Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Yudha duduk di sofa dengan kopi yang masih mengepul di tangannya. Dia diam perlahan menyeruput kopi dengan memejamkan mata merasakan nikmatnya dan aroma yang menenangkan.
Setelah membersihkan diri dan menikmati kopi buatan Kinayu, kini dirinya sedikit tenang. Mulai merebahkan tubuh di sofa dengan mata terpejam. Hingga sentuhan Silvi membangkitkan gairah.
"Mas, kok di sofa? Apa mau main di sini?" tanyanya dengan suara dan gerakan menggoda.
Yudha membuka mata, Silvi kini telah duduk di pangkuannya. Tanpa ada rencana atau keinginannya Yudha mulai tergoda dan mengimbangi setiap serangan yang Silvi berikan.
Hingga kini keduanya telah polos dengan pakaian yang sudah berserakan di lantai. Yudha pria dewasa yang akan tergoda jika mendapat serangan oleh wanita apa lagi itu istrinya.
Tanpa pikir panjang menuruti kemauan Silvi, dirinya yang sedang banyak pikiran hingga pulang larut malam dan menahan kesal berkepanjangan sejak pulang dari kampus menjadikan pergulatan ranjang tempatnya menumpahkan segala emosi.
Bergerak kasar hingga Silvi merintih di sela kenikmatan yang Yudha beri. Wanita itu menatap pancaran mata penuh amarah yang tampak jelas terlihat. Hingga desaaahan mengaduh dari Silvi tak Yudha hiraukan.
Pria itu terus menghujam dan menghentakkan begitu cepat. Ini bukan Yudha, bagi Silvi ini bukan suaminya yang selalu memberi kelembutan. Silvi dibuat kewalahan mengimbangi permainan dan manahan sakit yang mendera di bagian intinya.
Hingga wanita itu tak tahan, diantara kenikmatan yang menimbulkan suara merdu ada rasa sakit yang membuat Silvi berusaha menghentikan gerakan liar suaminya.
"Stop!"
"Kamu kenapa, Mas?"
Yudha tak menjawab, ia diam dan hanya memperhatikan wajah Silvi tanpa niat melepas bagian tubuhnya yang masih menancap.
"Mas? Kamu nggak biasanya kasar begini!" keluh Silvi dengan wajah heran dan mata terpancar ketakutan dan kesakitan.
"Jika begini terus aku besok tidak bisa berjalan Mas. Lembutlah, Mas? Apa kamu bosan dengan gaya ini? Kita bisa menggunakan gaya baru. Mau di kamar mandi atau di ruang keluarga?" Silvi berusaha menawarkan, ia tak sanggup jika menunggu selesai dengan posisi yang biasa melenakan kini berubah menjadi sedikit menyakitkan.
Yudha tak menjawab, ia segera melepas dan beranjak dari tubuh Silvi dan melesat ke kamar mandi. Melihat itu Silvi segera beranjak dan mengejar Yudha.
"Mas maafkan aku. Ayo kita lanjutkan lagi! Disini pun tak apa, ayo Mas!" Silvi membujuk Yudha hingga langkahnya terhenti dan menatap wanita itu dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Kamu masih ingin kan Mas, bahkan dia belum turun." Silvi ingin menyentuh bagian yang masih berdiri tegak tetapi dengan cepat Yudha menepis tangannya.
"Aku bisa menyelesaikannya sendiri!"
BRAK
Silvi terjingkat mendengar pintu tertutup dengan sangat kencang. Tubuh polosnya seketika kedinginan karena suhu tubuh yang mulai turun.
"Ada apa dengan kamu, Mas? Mengapa sekasar ini?"
"Auwh ....."Silvi segera melangkah menuju ranjang dan menarik selimut, ingin memakai baju saja ia begitu tak ada tenaga. Permainan belum sampai puncak tapi ia sudah kepayahan karena berusaha mengimbangi gerakan Yudha yang tak beraturan. Hingga tanpa menunggu lama ia mulai terlelap dengan hati berantakan.
Yudha keluar dari kamar setelah menyelesaikan sesuatu yang harus ia keluarkan agar tak menambah pusing kepala. Sempat melirik Silvi yang tertidur nyenyak tapi tak niat untuk tidur bersama.
Yudha turun kebawah menuju dapur untuk mengambil minum tapi ia urungkan saat melihat sesuatu yang menarik perhatiannya di sofa panjang ruang keluarga.
"Untuk apa ia tidur disini?"
Yudha tak menyangka sesuatu yang menarik perhatian adalah seseorang wanita cantik yang bergulung di bawah selimut tebal.
