Tarissa rela menikah dengan Nafandra demi melindungi Keanu dari keluarga Brawijaya. Selian itu dia juga ingin mengungkap kasus kematian Nessa yang kecelakaan itu dibunuh oleh keluarga suaminya.
Suatu hari Tarissa menemukan buku harian milik Nessa yang mencatat banyak sekali rahasia dan misteri yang ada di keluarga Brawijaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
Bab 23
Ketika Tarissa berbicara dengan Bagaskara ada seseorang yang mengetuk pintu kamarnya. Tentu saja itu membuatnya mengakhiri pembicara di telepon, padahal masih banyak yang perlu mereka bicarakan.
Setelah merapikan buku harian dan ponsel rahasianya, Tarissa membuka pintu. Ternyata itu Pak Budiman.
"Ada apa, Pak?" tanya Tarissa.
"Menu untuk makan malam nanti Anda ingin dibuatkan apa?" tanya Pak Budiman balik.
"Hmmmm, buat saja menu makanan kesukaan Mas Andra," jawab Tarissa. Dia memang tidak pilih-pilih soal makanan, berbeda dengan suaminya.
"Baiklah. Nanti biar Mbok Darmi masakan." Pak Budiman pun undur diri.
Terdengar suara tangisan Keanu. Bocah itu terbangun dari tidurnya.
"Anak mama sudah bangun. Sini, mau mimik atau mau main?" tanya Tarissa sambil menghampiri anak sambungnya.
"Mimik," balas Keanu.
Tarissa menyusui Keanu di sofa dekat kaca jendela di sisi selatan. Di sana dia bisa melihat pemandangan kebun bunga.
Terlihat ada Adelia berjalan di sana. Pembantu yang usianya paling muda itu terlihat jalan terburu-buru. Tentu saja ini membuat Tarissa penasaran. Dia pun menengok untuk melihat ke mana sang gadis pergi.
"Dia mau pergi ke mana? Kok, menuju belakang dengan cara mencurigakan begitu?" ucap Tarissa bermonolog.
Rasa penasaran kini menguasai Tarissa. Sekarang setiap ada sesuatu dia jadi langsung curiga. Dirinya juga harus waspada.
Setelah sepuluh menit, terlihat Adelia kembali lewat dengan berlari. Tarissa melihat gadis itu sampai hilang dari pandangan.
Setelah selesai menyusui Tarissa mengajak Keanu bermain di luar. Mereka bermain bola di halaman belakang. Di sana ada lahan berumput yang cukup luas.
Ibu dan anak itu terlihat gembira bermain di sana. Keanu jadi anak yang aktif dan banyak bergerak. Bicara pun sudah lumayan lancar dan jika diajak komunikasi sudah bisa timbal balik.
Keanu menendang bola ke sembarang arah, sehingga menggelinding menjauh dari tempat mereka bermain. Tarissa berlari mengejar bola itu sampai ke dekat pohon mangga yang tumbuh sangat besar di sana, sehingga ada sebagian akarnya yang menyembul keluar.
Mata Tarissa menangkap bangunan gudang. Dia pun mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.
'Apakah Adelia tadi pergi ke gudang?' batin Tarissa.
'Tapi dia terlihat tidak membawa apa-apa saat pergi atau kembali dari sana,' lanjut wanita itu berpikir keras mengingat kejadian tadi.
"Mama!" panggil Keanu yang berlari ke arahnya. Bocah itu terjatuh karena tersandung akar.
"Keanu!" jerit Tarissa saat melihat anak sambungnya jatuh dan menangis kencang. Dia segara meraih tubuh bocah yang jatuh tengkurap.
Betapa terkejutnya Tarissa saat melihat darah keluar dari mulut Keanu. Bibir bocah itu tergigit oleh giginya saat jatuh tadi. Melihat itu tentu saja Tarissa panik. Dia buru-buru membawa anaknya ke rumah untuk diobati.
Keanu yang menagis kesakitan membuat orang-orang yang ada di rumah ikutan panik. Apalagi ketika melihat ada darah di sekitar mulutnya.
"Dia kenapa?" tanya Mami Ayu.
"Apa yang sudah kamu lakukan?" teriak Andita kepada Tarissa dengan tatapan garang.
"Pak Budiman, tolong ambilkan kain bersih dan es batu!" pinta Tarissa karena ingin membersihkan darahnya.
"Kita panggil dokter saja, Nyonya," kata Pak Budiman.
"Kita lakukan pengobatan dengan cara ini dulu," kata Tarissa.
"Heh, kalau terjadi sesuatu kepada Keanu apa kamu mau bertanggung jawab!" bentak Mami Ayu dengan mata melotot.
"Benar. Keanu celaka juga karena kamu. Seharusnya kamu bertanggung jawab!" Andita ikut-ikutan memarahi Tarissa.
Tiba-tiba saja Adelia datang membawa kain dan satu baskom berisi air es. Dengan cepat Tarissa membersihkan mulut Keanu dengan hati-hati agar tidak menyakitinya.
Bocah itu masih saja menangis meski tidak sekeras tadi suaranya. Lama kelamaan terdiam.
