkan begitu jelas. Bahkan ada banyak pertemuan pertemuan dengan klien atau bahkan investor.

Dermawan tampak manggut manggut puas. "Buktikan saja." Ujar Dermawan. Tampak yang lain juga setuju. Permana merasa puas atas meeting pagi ini.

Sementara Haga tidak menyangka kalau Permana bisa mendapatkan video video tentangnya. Padahal selama ini lelaki muda itu hanya menjalankan apa yang ia inginkan. Ia juga tidak pernah mendokumentasikan apapun tentang usahanya. Yang ia lakukan waktu itu adalah berusaha dan bisa meningkatkan pelanggan.

"Kalau tidak ada pertanyaan saya bisa mengakhiri meeting pagi ini." Ujar Permana dan satu persatu para staf mengundurkan diri dari ruangan. Setelah semua sudah keluar, kini tinggal Permana dan Haga yang ada di sana.

"Buktikan kinerja kamu, Haga. Papa hanya bisa berharap sama kamu." Ujar Permana sebelum keluar dari ruangan.

Haga sejenak menegang untuk sesaat. Menghela nafas panjang. Tidak menyangka kalau semua yang dilakukan Permana sangat mengejutkan Haga. Kali ini ia harus lebih bekerja lebih keras lagi. Ada puluhan ribu orang yang bergantung padanya. Tidak hanya menghidupi seorang Zizi.

Sementara Zizi sepulang sekolah langsung meluncur ke rumah Bella. Gadis itu tiba tiba merasa rindu dengan mamanya.

"Mama!" pekik Zizi menghampiri Bela yang saat ini tengah duduk di sofa belakang rumah. Bella nampak terkejut dengan kedatangan Zizi yang tanpa mengabari lebih dulu.

"Zizi. Kamu kok gak ngabari mama dulu. Dimana Haga?" Tanya Bella yang mencari keberadaan suami anaknya karna Zizi datang sendirian. tapi Bella juga sangat senang. Anak tersayangnya tiba tiba mau datang. Wanita yang berusia sekitar empat puluhan itu memeluk Zizi erat. Menciumi pipi Zizi bertubi tubi saking rindunya.

"Haga kan harus kerja ma." Balas Zizi. Bella mengangguk setelah melepas pelukannya dan membawanya duduk.

"Iya mama lupa. Tapi kamu sudah ngabari kan kalau kamu ke sini." Ujar sang mama seraya memberi perintah untuk membuatkan minuman segar kepada salah satu asistennya. Zizi mengangguk saja. Nyatanya pesannya hanya centang satu.

Bella tersenyum lalu mengelus puncak kepala putrinya.

"Mama mau masak makan malam. Sudah lama kita gak pernah kumpul. Kamu nanti makan disini ya." Tukas Bella setelah asistennya sudah menyiapkan minuman untuk Zizi.

"Ach iya, aku juga rindu masakan mama." Sahut Zizi. Wanita paruh baya itu pun pergi meninggalkan Zizi di teras belakang.

Zizi mengubah poisisinya menjadi tiduran di gazebo sambil menikmati camilan yang disiapkan pembantunya tadi. Gadis remaja itu mengeluarkan komik lalu membacanya dengan asyik.

Hingga satu jam kemudian, Zizi tidak sadar kalau sore itu yang awalnya masih terang berubah menjadi terang lampu. Gadis itupun beranjak dan menuju kamarnya dulu yang berada di lantai dua. Berniat membersihkan dirinya yang terasa lengket.

Zizi tercenung sesaat saat memasuki kamar pribadinya. Ia merasa rindu kamar itu. Gadis remaja itu langsung merebahkan dirinya di atas kasur lalu menghirup udara dalam dalam wangi segar aroma terapi yang selalu dinyalakan di atas meja. Zizi menyukai aroma itu karna bisa menenangkan pikiran saat menghirupnya.

Setelah merasa tenang, gadis itupun mandi dan mengganti pakaiannya yang sengaja ia tinggal di sana jika sewaktu waktu ia mampir ke rumah besar.

"Papa sudah pulang?" Tanya Zizi kala melihat Papanya sudah duduk di kursi tengah membaca koran. Mendengar suara putrinya, Papa Zizi langsung melipat korannya.

"Zizi, kamu disini nak." Ujar Papa Zizi langsung beranjak dari kursinya mencium kening putrinya sebentar.

"Hm rindu sama masakan mama." Ujar Zizi nyengir kuda.

Papa Zizi tersenyum tipis. "Kamu ada ada saja. Kamu kan bisa datang kesini setiap hari gak perlu sampai rindu baru mau datang." Ujar sang papa menegur putrinya.

"Gak sempat pa, keburu malem kan sudah kelas 12." Ujarnya cemberut.

"Ya udah sih pa, lagian anak kita sudah punya suami juga. Gak baik kalau Zizi datang kesini terus." Ujar Bella menengahi suami dan anaknya itu.

Mereka pun makan malam bersama. Sudah lama keakraban ini sudah tak terjalin selama Zizi menikah dengan Haga. Dan mereka sangat menikmati keberasamaan mereka.

"Kamu gak pulang Zi?" tanya sang mama ketika melihat Zizi yang malah asyik membaca komik di teras samping dengan secangkir teh yang menemani.

"Nanti aja ma. Nanggung nih." Sahut Zizi tanpa mengalihkan pandangannya dari buku.

Bella hanya menghela nafas panjang. Lalu kembali masuk menemani sang suami yang tengah menonton bola.