Tubuh Kinayu serasa melayang, ia baru saja memulai mimpi tapi tiba-tiba serasa terbang ke angkasa. Senyum terukir membuat dahi Yudha mengernyit.
Pria itu merebahkan tubuh Kinayu di atas ranjang. Mengembalikan lagi selimut yang tadi sempat tersibak. Yudha menarik nafas dalam memandang wajah Kinayu dengan gurat kesedihan. Hatinya mulai terusik dan ia memutuskan untuk segera keluar kamar.
Kinayu terbangun mendengar suara ketukan pintu yang begitu kencang, hingga matanya terbuka sempurna saat suara wanita yang sangat ia hindari melengking memanggil namanya.
Kinayu mengernyitkan dahi setelah sesaat matanya terbuka sempurna kemudian menyadari jika dirinya sudah berada di kamar. Ia mencoba mengingat kembali kejadian semalam. Ia ingat betul semalam turun dan tidur di sofa untuk menghindari suara yang akan mengganggu tidurnya.
Ketukan keras kembali terdengar, dengan cepat Kinayu beranjak tapi sesuatu yang menindih kakinya membuat ia sadar jika ia tak sendiri. Kinayu menoleh ke samping ranjang, melihat seorang pria tampan tidur dengan nyenyak.
"Kinayu!"
"Kenapa selalu buat aku dalam masalah sich Pak," keluhnya dengan mengangkat kaki jenjang pria yang kini dengan nyenyak terlelap tanpa mendengar keributan di luar.
"Ada apa mbak?" tanya Kinayu dengan membuka sedikit pintu kamar.
BRAK
Dorongan keras membuat tubuh Kinayu terpental dan jatuh ke lantai. Silvi benar-benar marah saat terjaga tapi tak mendapati suaminya tidur dengannya.
"Sundeel kamu! Dasar serakah! nggak cukup kamu kemarin menguasai suamiku saat aku tidak pulang, dan seenaknya saat aku di rumah pun suamiku kamu goda hingga memilih tidur denganmu!" sentak Silvi membuat Kinayu memejamkan mata dengan menahan rasa sakit di bokongnya.
Silvi mendorong kening Kinayu dengan telunjuknya hingga kepala Kinayu terdorong keras kebelakang. "Licik kamu!"
"Hentikan Silvi! apa belum puas kamu membuat Kinayu masuk rumah sakit!" bentak Yudha.
Tidur pria itu terusik dengan suara keributan yang di gawangi oleh Silvi. Yudha yang begitu geram memang harus lebih tegas.
"Kamu keterlaluan, Mas! Kenapa kamu tidur dengan dia? Semalam jatahku bukan dia!" ucapnya dengan nada tinggi tak terima.
Yudha mengusap kasar wajahnya, pagi-pagi sudah di suguhi masalah, membuat ia muak dan ingin sekali pergi dari keduanya.
"Keluar kamu!"
"Mas...."
"Aku bilang kamu keluar!" sentaknya lagi.
"Kenapa kamu malah mengusirku, Mas?" Silvi benar-benar tidak terima. Sedangkan Kinayu sudah berdiri dan mundur menghindari Silvi.
"Karena kamu sudah membuat keributan di kamar Kinayu, kembali ke kamarmu jika tidak ingin aku marah!" tegas Yudha.
Dengan menahan marah Silvi menghentak-hentakkan kakinya dan pergi dari kamar Kinayu tanpa sudi menatap wajah Kinayu yang kini tampak merah.
"Tutup pintunya!" titah Yudha saat melihat suci yang sudah keluar.
"Tapi Pak, kenapa bapak nggak ikut menyusul mbak Silvi? Aku mohon kembalilah ke kamar Mbak Silvi, Pak! Aku capek jika harus terus diserang olehnya," keluh Kinayu dengan wajah memohon.
Yudha menghela nafas berat melihat Kinayu yang sangat ketakutan. Apa lagi tadi ia sempat melihat Kinayu terduduk di lantai, sudah dipastikan Silvi telah berbuat kasar padanya.
Seketika bayangan yang mengusiknya sejak kemarin begitu jelas teringat. Kata-kata yang membuatnya seakan tertampar. Tanpa kata Yudha segera beranjak dari ranjang dan melangkah keluar kamar. Sempat beradu pandang dengan Kinayu tapi setelah nya ia memilih untuk segera pergi.
...🍀🍀🍀...
Hai ...hai.....para readers jangan lupa like coment dan vote ya. 🤗🤗🤗
terima kasih
saat membacanya aqu 😭😭😭
karna samaa