NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Kembalinya Sang Dewa Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Balas Dendam / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Ash Shiddieqy

Perang terakhir umat manusia begitu mengerikan. Aditya Nareswara kehilangan nyawanya di perang dahsyat ini. Kemarahan dan penyesalan memenuhi dirinya yang sudah sekarat. Dia kehilangan begitu banyak hal dalam hidupnya. Andai waktu bisa diputar kembali. Dia pasti akan melindungi dunia dan apa yang menjadi miliknya. Dia pasti akan menjadikan seluruh kegelapan ada di bawah telapak kakinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ash Shiddieqy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14 - Senjata

Aditya dan Rio memasuki sebuah ruangan luas yang penuh dengan suara besi yang saling beradu. Di sana terasa sangat panas karena api yang menyala hampir di setiap sudut ruangan. Orang-orang di sana melirik Aditya dan Rio sekilas kemudian tetap melanjutkan pekerjaan mereka.

"Apa ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang laki-laki berkacamata yang menghampiri mereka.

"Kami ingin mendapatkan senjata." Aditya berkata sambil melihat-lihat sekeliling.

"Uhm, mohon maaf, tapi kalian bisa membeli senjata di toko akademi. Kalian tidak seharusnya berada di sini." Laki-laki itu mengarahkan mereka untuk keluar.

"Maksudku kami ingin memesan senjata kami sendiri." Aditya menunjukkan token bengkel akademi yang diberikan Ezra sebagai hadiah telah membantu dalam insiden profesor Elena.

Mata laki-laki itu berbinar. "Oh, kalau begitu perkenalkan namaku Emir Sucipta. Aku adalah asisten kepala bengkel akademi. Senjata seperti apa yang kalian inginkan?"

Aditya berjalan menuju ke berbagai prototipe senjata yang terpajang di belakang Emir. Dia mengambil sebuah tombak bermata ganda dengan panjang sedang. Ia mencoba mengayunkan tombak itu beberapa kali.

"Aku ingin tombak yang seperti ini, tapi hilangkan salah satu mata tombaknya dan buat batang tombaknya sedikit lebih besar."

"Baiklah, ada yang lain?" tanya Emir.

"Bisakah menggunakan Dark Iron Steel murni sebagai materialnya?"

Emir menekan bagian tengah kacamatanya. "Hmm, walaupun Dark Iron Ore adalah salah satu metal terkuat ,tapi saya tidak merekomendasikannya sebagai senjata. Metal ini terlalu berat yang biasanya hanya digunakan sedikit sebagai campuran metal lain."

"Tidak perlu mencampurnya dengan metal lain. Aku tidak masalah dengan beratnya." Aditya mengembalikan tombak yang ia pegang kembali ke tempatnya. Ia lebih suka dengan senjata yang berat karena keluarganya memiliki kekuatan fisik yang jauh lebih tinggi secara natural dibandingkan orang pada umumnya.

"Baiklah, lalu bagaimana denganmu?" tanya Emir pada Rio.

Rio mengeluarkan selembar kertas dari sakunya. "Bisakah bengkel akademi membuat pedang yang seperti ini?"

Emir melihat kertas desain pedang yang diberikan oleh Rio. Kertas itu menunjukkan sebuah gambar pedang yang terlihat normal, tapi pedang dengan bilah yang sangat tipis.

"Sepertinya mustahil untuk membuat pedang seperti ini. Bilah pedangnya terlalu tipis. Pedang ini akan mudah sekali rusak," jelas Emir yang membuat Rio tampak kecewa.

"Apa kita punya tamu hari ini?" ucap seorang pria paruh baya berkacamata yang sedang berjalan mendekati mereka. Dia adalah profesor Faisal.

"Oh, apa kalian berdua Rio dan Aditya? Elena sering sekali menceritakan tentang kalian. Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya profesor Faisal.

"Kami ingin membuat senjata, tapi ada sedikit masalah," jawab Rio masih dengan wajah kecewa.

"Apa masalahnya?"

"Ini prof. Mereka ingin membuat senjata, tapi saya rasa mustahil untuk membuatnya seperti ini," ujar Emir sambil menyerahkan kertas di tangannya pada profesor Faisal.

Profesor Faisal memperbaiki posisi kacamatanya untuk melihat isi kertas itu. Dia mengamatinya selama beberapa saat kemudian ia tersenyum dan menatap ke arah Rio.

"Apa kau ada hubungannya dengan keluarga Redd?" tanya profesor Faisal.