Tarissa membawa Keanu ke kamarnya untuk disusui. Tidak lama kemudian Nafandra datang dengan wajah panik.
"Aku dengar Keanu terluka dan mulutnya mengeluarkan banyak darah," ucap Nafandra begitu masuk ke dalam kamar sang anak.
"Sssst." Tarissa meletakan jari di bibirnya.
Keanu menyusu sambil tidur. Bocah itu kelelahan habis menangis.
"Tadi aku dan Keanu bermain bola di halaman belakang. Saat aku ambil bola, dia berlari dan tersandung akar pohon," kata Tarissa dengan suara pelan agar tidak membangunkan putranya.
Nafandra mengguarkan rambutnya. Dia panik saat Mami Ayu menelepon dirinya yang baru saja keluar ruang rapat. Wanita paruh baya itu memberi tahu kalau Keanu terluka parah dan mulutnya mengeluarkan banyak darah. Tentu saja dia panik bukan main, takut terjadi hal buruk kepadanya.
***
Setelah selesai makan malam Keanu bermain-main dengan ayahnya. Mereka main bongkar pasang robot-robotan yang bisa dirakit ulang.
Sebenarnya Tarissa masih penasaran dengan kasus kelima yang ada di rumah ini. Tadi pembicaraan dengan Bagaskara belum selesai keburu Pak Budiman memanggil dirinya.
'Aku penasaran sekali dengan semua kasus yang terjadi di sini,' batin Tarissa.
"Sayang, tolong jaga dulu Keanu! Aku ingin pergi ke toilet dulu," titah Nafandra.
Tarissa pun duduk di atas karpet dan bermain bersama putranya. Bocah itu terlihat senang dan tidak terlihat lagi raut kesakitan.
"Mama, lihat!" Keanu menunjukkan mainan miliknya.
"Wah, anak mama pintar!" puji Tarissa dan Keanu tersenyum lebar.
Nafandra yang sudah selesai buang air kecil kembali ikut bergabung bermain bersama anak dan istrinya. Laki-laki itu tidak jarang malah menjahili Tarissa, lalu curi-curi ciuman ketika Keanu tidak melihat ke arah mereka.
Terdengar suara pintu diketuk. Tarissa segara berlari untuk membukanya. Sebenarnya dia menjauhi Nafandra yang terus saja menggoda dirinya.
"Ada apa Pak Budiman?" tanya Tarissa.
"Saya ada perlu dengan Tuan, Nyonya," jawab laki-laki paruh baya itu.
Nafandra menghampiri mereka. Lalu dia bertanya, "Ada apa, Pak?"
"Saya mau memberi tahu kalau penyewaan alat berat sudah disetujui. Mereka akan mengirim excavator besok," jawab Pak Budiman.
"Excavator untuk apa?" tanya Tarissa yang sempat tercengang.
"Untuk membongkar semua pohon besar yang ada dilingkungan rumah," jawab Nafandra.
"Apa?" Tarissa memekik.
"Aku tidak ingin kejadian tadi terulang lagi," kata Nafandra.
"Kamu tidak perlu sampai melakukan hal seperti itu. Wajar jika anak kecil jatuh saat berlari. Biarkan segala sesuatu yang terjadi kepada Keanu menjadi pelajaran baginya di kemudian hari. Aku—"
"Aku tidak ingin anakku terluka lagi! Dia itu anak aku. Aku tahu yang terbaik baginya!" potong Nafandra dengan nada penuh penekanan.
"Hei, walaupun Keanu tidak lahir dari rahim aku, tapi aku juga ikut membesarkan dan menyusui dia. Kamu pikir aku tidak sedih dan panik saat melihat dia terluka? Tapi bukan begini caranya," tukas Tarissa dengan gusar.
"Aku tidak suka dibantah!" Nafandra menatap tajam dan marah kepada istrinya. Lalu, dia pergi kembali bermain bersama Keanu.
Tarissa dan Nafandra bertengkar malam itu. Keduanya tidur saling memunggungi. Wanita itu tidak bisa memejamkan mata. Dia merutuki dirinya yang sudah melarang sang suami untuk menebang semua pohon besar yang jumlahnya cukup banyak. Di halaman depan, samping kanan kiri, dan bagian belakang rumah, banyak di tumbuhi berbagai jenis pohon buah-buahan.
Katanya pohon-pohon itu ditanam oleh ibunya Nafandra. Yuniar itu seorang insinyur pertanian dan mempunyai hobi menanam tamanan dan membudidayakannya. Makanya halaman rumah ini sangat luas sekali, empat kali lipat dari luas bangunan rumah.
Karena tidak bisa tidur, Tarissa pun memutuskan untuk mengambil handphone cadangan miliknya. Dia ingin tahu informasi tentang kasus di kediaman Brawijaya.
Dengan perlahan Tarissa mengambil ponsel itu. Lalu, dia duduk di sofa.
Ternyata Bagaskara sudah mengirimkan beberapa foto di grup. Tarissa melihat foto Kang Muis. Laki-laki paruh baya yang berambut ikal dan matanya lebar juga alis tebal hampir menyatu.
"Kok, aku merasa tidak asing dengan wajah di foto ini, ya?" gumam Tarissa.
***