Bukannya Zizi gak mau pulang, hanya saja ia merasa kesal dengan lelaki itu. Rasanya malas sekali untuk pulang ke rumah apalagi bertemu dengan pria itu. Tanpa sadar Zizi mulai mengantuk padahal masih sore sekitar pukul 8 malam.

Pluk! sebuah jas tebal jatuh ke badan Zizi membuat Zizi yang awalnya tidur pulas pun kaget.

"Dingin Zi gak masuk aja." Ujar seseorang yang berdiri di hadapan Zizi dengan tubuh menjulang. Awalnya tatapan Zizi masih buram karna masih mengantuk tapi melihat sosok yang ia hapal mata Zizi langsung terbuka lebar.

"Kak Haga, ngapain kamu kesini?" tanya Zizi yang kini merubah posisinya menjadi terduduk.

Lelaki itu tersenyum lalu duduk di samping Zizi bahkan tatapan Zizi ikut menoleh menatap Haga tak percaya.

"Tentu saja menjemput kamu." Ujarnya seraya merangkul pundak Zizi.

"Gak percaya!" tukasnya kesal. Lalu kembali menatap lurus ke depan.

"Kok gak percaya." tanya Haga heran. Kini Haga yang menoleh padanya.

"Mana mungkin kamu menjemputku. Bukankah kamu jalan bersama Nisa dan bahkan semalam kamu gak pulang juga gak kasih kabar." Tukasnya.

Haga mengernyitkan dahi. "Sejak kapan aku bersama Nisa?" Balik tanya Haga. Pasalnya selama ini ia gak pernah jalan sama Nisa.

"Aku tuh liat kamu sama Nisa terus. Bahkan saat terluka kemarin juga kamu juga di antar sama Nisa. Apakah Kakak pacaran sama Nisa?" Ujar Zizi penuh selidik. Tapi bukannya Haga menjawab, lelaki itu malah ketawa.

"Lah, kok ketawa. Jawab!" tukasnya dengan menyipitkan mata, bibirnya tampak cemberut. Kedua tangannya bersedekap dada. Tatapannya semakin tajam dan wajahnya menampakkan kekesalan.

Haga menghentikan tawanya, ditatapnya wajah kesal cantik Zizi dengan gemas. Ditangkupnya kedua pipi itu dengan kedua tangan besarnya. "Kamu gak tau kalau aku sama Nisa itu sepupuan?" Ujar Haga.

Zizi membelalak kaget. Pasalnya ia tidak pernah tau ada berapa saudara yang masih berhubungan dengan lelaki itu. "Dia anak pertama om dan tante aku loh. Masa kamu cemburu." Ujar Haga tersenyum senang. Pasalnya rasa cemburu Zizi itu mengungkapkan bahwa gadis itu menyukainya.

Tatapan Zizi melengos. "Siapa juga yang cemburu." gumamnya pelan. Haga terkikik geli.

"Semalam gak pulang karna aku ada kerjaan di restoran. Lagian mulai tadi pagi aku harus bekerja di perusahaan papi. Dan aku akan lebih sibuk dari biasanya." Zizi menatap Haga.

Haga mengulas senyum tipis. Di usapnya puncak kepala Zizi yang membuat gadis itu mendengkus.

"Percaya sama suamimu ini. Karna posisi istrinya gak akan tergantikan. Terlebih papi dan mami selalu menyayangi anak menantunya ketimbang anaknya sendiri. Suamimu ini juga berharap kalau istrinya yang cantik ini akan menjadi ibu dari anak anaknya kelak." Ujar Haga membuat pipi Zizi terasa panas.

"Paan sih. Gombal!" tukasnya berpura pura kesal. Haga mengelus pipi Zizi.

Cup

Dengan cepat Haga mencium pipi itu membuat si empunya terbelalak kaget. "Aku seneng kamu cemburu sama aku." bisiknya dekat dengan telinga Zizi. Dan rona merah di pipi Zizi semakin tebal membuat Haga yang lelah setelah seharian bekerja pun terhibur.

1
Reyhan Gaming
kok dak apdek lagi
Anonymous
Tq ceritanya
Rini
baik2 ya
Anonymous
Zizi cantik
Rini
lanjutkan , alon2 Bae
Rini
lbh percaya Nisa ternyata, duitmu buat apa Haga buat nyilidi istri aja nga bisa, mlh percaya Ama iblis
Rini
Haga pinter bisnis tp
Mudrikah Ikah
lanjut tan 27
Nana Rosdiana
lagi seru malah bersabung
mama De
aneh nemenin mantan peluk pelukan boleh eh istrindi anterin temen pulang sekolah Kalo GA mati jadibes Baru sebab keinginan.ih aneh. I I lah komunikasi ITU penting
Rini
kasar juga ya, punya duit kok nga bisa cari tau dulu haga
Try Dewi
bgus alur cerita ny.
Try Dewi
kpn lgi up ny thor... seruuu cerita ny
Rini
trus salah paham maneh 🤦
Tuti Hayuningtyas: lanjuuuuuut teruuuuus thooooooooor keren
total 1 replies
Rini
lanjutkan ☺️ yang manis gitu Lo
Rini
terimakasih Haga, tunggu Zizi pergi dulu baru sadar ya😁
Yuli Pujiastuti SPdSD
Sangat menarik
Rini
egois
✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕
masih nyimak KK thor
✪⃟𝔄ʀ 𝒊𝒏ᷢ𝒅ⷶ𝒊ⷮ𝒓ᷡ𝒂ⷶ☕☕☕
masih nyimak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!