Rio mengangguk. "Ya, aku adalah putra pertama keluarga Redd," jawabnya.

"Aku bisa membuat senjata seperti ini, tapi mungkin prosesnya akan cukup lama."

"Benarkah?" tanya Rio dengan wajah yang kembali cerah.

"Tentu, karena aku juga adalah orang yang membuat senjata milik ayahmu."

"Terima kasih, Prof. Saya tidak masalah kalau harus menunggu cukup lama selama pedang itu bisa dibuat."

"Berterima kasih nanti saja kalau pedangmu sudah selesai." Profesor Faisal melipat kertas desain itu kemudian memasukkan ke dalam sakunya.

"Bagaimana denganmu, Aditya? Apakah kau sudah memutuskan bagaimana desain senjatamu?"

Aditya mengangguk. "Ya, desain tombak biasa sudah cukup bagi saya."

"No no no. Kau ini berasal dari keluarga tingkat Duke. Bagaimana jadinya kalau orang-orang melihatmu membawa senjata yang semacam itu. Reputasi Bengkel Akademi kami akan dipertaruhkan di sini," jelas profesor Faisal.

"Tapi-

"Tidak perlu menolak! Aku akan memastikan senjatamu dibuat dengan baik. Serahkan saja pada kami."

"Baiklah," ucap Aditya pasrah.

"Okay, kalau begitu kami akan memberi kabar pada kalian saat senjatanya selesai," kata Emir.

"Terima kasih," ucap Aditya dan Rio bersamaan.

...****************...

"Lapor, Nyonya. Ada seorang laki-laki tua tak dikenal yang memaksa ingin bertemu dengan Anda," ucap Farhan kepada Almeera yang duduk di ruang tengah bersama Aditya.

Almeera berdiri dari kursinya. "Di mana dia?"

"Dia masih ada di gerbang depan."

Almeera berjalan cepat menuju ke gerbang diikuti oleh Farhan dan Aditya di belakangnya. Sesampainya di sana mereka melihat seorang pria tua yang berdiri di samping Roni dan beberapa Kesatria penjaga Nareswara.

"Siapa kau?" tanya Almeera pada pria tua itu.

"Apa kau tidak mengenaliku?" tanya pria itu balik.

Almeera memicingkan matanya dan mengamati pria tua itu dari atas ke bawah. "Pak Mustaza? Apa yang anda lakukan di sini?"

Mendengar nama Mustaza, Roni dan para Kesatria yang lain segera bersiaga dengan mencabut pedang mereka dari sarungnya. Tidak mungkin kalau tak ada yang tahu dengan Mustaza Bachtiar yang terkenal sudah membantai keluarganya sendiri sepuluh tahun yang lalu.

"Turunkan pedang kalian!" Perintah Almeera pada para Kesatrianya.

"Tapi dia adalah kriminal berbahaya, Nyonya," kata Roni.

"Tidak apa-apa. Dia tidak akan berbuat apapun di sini."

Roni dan para Kesatria lain memasukkan pedang mereka dengan patuh. Kedua mata mereka tetap menatap ke arah Mustaza dengan waspada.

"Apa yang ingin Anda lakukan di sini?" tanya Almeera pada Mustaza.

"Kau tidak tau? Putramu meminta aku mengajarinya sihir," jawab Mustaza.

Almeera mengalihkan pandanganya ke arah Aditya. "Apa maksudnya ini, Nak?"

"Aku akan menjelaskannya, tapi tidak di sini."

Almeera menghela napasnya kasar. Bagaimana bisa Aditya meminta orang selain dirinya untuk mengajari sihir dan justru ia malah ingin belajar dari seorang kriminal. Dia sungguh tidak bisa mengerti dengan jalan pikiran Aditya.

"Apa kau akan membuatku tetap berdiri di sini?" tanya Mustaza yang membuyarkan lamunan Almeera.

"Baiklah, saya akan membiarkan Anda masuk, tapi jangan macam-macam!" ancam Almeera sebelum ia berbalik dan berjalan menuju ke dalam rumah.

"Hoho, tentu. Memangnya apa yang bisa aku lakukan di tengah orang-orang kuat seperti ini?"

^^^Continued ^^^

1
Aixaming
Aku sudah jatuh cinta dengan karakter-karaktermu, thor.
Mafe Oliva
Ngasih feel yang berbeda, mantap!
Nia Achelashvili
Ngangenin banget!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!